Wednesday, July 21, 2021

RESENSI - RUMAH KACA - PRAMOEDIA ANATA TOER

         Buku terakhir Pramoedia ananta Toer dalam tetralogi terkenalnya yaitu berjudul Rumah Kaca memiliki sebuah kejutan bagi saya. Buku ini ternyata memiliki latar yang berbeda, yaitu kali ini alur cerita berada pada seorang campuran Belanda dan Hindia yang mendapat pendidikan di eropa, seorang komisaris polisi yang kemudian mendapat sebuah kehormatan masuk dalam Secretary Algemere, atau masuk dalam ring satu Gebernur Jendral Hindia. orang yang paling berkuasa di Hindia. Dapat kita simpulkan bahwa Secretary Algemere merupakan sebuah wadah yang memiliki berbagai arah kebijakan kolonialisme. Merupakan otak dari pemerintahan Gubernur Jendral. Hal ini terlihat dari berbagai penyelidikan terkait berbagai gerakan yang mengancam penjajahan Belanda di Hindia.

Ketika berbeda alur cerita atau sudut pandang tokoh orang lain saya jadi teringat novel lain yang memiliki sudut pandang lain di seri novel terakhirnya, yaitu novel dilan. Kemudian juga dalam novel Fiersa Besari terdapat judul yang sedikit mirip, yaitu arah langkah dan jejak langkah. Mungkin kedua penulis teresebut di pengaruhi juga oleh karya-karya Pram

Pagemanann dengan dua “n” inilah banyak terungkap apa sasja kelemahan orang Belanda dan yang ditakuti sehingga dihentikan sebelum membara. Ancaman terhadap Belanda tidak hanya datang dari Hindia, namun juga datang dari negara eropa lainnya, yang punya niat menjajah juga. Salah satunya Jerman yang disebut telat dalam membentuk koloni dan hanya berfokus di eropa. Jerman memang unggul di eropa namun tidak mempunyai daerah jajahan. Negara ancaman selanjutnya yaitu Inggris, negara dengan jajahan terluas juga punya ambisi mengusai Hindia karena kekayaan alamnya. Semua telah di petakan di Secretary Algemere sehingga dapat disiapkan strategi untuk membendung itu semua. Seperti Minke misalnya dengan di ambil langkah untuk di asingkan sehingga geraknya akan terbatas. Hal yang tidak terduga pada buku sebelumnya ternyata merupakan termasuk dalam rencana Pagemanann ini. Salah satunya yaitu ketika Minke diincar oleh Robert Surhof, namun tiba-tiba istrinya datang sebagai penyelemat dengan menembak Robert Surhof, semua awalnya merupakan perintah Pagemanann pada Robert Surhof, namun karena terjadi pergolakan dalam hatinya, Pagemanann mengirim berita itu pada istri Minke agar di hadang niat dari Robert Surhof

Apa yang terjadi pada Minke merupakan antisipasi dari kolonial Belanda yang tidak ingin pribumi mencontoh Filipina, dimana kaum pribuminya tergerak sehingga ada pihak lain yang membantu berharap mencari keuntungan dan mengambil alih kekuasaan. Sama halnya dengan Inggris yang ingin menguasai kembali Hindia setelah sempat menguasainya selama 3 tahun. Inggris sering mengkritik kebijakan yang dibuat Belanda yang membuat kondisi rakyat pribumi semakin memprihatinkan, diskriminasi dan penindasan. Lalu media cetak Inggris juga membandingkan manakala masa penjajahannya dimana dia  membangun sekolah dan membiarkan pribumi untuk sekolah

