Buku terakhir Pramoedia ananta Toer dalam tetralogi terkenalnya yaitu berjudul Rumah Kaca memiliki sebuah kejutan bagi saya. Buku ini ternyata memiliki latar yang berbeda, yaitu kali ini alur cerita berada pada seorang campuran Belanda dan Hindia yang mendapat pendidikan di eropa, seorang komisaris polisi yang kemudian mendapat sebuah kehormatan masuk dalam Secretary Algemere, atau masuk dalam ring satu Gebernur Jendral Hindia. orang yang paling berkuasa di Hindia. Dapat kita simpulkan bahwa Secretary Algemere merupakan sebuah wadah yang memiliki berbagai arah kebijakan kolonialisme. Merupakan otak dari pemerintahan Gubernur Jendral. Hal ini terlihat dari berbagai penyelidikan terkait berbagai gerakan yang mengancam penjajahan Belanda di Hindia.
Ketika berbeda alur cerita atau sudut pandang tokoh orang lain saya
jadi teringat novel lain yang memiliki sudut pandang lain di seri novel
terakhirnya, yaitu novel dilan. Kemudian juga dalam novel Fiersa Besari terdapat
judul yang sedikit mirip, yaitu arah langkah dan jejak langkah. Mungkin kedua
penulis teresebut di pengaruhi juga oleh karya-karya Pram
Pagemanann dengan dua “n” inilah banyak terungkap apa sasja
kelemahan orang Belanda dan yang ditakuti sehingga dihentikan sebelum membara.
Ancaman terhadap Belanda tidak hanya datang dari Hindia, namun juga datang dari
negara eropa lainnya, yang punya niat menjajah juga. Salah satunya Jerman yang
disebut telat dalam membentuk koloni dan hanya berfokus di eropa. Jerman memang
unggul di eropa namun tidak mempunyai daerah jajahan. Negara ancaman
selanjutnya yaitu Inggris, negara dengan jajahan terluas juga punya ambisi mengusai
Hindia karena kekayaan alamnya. Semua telah di petakan di Secretary Algemere
sehingga dapat disiapkan strategi untuk membendung itu semua. Seperti Minke
misalnya dengan di ambil langkah untuk di asingkan sehingga geraknya akan
terbatas. Hal yang tidak terduga pada buku sebelumnya ternyata merupakan
termasuk dalam rencana Pagemanann ini. Salah satunya yaitu ketika Minke diincar
oleh Robert Surhof, namun tiba-tiba istrinya datang sebagai penyelemat dengan
menembak Robert Surhof, semua awalnya merupakan perintah Pagemanann pada Robert
Surhof, namun karena terjadi pergolakan dalam hatinya, Pagemanann mengirim
berita itu pada istri Minke agar di hadang niat dari Robert Surhof
Apa yang terjadi pada Minke merupakan antisipasi dari kolonial Belanda
yang tidak ingin pribumi mencontoh Filipina, dimana kaum pribuminya tergerak
sehingga ada pihak lain yang membantu berharap mencari keuntungan dan mengambil
alih kekuasaan. Sama halnya dengan Inggris yang ingin menguasai kembali Hindia
setelah sempat menguasainya selama 3 tahun. Inggris sering mengkritik kebijakan
yang dibuat Belanda yang membuat kondisi rakyat pribumi semakin memprihatinkan,
diskriminasi dan penindasan. Lalu media cetak Inggris juga membandingkan
manakala masa penjajahannya dimana dia
membangun sekolah dan membiarkan pribumi untuk sekolah
Buku ini juga menceritakan bagaimana kota Cepu menjadi kota yang
dikenal seperti sekarang yaitu sebagai kota minyak. Dalam seri terakhir ini Cepu
diceritakan dalam tulisan Marko yang dibaca oleh Pagemanann, Marko mengisahkan
kisah bapaknya saat masih kecil dimana kampungnya yang dulu para penghuninya di
pekerjakan dalam kerja paksa baik pertanian ataupun dalam perusahaan minyak.
