Sebenarnya dimasa awal saya menjadi anggota mpm, adalah awal adanya diaktifkannya lagi organisasi tingkat kampus setelah beberapa tahun divakumkan karena ada masalah saat pemira. Karena vakum maka pemilihan tidak melalui pemira, tapi melalui Musyawarah Mahasiswa (MM) yang diwakili oleh ketua dan wakil dari oragnisasi yang ada di kampus seperti, BEM fakultas, DPM, jadi satu organisasi mempunya dua suara. Musyawarah saat itu hanya menentukan ketua dan wakil ketua baik dari BEM Universitas dan MPM, dan saya yang waktu itu tidak bisa memberikan suara, karena hanya ketua komisi di organisasi terakhir aktif sebelum MM di adakan. Saat itu saya yang sudah punya pengalaman dua periode di organisasi legislatif daftar langsung dan diwawancara oleh wakil ketua MPM terpilih yaitu mas hadad, alhamdulilah bisa masuk karena juga dari relasi yang menjadi perwakilan di MM kemarin, dan di MPM ini saya masuk di komisi V yaitu hubungan masyarakat sebagai anggota.
Tidak banyak kegiatan yang saya pegang, hanya menjadi
salah satu panitia di berbagai kegiatan, kegiatan seperti pelatihan legislatif,
pelatihan advokasi, dan seminar yang mendatangkan ketua KPK yang menjabat saat
itu yaitu bapak Agus Rahardjo. Selain itu ada kegiatan nasional yaitu Musyawaeah
Kerja Naisional (Mukernas), dimana semua perwakilan organisasi legislatif di
seluruh indonesia hadir disini. Organisasi legislatis sendiri tidak semuanya
sama seperti BEM, namun ada yang bernama atau bersingkatan seperti, Dewan
Perwakilan mahasiswa (DPM), Dewan Mahasiswa (DEMA), Dewan Legislasi Mahasiswa
(DLM), dan Majelis Permusyarakatan Mahasiswa (MPM) sendiri, dengan wadah
Nasional yaitu Forum Lembaga Legislatis Mahasiswa Indonesia (FL2MI). Kegiatan
nasional sendiri pasti akan sulit bagi panitia, menampung budaya yang
berbeda-beda dan karakter-karakter yang berbeda namun semangat memperjuangkan
kemakmuran rakyat dan kemajuan bangsa bagi kami mahasiswa yang berada dalam
organisasi tetap sama. Dalam sidang selalu ada pemikiran dan opini berbeda yang
bukan ranah kita untuk mengontrol hingga suasana menjadi ricuh. Perbedaan tidak
harus kita samakan menjadi seperti yang kita inginkan, namun mencari benang
merah adalah suatu keharusan agar peerbedaan bisa berjalan beriringan mendorong
satu sama lain guna mencapai tujuan bersama.
Tentang kekeluargaan dalam organisasi kampus menurut
kebanyakan teman yang saya tanyai bahwasanya kekeluargaannya tidak seerat seperti
organisasi yang ada di fakultas seperti BEM F, HIMA dan lainnya. Tidak ada yang
salah dengan itu karena saya juga merasakan, kedekatan seperti berjalan pada
orang-orang yang satu organisasi sebelumnya, saya mencoba berpikir tentang hal
itu, bagaimanapun sebagai seorang intelektual dan aktivis kita harus berfikir
dari sudut pandang yang berbeda, dan kesimpulan dari saya sendiri adalah,
kemungkinan besar masing-masing dari
kita tidak cukup mengenal satu sama lain dan perlu waktu, hal demikian akan lebih
mudah terjadi ketika dalam suatu kegiatan kita akan mempercayai orang yang
sudah kita kenal lebih lama, belum tentu juga orang yang kita baru kenal tidak
mampu dalam menjalankan tugas. Seperti kesimpulan saya selama aktif dalam
beberapa bentuk organisasi selama kuliah, dalam setiap kegiatan yang sudah
terlaksana dan disana ada sebuah rapat evaluasi, sudah pasti masalah utamanya
adalah Komunikasi. Miskomunikasi yang terjadi karena kita kurang mengenal satu
sama lain. Maka solusinya yang saya dapatkan adalah perbanyak diskusi diluar onduty
kita sebagai pengurus organisasi, misalnya cangkruk atau sekadar ngopi untuk
mengenal satu sama lain. Pengalaman saya ketika ngopi kita akan sedikit tahu
bagaimana rekan kita memandang sebuah masalah kegiatan yang akan dilaksanakan,
dari sana kita menyamakan sebuah persepsi terlebih dahulu guna mencapai visi
yang sama
PERIODE
KEDUA
Periode kedua saya kembali aktif lagi di MPM, keadaan
sudah sama seperti dulu, kali ini saya harus mencalonkan diri dalam Pemilu Raya
Mahasiswa (PEMIRA), dan disini saya harus mencari dukungan suara, sesuatu hal
yang malas saya lakukan sejak di DPM dulu. Sebuah gejolak politik kampus ketika
kader Himpunan Mahasiswa Islam HMI terpecah belah menjadi dua kubu dalam
pemira, dan saat itu saya ada di kubu yang akan mencalonkan Fuad teman jurusan
saya, sebagai calon ketua BEM. Dalam persyaratan pemira saat itu, calon BEM
harus memiliki dukungan dari calon anggota mpm di tiap perwakilan fakultas
sebagai syarat untuk mendaftar, nah disitulah terjadi jegal-menjegal untuk
memperoleh dukungan dari calon anggota tadi. Akhinya tukar guling terjadi
dimana saat itu terdapat tiga kubu, dua dari HMI dan satu dari gabungan
GMNI,PMII dan lainnya yang akan mengajukan Calon-calon ketua dan wakil BEM
Universitas. Sayalah yang menjadi salah satu penentu ketika kubu saya kurang
satu dukungan dari fakultas lain dan kubu dari GMNI juga demikian. Akhirnya
kubu yang HMI yang digagas oleh Dadang dan Zaenal ketua MPM dan BEM U periode
lalu tidak lolos persyaratan. Kubu saya sebenarnya adalah suara mayoritas dari
kader HMI bahkan. Usaha untuk menyatukan suara HMI sudah di usahakan namun
gagal menemui titik temu, maka terpaksa harus jalan masing-masing. Saat itu calon
ketua BEM merupakan suksesi dari ketua BEM periode sebelumnya. Hal itu membuat suara
HMI jadi cukup kuat dalam memperoleh suara dalam pemira karena hanya muncul
satu nama calon dari HMI. Mau tidak mau sebagian dari kubu sebelah harus ikut
arus agar setidaknya aman akan tujuannya yang ingin tetap aktif dalam
organisasi.
