Sunday, September 20, 2020

AKU DI MASA SEKOLAH KU (1)


Masa sekolahku adalah masa kenangan yang tidak bisa dilupakan, aku dulu adalah pemalu berat, kemana mana biasanya dianter sama orang tua, dan hal itu mulai berkurang ketika aku masuk di sekolah menengah atas dan tinggal asrama, oke kita skip dulu cerita masa sma ku, kita mulai dari bangku sekolah taman kanak-kanak

            Di masa kecilku aku mulai masuk di sekolah Taman Kanak-Kanak (TK) yang harus di tempuh dengan sepeda motor atau becak, dulu biasanya aku di antar oleh ibuku untuk ke sekolah sehari-hari dengan ojek langganan atau kalau ojeknya sedang tidak bisa menjemput atau mengantar biasanya kami naik becak. Ya dari sekolah pertama inilah aku mulai punya teman sekolah atau teman dekat, namanya ardi, kemana mana kami selalu bareng ya walaupun itu hanya disekitar sekolah, bisa dibayangin kita dulu masih kecil mana mungkin berpergian jauh. Ardi juga sama denganku dianter oleh ibunya, ibuku dan ibunya ardi juga berteman lama, beliau-beliau sudah akrab duluan pastinya. Selain itu juga ada temen ya bisa dibilang temen akrab kedua namanya dedi, ibunya juga yang mengajar kami di TK, ada juga beberapa teman akrab aku di TK yang lain namun tidak seakrab ardi dan dedi. Nantinya saya masih akan ketemu dengan mereka di sekolah yang lain hmm,

Oke kita balik lagi dengan ardi, ketika kita ada kegiatan di luar, dulu aku masih ingat ketika kita pergi ke suatu pulau untuk kegiatan sekolah kita tetap bareng-bareng dengan ibunya juga tentunya. Dan satu hal lagi yang bisa aku ceritakan persahabatanku dengan ardi yaitu aku selalu kalah kalau ada lomba agustusan, contohnya lari bawa bendera, dan lari kelereng. Aku tidak pernah menang hmmm. Ada kejadian yang masih aku ingat yaitu ketika aku pulang dengan ketiga temanku naik ojek, saat itu sebelum kami pulang kami menemukan uang pecahan 1000 rupiah, di jaman itu, uang 1000 masih lumayan jadi kami berinisiatif untuk membaginya bertiga. Akhirnya lewat ojek langganan kami minta bantuan untuk ditukarkan, jadi dulu berhenti di toko kelontong untuk menukarkannya dengan pecahan 100 rupiah, saat itu aku berpikir, 1000 itu berapa kalau dibagikan ketiga orang, jadi aku mulai berhitung dengan jari-jari tanganku. Ternyata ada lebihnya, tanpa mengasih tau ke teman yang lain aku minta 400 rupiah sedangkan yang lainnya Cuma 300 rupiah, mungkin bisa dibayangkan bagi yang baca ini. Dulu pendidikan tidak seperti sekarang dimana anak TK sudah bisa berhitung, membaca, menggunakan laptop dll. Di jamanku tidak ada laptop cuy, jadi ya tidak banyak anak-abak TK yang bisa berhitung dan membaca.

            Setelah lulus dari TK aku sekolah di sekolah dasar (SD) tempat bapakku bekerja, ya benar bapakku juga guruku di sekolahku, dan sekolahku ini juga dekat dengan rumahku, dulu ayah ibuku masih numpang di rumah punya kepala desa. Karena sekolahku ini dekat, rata-rata teman-teman di sekolahku dari teman sepermainan sehari-hari, tetangga semua. Teman dari sekolah Taman Kanak-Kanak dulu Cuma satu orang, dan aku duduk sebangku dengannya, namanya Guddus. Saat itu aku juga punya teman dekat yaitu Fifin Dan Faris yang satu kelas denganku, lagian disekolahku memang Cuma ada satu kelas tiap tingkatannya, tidak seperti kebanyakan sekolah-sekolah dikota yang sampai dibagi-bagi. Suatu ketika Fifin harus pindah ke kalimantan, dimana ayahnya ada disana bersama nenek kakeknya, dulu nenek kakeknya Fifin ikut program transmigrasi di pemerintahan Soeharto dulu (program transmigrasi adalah program pemindahan penduduk dari kawasan padat penduduk khususnya jawa dan madura yang saat itu termasuk dalam target penduduk yang mau dipindahkan. Tujuannya ada yang di pulau kalimantan, sumatera dan sulawesi, disana akan diberikan lahan untuk tempat tinggal dan untuk pertanian yang dibantu oleh pemerintah dari awal). Cuma aku lupa tepatnya kapan Fifin ini pindah ke Kalimantan bersama bapaknya yang sudah duluan disana. Sempat merasa kehilangan dulu karena ya setiap hari kita bermain bersama kemana-mana juga. Aku juga satu sekolah dengannya di sekolah madrasah dari lembaga pondok pesantren, dulu istilahnya “sekolah malem” karena sekolahnya sehabis sekolah pagi atau sehabis sekolah formal, walaupun masuknya bukan waktu malam juga tapi sekitar jam 1 siang.

