Wednesday, September 2, 2020

Majelis Permusyawaratan Mahasiswa

Sebenarnya dimasa awal saya menjadi anggota mpm, adalah awal adanya diaktifkannya lagi organisasi tingkat kampus setelah beberapa tahun divakumkan karena ada masalah saat pemira. Karena vakum maka pemilihan tidak melalui pemira, tapi melalui Musyawarah Mahasiswa (MM) yang diwakili oleh ketua dan wakil dari oragnisasi yang ada di kampus seperti, BEM fakultas, DPM, jadi satu organisasi mempunya dua suara. Musyawarah saat itu hanya menentukan ketua dan wakil ketua baik dari BEM Universitas dan MPM, dan saya yang waktu itu tidak bisa memberikan suara, karena hanya ketua komisi di organisasi terakhir aktif sebelum MM di adakan. Saat itu saya yang sudah punya pengalaman dua periode di organisasi legislatif daftar langsung dan diwawancara oleh wakil ketua MPM terpilih yaitu mas hadad, alhamdulilah bisa masuk karena juga dari relasi yang menjadi perwakilan di MM kemarin, dan di MPM ini saya masuk di komisi V yaitu hubungan masyarakat sebagai anggota.

Tidak banyak kegiatan yang saya pegang, hanya menjadi salah satu panitia di berbagai kegiatan, kegiatan seperti pelatihan legislatif, pelatihan advokasi, dan seminar yang mendatangkan ketua KPK yang menjabat saat itu yaitu bapak Agus Rahardjo. Selain itu ada kegiatan nasional yaitu Musyawaeah Kerja Naisional (Mukernas), dimana semua perwakilan organisasi legislatif di seluruh indonesia hadir disini. Organisasi legislatis sendiri tidak semuanya sama seperti BEM, namun ada yang bernama atau bersingkatan seperti, Dewan Perwakilan mahasiswa (DPM), Dewan Mahasiswa (DEMA), Dewan Legislasi Mahasiswa (DLM), dan Majelis Permusyarakatan Mahasiswa (MPM) sendiri, dengan wadah Nasional yaitu Forum Lembaga Legislatis Mahasiswa Indonesia (FL2MI). Kegiatan nasional sendiri pasti akan sulit bagi panitia, menampung budaya yang berbeda-beda dan karakter-karakter yang berbeda namun semangat memperjuangkan kemakmuran rakyat dan kemajuan bangsa bagi kami mahasiswa yang berada dalam organisasi tetap sama. Dalam sidang selalu ada pemikiran dan opini berbeda yang bukan ranah kita untuk mengontrol hingga suasana menjadi ricuh. Perbedaan tidak harus kita samakan menjadi seperti yang kita inginkan, namun mencari benang merah adalah suatu keharusan agar peerbedaan bisa berjalan beriringan mendorong satu sama lain guna mencapai tujuan bersama.

Tentang kekeluargaan dalam organisasi kampus menurut kebanyakan teman yang saya tanyai bahwasanya kekeluargaannya tidak seerat seperti organisasi yang ada di fakultas seperti BEM F, HIMA dan lainnya. Tidak ada yang salah dengan itu karena saya juga merasakan, kedekatan seperti berjalan pada orang-orang yang satu organisasi sebelumnya, saya mencoba berpikir tentang hal itu, bagaimanapun sebagai seorang intelektual dan aktivis kita harus berfikir dari sudut pandang yang berbeda, dan kesimpulan dari saya sendiri adalah, kemungkinan  besar masing-masing dari kita tidak cukup mengenal satu sama lain dan perlu waktu, hal demikian akan lebih mudah terjadi ketika dalam suatu kegiatan kita akan mempercayai orang yang sudah kita kenal lebih lama, belum tentu juga orang yang kita baru kenal tidak mampu dalam menjalankan tugas. Seperti kesimpulan saya selama aktif dalam beberapa bentuk organisasi selama kuliah, dalam setiap kegiatan yang sudah terlaksana dan disana ada sebuah rapat evaluasi, sudah pasti masalah utamanya adalah Komunikasi. Miskomunikasi yang terjadi karena kita kurang mengenal satu sama lain. Maka solusinya yang saya dapatkan adalah perbanyak diskusi diluar onduty kita sebagai pengurus organisasi, misalnya cangkruk atau sekadar ngopi untuk mengenal satu sama lain. Pengalaman saya ketika ngopi kita akan sedikit tahu bagaimana rekan kita memandang sebuah masalah kegiatan yang akan dilaksanakan, dari sana kita menyamakan sebuah persepsi terlebih dahulu guna mencapai visi yang sama