Pemungutan suara akhirnya terlaksana setelah sempat
tertunda sehari, kejadian terulang seperti saat dalam pengutan suara saat saya
mencalonkan sebagai anggotan DPM, tidak banyak kampanye yang saya lakukan dan
hanya relasi dekat saja yang saya tuju, saat itu lagi-lagi saya tidak mencoblos
ditambah ada kabur duka tentang meninggalnya teman kelas akibat penyakit yang
deritanya sejak lama. Seakan lari dari hiruk pikuk pemira dan tim koaslisi
bekerja keras menamankan suara dalam pemira, saya putuskan untuk ikut teman
kelas yang lain bertakziah ke rumah duka di perbatasan Jawa timur dan Jawa
tengah, seakan semesta tidak membiarkan kita kembali dengan cepat ke surabaya,
bis yang kami tumpangi mogok dan harus menginap di rumah teman. Kami merasa tidak
enak karena bukan satu dua orang yang menginap, namun hampir satu kelas dan
sebagian dari kelas sebelah.
Alhamdulilah
saya cukup mendapatkan suara untuk menuju MPM. Saya sendiri ikut menyaksikan
langsung proses pemungutan suara. Sebuah kejutan terjadi dengan hasil perolehan
suara, teman dekat saya di periode kedua di DPM dulu sekaligus Wakil ketua
periode DPM kemarin gagal menempati posisi yang aman untuk lolos, dan kalah
bersaing dengan wakil GMNI yang sebanarnya adalah sebuah bentuk dari hasil koalisi
kemarin.
Pengalaman pada periode MPM sebelumnya tentunya saya
punya nilai tawar lebih, selain itu hasil pemira dengan koalisi yang
memenangkan solid, tentunya kita punya posisi kuat, seperti saya yang mendapat posisi strategis dan juga beberapa pendukung
lainnya juga mendapat hal yang sama bisa di BEM atau MPM. Pembagiaanya dihitung
dari menteri di BEM dan ketua komisi di MPM yang merupakan nilai jual dalam
setiap konsolidasi dalam pemira. Saat itu saya sudah pasti menjadi ketua komisi
tinggal penetuan saya menjabat di komisi apa. Dukungan juga datang dari pihak
demisioner periode kemarin yang menyatakan bahwa sudah selayaknya saya menjadi
ketua komisi tentunya dengan pertimbangan kemampuan diluar konolidai politik
kampus. Akhirnya setelah pemilihan ketua dan wakil MPM terbentuk, saat itu saya
konsolidasi dengan kukuh di sebuah tempat dimana aktivis nongkrong, ketua
komisi saya sebelumnya. Saya pribadi menginginkan di komisi V yaitu hubungan
ekternal MPM karena komisi V ini sangat strategis. Beberapa pertimbangan karena
background keilmuan saya yaitu dibidang keuangan dan tidak adanya calon
lain yang lebih layak dari segi linieritas keilmuan, akhirnya saya berada di
komisi IV bagian keuangan. Dipandang dari segi linieritas itulah akan sangat
aneh dan mungkin banyak dipertanyakan oleh teman-teman mahasiswa diluar pengurus
organisasi jikalau yang memegang komisi IV ini diisi dari keilmuan diluar
ekonomi
Program kerja periode MPM sekaran tidak jauh beda
dengan tahun lalu, namun ada sedikit inovasi dan pembaharuan program kerja di
komisi saya. Adanya suatu kegiatan baru yang bernama Pelatihan Audit dimana
embrionya sudah di riset tahun kemarin namun belum terealisasi, akhirnya bisa
terlaksana dengan lancar dan mendapat sambutan yang bagus dari kalangan teman-teman
pengurus ORMAWA UNESA, terlebih program ini saya khususkan bagi pengurus
organisasi yang menduduki posisi dibidang keuangan. Latar belakang dari
kegiatan ini adalah perlunya edukasi tentang pengelolaan keuangan organisasi
secara baik dan transparan, karena tidak semua mahasiswa apalagi yang diluar
fakultas ekonomi punya wawasan tentang menejemen keuangan. Program ini juga di
apresiasi oleh pihak rektorat dan juga program ini banyak di adopsi oleh DPM.
No comments:
Post a Comment