Lahan yang tadinya pertanian di ambil alih perusahaan minyak dengan menjanjikan
ganti rugi yang besar bahkan termasuk tumbuhan yang tumbuh di atasnya. Namun
janji hanya tinggal janji seperti yang biasa terjadi dalam praktik
kolonialisme, diskriminasi selalu terjadi. Penduduk di kampung ayah Marko kala
itu, meninggal satu persatu karena kelaparan, padahal hasil minyak sangat besar
namun tidak ada manfaat sama sekali pada warga sekitar. Begitu pula kakek nenek
Marko kala itu ayah Marko masih remaja, dikarenakan mati kelaparan. Ayah Marko
salah satu yang beruntung bisa hidup hingga melahirkan Marko, hingga Marko
menjadi remaja. Perusahaan minyak itu tetap berdiri hingga Marko remaja. Sepeninggal
ayah Marko, terdapat sebuah pesan terakhir kepadanya. Yaitu untuk berhenti
sebagai kuli minyak, ayah Marko menyuruhnya untuk mengabdikan diri pada seorang
terpelajar pribumi, dari pada membantu perusahaan minyak semakin kaya. Orang
yang dimaksud ayah Marko tak lain adalah Minke, namun Marko tidak tau siapa Minke
dan bagaimana dia harus mencarinya. Hingga suatu waktu dia yang bekerja sebagai
kuli staisun bertemu dengan seseorang yang akan mempertemukannya dengan Minke.
Bertemulah ia pada akhirnya dengan Minke.
Fritchboten pengacara eropa yang sering membela pribumi di depan
hukum dipulangkan ke eropa tak lain dan tak bukan hasil dari rekomendasi Pagemanann
ke pada Gubermen. Pagemanan merupakan bagian penting dari kolonialisme. Ibarat
kata dia semacam penasehat presiden dan seorang intelegen yang mengumpulkan
informasi mengenai pergerakan-pergerakan
kaum terpelajar pribumi yang dapat mengancam pendudukan Belanda di Hindia.
Padahal dia sendiri adalah eropa keturunan, bukan merupakan eropa totok atau
keturunan dari orang tua yang berasal dari eropa semua
Pagemanan kemudian mulai mendapat cobaan berikutnya, setelah
dirinya ditinggal keluarganya yang kembali ke eropa, menjadi seorang pemabuk
dan kehilangan jati dirinya, hati dan tindakannya yang berbeda. Kini, Pagemanann
di hadapkan pada seorang anggota kepolisian yang memiliki sebuah buku berisi
daftar pelanggan seorang pelacur yang ada namanya di dalamnya. Kemudian anggota
kepolisian yang seorang pribumi ini mendatangi Pagemanann untuk menukar dengan
sejumlah tebusan. Pagemanann sempat akan melawan namun dia paham bahwa tidak
ada yang bisa dilakukannya termasuk mengincar anggota polisi tersebut dengan
niat menghabisi. Tebusan yang diminta sangat tinggi bagi seorang Pagemanann
yang merupakan pejabat tinggi, hingga dia harus berhutang. Hari-hari Pagemanann
setelah itu, dia mengalami kesulitan finansial, bahkan hanya untuk membeli
minuman keras saja dia sudah tidak mampu, hanya tinggal seorang pembantunya
yang masih setia dengan dirinya.
Hal lain yang memberikan saya sebuah gambaran bahwa dulu Amerika
adalah benua harapan bagi seorang eropa dengan liberalismenya, kebebasan tanpa
batas, termasuk kebebasan untuk mendapatkan kebebasan seperti yang di alami Minke,
hal itu semua diceritakan oleh atasan pagemanann yang beberapa bulan
selanjutnya memilih migrasi langsung ke Amerika
Hari dimana kedatangan Minke di tanah jawa tiba, Pagemanann kala
itu ditugaskan langsung untuk menjemputnya yang kemudian akan menyelesaikan
satu persolan lagi, yaitu surat pernyataan yang harus di tanda tangani Minke
untuk tidak terlibat organisasi dan gerakan politik manapun. Setibanya di
tanjung perak, Minke di ajak berkeliling daerah surabaya, tempat perjuangannya.
Pagemanann yang hanya tau kisah Minke di Surabaya dari tulisan Minke sendiri
meragukan apakah itu adalah kisah nyata atau bukan. Sisa-sisa tempat
teman-teman Minke, termasuk rumah nyai Ontosoroh hingga peternakan sapi yang
besar yang dimiliki oleh orang madura, Minke sendiri sudah dapat menebak siapa
pemiliknya.
