Saturday, September 19, 2020

Guru inspiratif

 Guru inspiratif

Kita pasti memiliki guru inspiratif, guru yang tidak sekadar mengajar mata pelajaran yang membuat kita bosan. Tetapi guru yang peduli akan perkembangan kita diluar apa yang ajarkan dari sebuah buku, guru yang memiliki wawasan luas dan punya sisi pandangan dari berbagai aspek mengenai suatu hal, guru yang selalu merasa bahwa ilmunya masih kurang dan menganggap bahwa muridnya juga merupakan objek untuk mendapat pelajaran baru sehingga ada timbal balik antara guru dan siswa, guru yang akan mengikuti perkembangan kita jauh setelah lulus dan ingin segera mendengar anak didiknya sukses

Saya akan saya mulai dari guru Sekolah Dasar, karena guru taman kanak-kanak susah untuk menjabarkannya dengan imajinatif. Bapak saya adalah guru saya juga di Sekolah Dasar, namun saya pindah rumah dan akhirnya pindah sekolah juga jadi tidak diajar lagi sama bapak senidiri, dan kakek saya adalah guru saya di MTS. Jadi kakek dan bapak saya adalah guru Inspiratif pertama dan kedua saya. Selanjutnya wali kelas saya sendiri yang mengajar Bahasa Indonesia, karena beliau selain mengajar sesuai teksbook kadang bercerita tentang negara ini, contohnya ketika timor leste memisahkan diri dari Indonesia, beliau bilang timur leste sudah susah payah dibangun oleh pemerintah Indonesia malah memisahkan diri, dalam hal ini beliau mengajarkan kami tentang nasionalisme, cinta pada tanah air, hal itu merupakan salah satu contoh dan masih banyak yang lainnya, sejak saat itu juga saya sering memperhatikan tentang daya saing negara ini, misalnya ketika sepakbola selalu kalah, saya pasti sedih, atau ketika badminton kalah. Selain beliau di Sekolah Dasar dulu yang saya senangi pak kepala sekolah, beliau pada dasarnya tidak punya jam mengajar, namun ketika ada guru berhalangan beliau mengisinya dengan bercerita tentang pengetahuan umum, ketika bercerita tentang Bulan, Planet Mars, dan pesawat ruang angkasa. Negara lain sudah sampai di bulan, kita bahkan belum apa-apa. Selain untuk memotivasi agar kita mengejar ketertinggalan dari negara lain dengan cara belajar dengan giat, cerita itu menjadikan kami khusuk mendengarkan, suatu hal yang luar biasa dan ingin diketahui oleh siswa Sekolah Dasar zaman itu, yang sinya Handphone saja belum ada kala itu

Lulus Sekolah Dasar, lalu saya lanjut sekolah di MTsN Sumber Bungur. Beda dengan saat saya Sekolah Dasar ketika bapak saya adalah guru disana, disini kakek saya yang jadi guru saya sendiri, beliau mengajar mata pelajaran muatan lokal yaitu Bahasa madura. Disini guru favorit saya yaitu pak Suprapto yang mengajar mata pelajran Geografi, karena saya sering sepemikiran dengan beliau. Dulu saya bisa dibilang punya wawasan lebih luas disbanding teman-teman saya yang lain, pengetahuan umum yang saya dapatkan hanya karena menonton tayangan televisi, tentunya bukan sinetron dan cara gosip, namun tayangan yang mebuat kita mengetahui hal baru, teknologi dulu tidak secanggih sekarang. Salah satu contoh tayangan yang membuat saya bisa mendapatkan pengetahuan baru seperti acara National Geographic, atau acara berpetulang lokal yang secara tidak langsung membuat kita tahu daerah-daerah lainnya tanpa harus pergi kesana secara langsung, makanya saya suka juga dengan pelajaran yang diampu  pak suprapto. Selain beliau yaitu pak holis yang memang jadi ujung tombak sekolah ini sampai sekarang. Pak Holis selalu membentuk pemikiran kita agar terus maju

 