Buku ini juga menceritakan bagaimana kota Cepu menjadi kota yang dikenal seperti sekarang yaitu sebagai kota minyak. Dalam seri terakhir ini Cepu diceritakan dalam tulisan Marko yang dibaca oleh Pagemanann, Marko mengisahkan kisah bapaknya saat masih kecil dimana kampungnya yang dulu para penghuninya di pekerjakan dalam kerja paksa baik pertanian ataupun dalam perusahaan minyak. Lahan yang tadinya pertanian di ambil alih perusahaan minyak dengan menjanjikan ganti rugi yang besar bahkan termasuk tumbuhan yang tumbuh di atasnya. Namun janji hanya tinggal janji seperti yang biasa terjadi dalam praktik kolonialisme, diskriminasi selalu terjadi. Penduduk di kampung ayah Marko kala itu, meninggal satu persatu karena kelaparan, padahal hasil minyak sangat besar namun tidak ada manfaat sama sekali pada warga sekitar. Begitu pula kakek nenek Marko kala itu ayah Marko masih remaja, dikarenakan mati kelaparan. Ayah Marko salah satu yang beruntung bisa hidup hingga melahirkan Marko, hingga Marko menjadi remaja. Perusahaan minyak itu tetap berdiri hingga Marko remaja. Sepeninggal ayah Marko, terdapat sebuah pesan terakhir kepadanya. Yaitu untuk berhenti sebagai kuli minyak, ayah Marko menyuruhnya untuk mengabdikan diri pada seorang terpelajar pribumi, dari pada membantu perusahaan minyak semakin kaya. Orang yang dimaksud ayah Marko tak lain adalah Minke, namun Marko tidak tau siapa Minke dan bagaimana dia harus mencarinya. Hingga suatu waktu dia yang bekerja sebagai kuli staisun bertemu dengan seseorang yang akan mempertemukannya dengan Minke. Bertemulah ia pada akhirnya dengan Minke.

Fritchboten pengacara eropa yang sering membela pribumi di depan hukum dipulangkan ke eropa tak lain dan tak bukan hasil dari rekomendasi Pagemanann ke pada Gubermen. Pagemanan merupakan bagian penting dari kolonialisme. Ibarat kata dia semacam penasehat presiden dan seorang intelegen yang mengumpulkan informasi  mengenai pergerakan-pergerakan kaum terpelajar pribumi yang dapat mengancam pendudukan Belanda di Hindia. Padahal dia sendiri adalah eropa keturunan, bukan merupakan eropa totok atau keturunan dari orang tua yang berasal dari eropa semua

Pagemanan kemudian mulai mendapat cobaan berikutnya, setelah dirinya ditinggal keluarganya yang kembali ke eropa, menjadi seorang pemabuk dan kehilangan jati dirinya, hati dan tindakannya yang berbeda. Kini, Pagemanann di hadapkan pada seorang anggota kepolisian yang memiliki sebuah buku berisi daftar pelanggan seorang pelacur yang ada namanya di dalamnya. Kemudian anggota kepolisian yang seorang pribumi ini mendatangi Pagemanann untuk menukar dengan sejumlah tebusan. Pagemanann sempat akan melawan namun dia paham bahwa tidak ada yang bisa dilakukannya termasuk mengincar anggota polisi tersebut dengan niat menghabisi. Tebusan yang diminta sangat tinggi bagi seorang Pagemanann yang merupakan pejabat tinggi, hingga dia harus berhutang. Hari-hari Pagemanann setelah itu, dia mengalami kesulitan finansial, bahkan hanya untuk membeli minuman keras saja dia sudah tidak mampu, hanya tinggal seorang pembantunya yang masih setia dengan dirinya.

Hal lain yang memberikan saya sebuah gambaran bahwa dulu Amerika adalah benua harapan bagi seorang eropa dengan liberalismenya, kebebasan tanpa batas, termasuk kebebasan untuk mendapatkan kebebasan seperti yang di alami Minke, hal itu semua diceritakan oleh atasan pagemanann yang beberapa bulan selanjutnya memilih migrasi langsung ke Amerika

Hari dimana kedatangan Minke di tanah jawa tiba, Pagemanann kala itu ditugaskan langsung untuk menjemputnya yang kemudian akan menyelesaikan satu persolan lagi, yaitu surat pernyataan yang harus di tanda tangani Minke untuk tidak terlibat organisasi dan gerakan politik manapun. Setibanya di tanjung perak, Minke di ajak berkeliling daerah surabaya, tempat perjuangannya. Pagemanann yang hanya tau kisah Minke di Surabaya dari tulisan Minke sendiri meragukan apakah itu adalah kisah nyata atau bukan. Sisa-sisa tempat teman-teman Minke, termasuk rumah nyai Ontosoroh hingga peternakan sapi yang besar yang dimiliki oleh orang madura, Minke sendiri sudah dapat menebak siapa pemiliknya.