Perjalanan Minke tidak selesai di surabaya, namun hanya sebagai
tempat transit, dia kemudian lanjut ke Surabaya hingga setidaknya di Tanjung Priok
lalu menuju markas kepolisian untuk menanda tangani surat pernyataannya. Minke
menolak menanda tangani surat apapun, baginya tidak berarti lagi surat menyurat
yang menyangkut hukum, dia mencontohkan dirinya yang dihukumi dibuang keluar
jawa tanpa satu proses hukum dan peradilan. Kemudian hal ini terdengar hingga
ke Gubernur Jendral Hindia, yang membenarkan sikap Minke dan sedikit
menyalahkan Gubernur Jendral pendahulunya. Selepas dari sana Minke lupa bahwa
semua hartanya sudah habis disita, apa yang telah dibangunnya dengan susah
payah, bahkan semua teman-teman Minke tidak ada satupun yang mau menerimanya
entah sudah menerima ancaman sebelumnya atau hal lainnya.
Setelah beberapa waktu tidak ada yang mau menampung Minke, secara
tidak sengaja bertemu dengan seorang teman lama yang tidak begitu akrab yang
dulu sempat aktif di Syarekat namun sering berbeda pikiran dengan Minke
sendiri, ketika tahu Minke sebatang kara dan hidupnya sangat mengenaskan, tidak
ada tujuan kemana akan singgah dan tidak ada lagi yang mau menerima, hingga
teman lama Minke yaitu gunawan memaksanya agar ikut di rumahnya. Disaat
pertemuannya bersama Minke disebuah pasar tadi Minke sudah dalam keadaan sakit,
sehingga tidak ada lagi aktivitas yang dikerjakan Minke selain berbaring dan
sedikit mengobrol dengan Gunawan yang merawatnya. Gunawan sendiri mencoba merawat
semaksimal yang dia bisa, namun keadaan Minke tidak kunjung sembuh, dirinya
yang juga pernah sekolah kedokteran tidak bisa banyak berbuat hingga terpaksa
di bawa ke dokter. Pagemanann yang masih memata matai Minke mentup semua akses
pada dokter hingga pada dokter satu satunya yang dikenal Minke diancam agar
berbohong terkait penyakit Minke dan mengatakan bahwa sakitnya yaitu sakit
disentri. Itulah perjalanan akhir dari sang reformis menurut saya pribadi, Minke
dengan jasanya yang besar tidak mati dalam keadaan layak sebagai seorang tokoh
besar. Pemakamannya sederhana bahkan tidak ada yang tahu akan kematiannya
Kisah penutup buku tetralogi Pram ini sebenarnya tidak menekankan
pada tokoh minke, terlihat bahwa sudut pandangnya bukan lagi pada Minke namun
pada Pagemanann. Selanjutnya kematian Minke bukanlah akhir dari perjuanngan
bangsa pribumi terhadap kolonialisme, melainkan suatu awal atas kebangkitan dan
kemunculan tokoh-tokoh pejuang baru, hingga Gubermen jendral Hindia kala itu
menjanjikan sebuah parlemen khusus yang akan diisi oleh bangsa Hindia sendiri,
ditandai dengan di utusnya perwakilan terpilih ke Belanda, sebagai formalitas
pada kerjaaan Belanda dan sedikit studi banding barangkali terhadap jalannya
suatu pemerintahan. Organisasi-organisasi makin memiliki masa dan suara yang
keras. Nyai ontosoroh setelah mendengar kepulangan Minke dari pengasingan
datang kembali ke Hindia untuk mencarinya, hingga Pagemanann di datangkan oleh
konsulat Prancis di datangkan untuk mencari keberadaannya. Pagemanann
menyampaikan yang sebenarnya terkait Minke, nyai ontosoroh tentu kaget serta di
akhir pertemuannya dengan Pagemanann memahami betul siapa Pagemanann dan apa
yang telah ia perbuat. Hingga di masa terakhir seorang Pagemanann yang juga
semakin dimakan usia, seluruh catatannya terhadap Minke, Rumah Kaca beserta
tulisan-tulisan Minke di masa pengasingan diserahkan pada nyai ontosoroh yang
di anggap lebih berhak
No comments:
Post a Comment