Lanjut disekolah tingkat atas yaitu saya sekolah di MAN Pameksan 2. Guru panutan saya adalah pak arif yang juga sebagai pengasuh di asrama yang selalu membimbing kita tentang akhlak dan cara berkehidupan di tengah-tengah masyarakat, beliau juga sangat dihormati di sekolah dan di lingkungan masyarakat sekitar sekolah. Konsep yang dibawakan pak Arif adalah ilmu Akhlak adalah yang utama, sampai-sampai ketika pak Arif memarahi dan menasehati orang, orang dimarahi bukan nya sakit hati, tapi malah senyum dan tertawa, pak Arif memerahi seseorang selalu dengan guyonan dan sindiran halus yang membuat kita tersadar, sadar atas kesalahan yang kita perbuat, karena sebaik-baiknya mengajarkan suatu perlilaku baik adalah rasa sadar yang timbul dari dalam diri sendiri. Pak Arif selalu menganggap bahwa kesalahan yang diperbuat oleh muridnya atau anak muda pada umumnya adalah karena ketidak tahuan, maka dari itu pak Arif memakai cara memarahi, tapi menjelaskan kenapa hal itu salah dan bagaimana yang benar, terutama dalam hal akhlak dan tata krama kita. Guru selanjutnya di MAN yaitu bu Chandra yang punya sikap tegas dan disiplin sehingga membentuk karakter siswa yang kuat dan pantang menyerah agar menemukan sebuah solusi, beliau juga sangat open minded dan inovatif, salah satunya dengan praktik pembelajaran Biologi dengan metode Drama, semua guru di sekolah sampai terheran-heran apakah akan efektif, buktinya kami sangat memahami salah satu contoh materi adalah bagaimana proses berjalannya proses fotosintesis, Dramanya pun lengkap dengan asesorisnya, entah itu kita akan menjadi organ tubuh dan semacamnya yang menuntut kita untuk mirip dengan organ tubuh tersebut, tentunya ini akan menambah kreativitas siswa saya sendiri berlatar belakang sarjana pendidikan, jadi paham bagaimana membuat kreativits siswa terus tumbuh. Disaat saya masih kelas 11 bu Chandra melanjutkan lagi ke S2 agar ilmunya bisa lebih dalam, semata-mata apa yang baru dalam dunia pendidikan bisa diteruskan kepada murid-muridnya menurut beliau, lalu ada pak imam yang juga selalu menjadi orang penting disekolah beliau juga sama seperti bu chandra ingin terus belajar dan sudah S2 juga, tidak banyak kala itu guru yang ingin meneruskan studinya, beliau juga terus memotivasi kami, selalu mengajak kami berpikir out of the box

GURU-GURU KERAS YANG BERKARAKTER

           Kita generasi 90an pasti pernah punya guru yang dianggap keras, setiap ketemu dengan guru tersebut kita pasti menunduk. Biasanya guru bertipe seperti ini, punya tugas tambahan sebagai penegak disiplin siswa di sekolah. Angkatan kami pasti lumrah dengan tawuran antar sekolah, beda dengan sekarang dimana siswa sibuk dengan berbagai tugas sekolah yang semakin banyak karena tuntutan prestasi dari sekolah ataupun lingkungan keluarga. Dulu beda dengan sekarang, sekarang ketika ada guru mencubit muridnya dilaporkan ke polisi dan akhirnya bisa berakibat penjara, hal semacam ini seakan mencederai tentang konsep “Takdim” kepada guru, bagaimana bisa seorang murid yang mengharapkan ilmu dari gurunya namun tidak bisa menghormati gurunya dan melaporkan hal sepele kepada polisi, padahal konsep dalam memperoleh ilmu dari seorang guru haruslah suka dan mencintai gurunya terlebih dahulu, apabila kita sudah benci terhadap guru kita, bagaimana ilmu itu bisa masuk?. Dulu guru memukul muridnya menjadi lumrah dan malah muridlah yang dimarahi oleh orang tuanya karena tidak nurut kepada gurunya. Tidak ada maksud lain dari seorang guru selain mendidik anak didiknya menjadi pribadi yang cerdas, tidak pernah ada guru berniat untuk melukai muridnya sejak awal. Logikanya seperti ini apakah ada guru yang berangkat pagi dari rumahnya dengan niat ingin menyiksa muridnya di sekolah? Sungguh hal yang mustahil. Hal ini merupakan sebuah kemunduran dalam segi pendidikan. Harusnya orang tua juga memiliki pemahaman yang cukup untuk sekadar memberikan pedoman dasar dalam mencari ilmu untuk anaknya agar ilmu yang di dapat menjadi barokah

No comments:

Post a Comment