PERIODE KEDUA

Periode kedua saya kembali aktif lagi di MPM, keadaan sudah sama seperti dulu, kali ini saya harus mencalonkan diri dalam Pemilu Raya Mahasiswa (PEMIRA), dan disini saya harus mencari dukungan suara, sesuatu hal yang malas saya lakukan sejak di DPM dulu. Sebuah gejolak politik kampus ketika kader Himpunan Mahasiswa Islam HMI terpecah belah menjadi dua kubu dalam pemira, dan saat itu saya ada di kubu yang akan mencalonkan Fuad teman jurusan saya, sebagai calon ketua BEM. Dalam persyaratan pemira saat itu, calon BEM harus memiliki dukungan dari calon anggota mpm di tiap perwakilan fakultas sebagai syarat untuk mendaftar, nah disitulah terjadi jegal-menjegal untuk memperoleh dukungan dari calon anggota tadi. Akhinya tukar guling terjadi dimana saat itu terdapat tiga kubu, dua dari HMI dan satu dari gabungan GMNI,PMII dan lainnya yang akan mengajukan Calon-calon ketua dan wakil BEM Universitas. Sayalah yang menjadi salah satu penentu ketika kubu saya kurang satu dukungan dari fakultas lain dan kubu dari GMNI juga demikian. Akhirnya kubu yang HMI yang digagas oleh Dadang dan Zaenal ketua MPM dan BEM U periode lalu tidak lolos persyaratan. Kubu saya sebenarnya adalah suara mayoritas dari kader HMI bahkan. Usaha untuk menyatukan suara HMI sudah di usahakan namun gagal menemui titik temu, maka terpaksa harus jalan masing-masing. Saat itu calon ketua BEM merupakan suksesi dari ketua BEM periode sebelumnya. Hal itu membuat suara HMI jadi cukup kuat dalam memperoleh suara dalam pemira karena hanya muncul satu nama calon dari HMI. Mau tidak mau sebagian dari kubu sebelah harus ikut arus agar setidaknya aman akan tujuannya yang ingin tetap aktif dalam organisasi.

Pemungutan suara akhirnya terlaksana setelah sempat tertunda sehari, kejadian terulang seperti saat dalam pengutan suara saat saya mencalonkan sebagai anggotan DPM, tidak banyak kampanye yang saya lakukan dan hanya relasi dekat saja yang saya tuju, saat itu lagi-lagi saya tidak mencoblos ditambah ada kabur duka tentang meninggalnya teman kelas akibat penyakit yang deritanya sejak lama. Seakan lari dari hiruk pikuk pemira dan tim koaslisi bekerja keras menamankan suara dalam pemira, saya putuskan untuk ikut teman kelas yang lain bertakziah ke rumah duka di perbatasan Jawa timur dan Jawa tengah, seakan semesta tidak membiarkan kita kembali dengan cepat ke surabaya, bis yang kami tumpangi mogok dan harus menginap di rumah teman. Kami merasa tidak enak karena bukan satu dua orang yang menginap, namun hampir satu kelas dan sebagian dari kelas sebelah.

 Alhamdulilah saya cukup mendapatkan suara untuk menuju MPM. Saya sendiri ikut menyaksikan langsung proses pemungutan suara. Sebuah kejutan terjadi dengan hasil perolehan suara, teman dekat saya di periode kedua di DPM dulu sekaligus Wakil ketua periode DPM kemarin gagal menempati posisi yang aman untuk lolos, dan kalah bersaing dengan wakil GMNI yang sebanarnya adalah sebuah bentuk dari hasil koalisi kemarin.

Pengalaman pada periode MPM sebelumnya tentunya saya punya nilai tawar lebih, selain itu hasil pemira dengan koalisi yang memenangkan solid, tentunya kita punya posisi kuat, seperti saya yang mendapat  posisi strategis dan juga beberapa pendukung lainnya juga mendapat hal yang sama bisa di BEM atau MPM. Pembagiaanya dihitung dari menteri di BEM dan ketua komisi di MPM yang merupakan nilai jual dalam setiap konsolidasi dalam pemira. Saat itu saya sudah pasti menjadi ketua komisi tinggal penetuan saya menjabat di komisi apa. Dukungan juga datang dari pihak demisioner periode kemarin yang menyatakan bahwa sudah selayaknya saya menjadi ketua komisi tentunya dengan pertimbangan kemampuan diluar konolidai politik kampus. Akhirnya setelah pemilihan ketua dan wakil MPM terbentuk, saat itu saya konsolidasi dengan kukuh di sebuah tempat dimana aktivis nongkrong, ketua komisi saya sebelumnya. Saya pribadi menginginkan di komisi V yaitu hubungan ekternal MPM karena komisi V ini sangat strategis. Beberapa pertimbangan karena background keilmuan saya yaitu dibidang keuangan dan tidak adanya calon lain yang lebih layak dari segi linieritas keilmuan, akhirnya saya berada di komisi IV bagian keuangan. Dipandang dari segi linieritas itulah akan sangat aneh dan mungkin banyak dipertanyakan oleh teman-teman mahasiswa diluar pengurus organisasi jikalau yang memegang komisi IV ini diisi dari keilmuan diluar ekonomi

Program kerja periode MPM sekaran tidak jauh beda dengan tahun lalu, namun ada sedikit inovasi dan pembaharuan program kerja di komisi saya. Adanya suatu kegiatan baru yang bernama Pelatihan Audit dimana embrionya sudah di riset tahun kemarin namun belum terealisasi, akhirnya bisa terlaksana dengan lancar dan mendapat sambutan yang bagus dari kalangan teman-teman pengurus ORMAWA UNESA, terlebih program ini saya khususkan bagi pengurus organisasi yang menduduki posisi dibidang keuangan. Latar belakang dari kegiatan ini adalah perlunya edukasi tentang pengelolaan keuangan organisasi secara baik dan transparan, karena tidak semua mahasiswa apalagi yang diluar fakultas ekonomi punya wawasan tentang menejemen keuangan. Program ini juga di apresiasi oleh pihak rektorat dan juga program ini banyak di adopsi oleh DPM.

 

No comments:

Post a Comment