Kepandaian Bukan untuk Membodohi
Di
daerah saya sinyal telepon seluler baru masuk di awal abad 21, yaitu tahun dua ribuan, saat itu orang yang
punya Handphone harus menggunakan antena penerima sinyal, mirip dengan
antena televisi, sedangkan telepon umum masih lazim digunakan
orang-orang dimasa itu, seperti di halte bisa yang saya temui, ada rasa rindu
tersendiri saat ikut orang tua untuk menghubungi kerabat dan harus ke Wartel,
mungkin anak milenial tidak ada yang tahu bahwa pernah ada singkatan wartel yang
merupakan kepanjangan dari warung telepon, baru kalau Warteg semua orang masih
paham.
Baru setelah beberapa tahun berjalan,
masuklah salah satu provider jasa layanan telekomunikasi dan
membangun tower pemancar sinyalnya,
sampai pada saat saya sekolah MTS, sudah semua operator masuk di daerah saya,
dan begitun saya awal menggunakan Handphone yang saya gunakan
sendiri karena orang tua sudah punya sendiri. Saat
itu layanan yang sesuai kantong pelajar ya hanya untuk berkirim sms
saja, karena untuk menelepon seseorang butuh ongkos yang sangat
mahal
Suatu ketika saya ingat bahwa setiap orang tua pasti
menginginkan anaknya bahagia setidaknya itulah yang saya rasakan dan sadar
sekarang. Orang tua saya rela memakai handphone yang bahkan lebih jelek dari
pada yang saya pakai. Dulu saya masukkelas paling favorit, mugnkin hal itu juga yang diinginkan orang tua saya agar
saya tetap bisa berinteraksi dengan teman yang juga sudah memakia handphone
canggih. Pernah juga dari perpektif saya pribadi, saya seperti orang yang ga begitu
di anggap, karena circle pertemanan yang tidak memakai handphone dan dia merasa
kasian untuk tidak membalas sms saya, saya sendiri hanya beli pulsa untuk meng
sms dia, sebuah bentuk pengorbanan, “dia” yang saya maksud adalah orang yang
saya suka kala itu.
Selain itu saya baru punya komputer saat kelas VIII, tepat sehari sebelum
ulang tahun, bukan hadiah ulang tahun, hanya
kebetulan saja pas di tanggal itu,
dan komputer itu dibeli dimana
tempat saya menulis kisah ini. Saat itu yang berangkat membeli
ialah bapak saya dan teman kantor yang juga
merupakan teman deket bapak, kami juga masih satu desa, Cuma
ada hal yang membuat saya dan bapak saya
kecewa padanya, ketika komputer
yang dibeli tidak sesuai dengan spesifikasi
yang ada di nota
pembelian, yaa komputer
saya termasuk yang wahh
dizamanya, yang ternyata procesornya ditukarkan dengan prosesor komputer miliknya
yang dibawah punya saya karena punya saya
keluaran terbaru. Kenapa hal kebohongan tersebut bisa diketahui oleh bapak
saya?. Awalnya bapak saya curiga ketika komputer saya dirakit dirumahnya, komputer dia juga sedang dalam keadaan dibongkar,
lalu bapak saya meminta bantuan kerabat kami yang juga guru saya di sekolah. Kebetulan beliau sholat jumat di masjid samping rumah,
selesai sholat meminta bantuan beliau dan
bapak menanyakan apakah isi perangkat dari komputer
saya sesuai dengan spesifikasi di nota, ternyata prosesor didalamnya tidak
sesuai, mungkin semua tahu bahwa prosesor adalah bagian terpenting dari sebuah komputer. Belajar dari hal tersebut saya punya tekad
kuat, Jika Suatu Nanti Saya Punya Ilmu Yang Tinggi, Tidak Akan Saya
Pergunakan Untuk Membodohi Orang Lain