Perjalanan Minke tidak selesai di surabaya, namun hanya sebagai tempat transit, dia kemudian lanjut ke Surabaya hingga setidaknya di Tanjung Priok lalu menuju markas kepolisian untuk menanda tangani surat pernyataannya. Minke menolak menanda tangani surat apapun, baginya tidak berarti lagi surat menyurat yang menyangkut hukum, dia mencontohkan dirinya yang dihukumi dibuang keluar jawa tanpa satu proses hukum dan peradilan. Kemudian hal ini terdengar hingga ke Gubernur Jendral Hindia, yang membenarkan sikap Minke dan sedikit menyalahkan Gubernur Jendral pendahulunya. Selepas dari sana Minke lupa bahwa semua hartanya sudah habis disita, apa yang telah dibangunnya dengan susah payah, bahkan semua teman-teman Minke tidak ada satupun yang mau menerimanya entah sudah menerima ancaman sebelumnya atau hal lainnya.

Setelah beberapa waktu tidak ada yang mau menampung Minke, secara tidak sengaja bertemu dengan seorang teman lama yang tidak begitu akrab yang dulu sempat aktif di Syarekat namun sering berbeda pikiran dengan Minke sendiri, ketika tahu Minke sebatang kara dan hidupnya sangat mengenaskan, tidak ada tujuan kemana akan singgah dan tidak ada lagi yang mau menerima, hingga teman lama Minke yaitu gunawan memaksanya agar ikut di rumahnya. Disaat pertemuannya bersama Minke disebuah pasar tadi Minke sudah dalam keadaan sakit, sehingga tidak ada lagi aktivitas yang dikerjakan Minke selain berbaring dan sedikit mengobrol dengan Gunawan yang merawatnya. Gunawan sendiri mencoba merawat semaksimal yang dia bisa, namun keadaan Minke tidak kunjung sembuh, dirinya yang juga pernah sekolah kedokteran tidak bisa banyak berbuat hingga terpaksa di bawa ke dokter. Pagemanann yang masih memata matai Minke mentup semua akses pada dokter hingga pada dokter satu satunya yang dikenal Minke diancam agar berbohong terkait penyakit Minke dan mengatakan bahwa sakitnya yaitu sakit disentri. Itulah perjalanan akhir dari sang reformis menurut saya pribadi, Minke dengan jasanya yang besar tidak mati dalam keadaan layak sebagai seorang tokoh besar. Pemakamannya sederhana bahkan tidak ada yang tahu akan kematiannya

Kisah penutup buku tetralogi Pram ini sebenarnya tidak menekankan pada tokoh minke, terlihat bahwa sudut pandangnya bukan lagi pada Minke namun pada Pagemanann. Selanjutnya kematian Minke bukanlah akhir dari perjuanngan bangsa pribumi terhadap kolonialisme, melainkan suatu awal atas kebangkitan dan kemunculan tokoh-tokoh pejuang baru, hingga Gubermen jendral Hindia kala itu menjanjikan sebuah parlemen khusus yang akan diisi oleh bangsa Hindia sendiri, ditandai dengan di utusnya perwakilan terpilih ke Belanda, sebagai formalitas pada kerjaaan Belanda dan sedikit studi banding barangkali terhadap jalannya suatu pemerintahan. Organisasi-organisasi makin memiliki masa dan suara yang keras. Nyai ontosoroh setelah mendengar kepulangan Minke dari pengasingan datang kembali ke Hindia untuk mencarinya, hingga Pagemanann di datangkan oleh konsulat Prancis di datangkan untuk mencari keberadaannya. Pagemanann menyampaikan yang sebenarnya terkait Minke, nyai ontosoroh tentu kaget serta di akhir pertemuannya dengan Pagemanann memahami betul siapa Pagemanann dan apa yang telah ia perbuat. Hingga di masa terakhir seorang Pagemanann yang juga semakin dimakan usia, seluruh catatannya terhadap Minke, Rumah Kaca beserta tulisan-tulisan Minke di masa pengasingan diserahkan pada nyai ontosoroh yang di anggap lebih berhak

No comments:

Post a Comment