Aku sekolah di tempat bapakku mengajar ini sampai mau menginjak kelas tiga SD, karena sehabis itu aku pindah rumah ke rumah kakek nenek dari bapakku. Luamayan cukup jauh dari sekolahku sekitar 8 km. saat pindah mungkin semua juga tahu bahwa kita harus bersosialisasi lagi agar punya teman baru. Untungnya di desanya bapakku ini mudah dapat teman, karena dulu aku juga sekolah agama di lembaga pondok pesantren, sekolah agama khas Nahdlatul Ulama (NU) yang menjamur di seluruh jawa timur, sebagian dari kalian akan tau sekolah seperti yang aku maksud. Kebanyakan masih tetangga dekat. Sebelumnya aku yang pernah sekolah malem di desaku dulu, dan sekarang aku mulai lagi dari kelas paling bawah. Dulu, kelas yang lebih tinggi daripada kelas di sekolah formal, menjadi lazim di desa palalang, desa kelahiranku, namun ternyata disini saat mulai dari kelas paling bawah lagi, ternyata masih berada dengan teman seumuranku.

Masa kecilku sangat menyenangkan, tidak seperti ungkapan orang-orang yang menjadi candaan seperti “masa kecil kurang bahagia” yang diartikan saat kita melihat seseorang melakukan hal kekanak-kanakan. Hidup dekat dengan para tetangga membuat lingkungan menjadi hidup, setidaknya itu yang saya rasakand aripada tingggal di perumahan, tinggal di suatu komplek yang  orang sekitar hanya mengunjungi kita saat ada kabar duka kematian. Saya bermain sehari-hari menjadi lebih ramai karena anak kecil yang sebaya, atau mungkin karena saat itu ledakan penduduk dan kelahiran anak sangat tinggi di Indonesia, sehingga generasi sayalah yang disebut-sebut generasi emas saat indonesia memasuki usia satu abad, dengan bonus Demografinya, atau jika kegagalan generasi emas ini tidak bisa memajukan bangsa, maka akan menjadi beban negara

Aku tidak lama tinggal di desa ini, rumah nenek dari bapak, karena aku pindah rumah lagi ke rumah kakek nenekku yang dari ibu. Jadi, yang sebelumnya itu adalah rumah kakek nenekku yang dari bapak. Ya pada akhirnya kakek nenekku dari ibu, tidak lagi tinggal lagi dengan kami, karena kakek membangun rumah baru, tidak terlalu jauh tapi kalau jalan kaki capek juga. Nah saat pindah ke rumah ini aku sudah didaftarkan untuk masuk ke sekolah baru. Di sekolah baru inilah aku bertemu lagi dengan teman-teman sekolah TK ku dulu, ada Ardi, Dedi, Novel, dan Novi yang dulu juga satu TK denganku, dan saat itu aku tidak merasa canggung lagi untuk menyapa temanku di sekolah baru. Saat aku ke sekolah di hari pertama, aku memakai seragam putih merah dan saat itu bertepatan dengan mata pelajaran olahraga ya terpaksa aku ikut olahraga walaupun tidak terlalu banyak beraktifitas karena memakai seragam formal, tentu saja seragam tidak enak jika dipakai untuk olahraga. Saat itu aku juga melihat anak yang seragam olahraganya beda dengan yang lain, dan benar saja ketika aku bertanya ke temanku dia juga baru saja pindah ke sekolah ini beberapa hari lebih cepat dari aku. Dan beberapa hari setelah aku pindah kesana, ada juga murid pindahan baru yang saat itu masuk dikelasku jadi ada 3 murid baru disana namanya Ardi jadi ada dua Ardi di kelasku dan yang pertama masuk itu cewek, namanya wendy.

           

No comments:

Post a Comment