Masa
sekolahku adalah masa kenangan yang tidak bisa dilupakan, aku dulu adalah
pemalu berat, kemana mana biasanya dianter sama orang tua, dan hal itu mulai
berkurang ketika aku masuk di sekolah menengah atas dan tinggal asrama, oke
kita skip dulu cerita masa sma ku, kita mulai dari bangku sekolah taman
kanak-kanak
Di masa kecilku aku mulai masuk di sekolah Taman Kanak-Kanak (TK) yang harus di tempuh dengan sepeda motor atau becak, dulu biasanya aku di antar oleh ibuku untuk ke sekolah sehari-hari dengan ojek langganan atau kalau ojeknya sedang tidak bisa menjemput atau mengantar biasanya kami naik becak. Ya dari sekolah pertama inilah aku mulai punya teman sekolah atau teman dekat, namanya ardi, kemana mana kami selalu bareng ya walaupun itu hanya disekitar sekolah, bisa dibayangin kita dulu masih kecil mana mungkin berpergian jauh. Ardi juga sama denganku dianter oleh ibunya, ibuku dan ibunya ardi juga berteman lama, beliau-beliau sudah akrab duluan pastinya. Selain itu juga ada temen ya bisa dibilang temen akrab kedua namanya dedi, ibunya juga yang mengajar kami di TK, ada juga beberapa teman akrab aku di TK yang lain namun tidak seakrab ardi dan dedi. Nantinya saya masih akan ketemu dengan mereka di sekolah yang lain hmm,
Oke
kita balik lagi dengan ardi, ketika kita ada kegiatan di luar, dulu aku masih
ingat ketika kita pergi ke suatu pulau untuk kegiatan sekolah kita tetap
bareng-bareng dengan ibunya juga tentunya. Dan satu hal lagi yang bisa aku
ceritakan persahabatanku dengan ardi yaitu aku selalu kalah kalau ada lomba
agustusan, contohnya lari bawa bendera, dan lari kelereng. Aku tidak pernah
menang hmmm. Ada kejadian yang masih aku ingat yaitu ketika aku pulang dengan
ketiga temanku naik ojek, saat itu sebelum kami pulang kami menemukan uang
pecahan 1000 rupiah, di jaman itu, uang 1000 masih lumayan jadi kami
berinisiatif untuk membaginya bertiga. Akhirnya lewat ojek langganan kami minta
bantuan untuk ditukarkan, jadi dulu berhenti di toko
kelontong untuk menukarkannya dengan pecahan 100 rupiah, saat itu aku berpikir,
1000 itu berapa kalau dibagikan ketiga orang, jadi aku mulai berhitung dengan
jari-jari
tanganku. Ternyata ada lebihnya, tanpa mengasih tau ke teman yang lain aku
minta 400 rupiah sedangkan yang lainnya Cuma 300 rupiah, mungkin bisa
dibayangkan bagi yang baca ini. Dulu pendidikan tidak seperti sekarang dimana
anak TK sudah bisa berhitung, membaca, menggunakan laptop dll. Di jamanku tidak
ada laptop cuy, jadi ya tidak banyak anak-abak TK yang bisa berhitung dan
membaca.
Setelah
lulus dari TK aku sekolah di sekolah dasar
(SD) tempat bapakku
bekerja, ya benar bapakku juga guruku di sekolahku, dan sekolahku ini
juga dekat dengan rumahku, dulu ayah ibuku masih numpang di rumah punya
kepala desa. Karena sekolahku ini
dekat, rata-rata
teman-teman di sekolahku dari teman sepermainan sehari-hari,
tetangga semua. Teman
dari sekolah Taman Kanak-Kanak dulu Cuma satu orang, dan aku duduk sebangku
dengannya, namanya Guddus. Saat itu aku juga punya teman dekat yaitu Fifin Dan
Faris yang satu
kelas denganku, lagian disekolahku memang Cuma
ada satu kelas tiap tingkatannya, tidak seperti kebanyakan sekolah-sekolah
dikota yang sampai dibagi-bagi. Suatu ketika Fifin harus pindah ke kalimantan,
dimana ayahnya ada disana bersama nenek kakeknya, dulu nenek kakeknya Fifin
ikut program transmigrasi di pemerintahan Soeharto dulu (program transmigrasi
adalah program pemindahan penduduk dari kawasan padat penduduk khususnya jawa
dan madura yang saat itu termasuk dalam target penduduk yang mau dipindahkan.
Tujuannya ada yang di pulau kalimantan, sumatera dan sulawesi, disana akan
diberikan lahan untuk tempat tinggal dan untuk pertanian yang dibantu oleh
pemerintah dari awal).
Cuma aku lupa tepatnya kapan Fifin ini pindah ke Kalimantan bersama bapaknya
yang sudah duluan disana. Sempat merasa kehilangan dulu karena ya setiap hari
kita bermain bersama kemana-mana juga. Aku juga satu sekolah dengannya di
sekolah madrasah
dari lembaga pondok pesantren, dulu istilahnya “sekolah malem” karena
sekolahnya sehabis sekolah pagi atau sehabis sekolah formal, walaupun masuknya
bukan waktu malam juga tapi sekitar jam 1 siang.
Aku sekolah di tempat bapakku mengajar
ini sampai mau menginjak kelas tiga
SD, karena sehabis itu aku pindah rumah ke rumah kakek nenek dari bapakku. Luamayan cukup jauh dari sekolahku sekitar 8 km.
saat pindah mungkin semua juga tahu bahwa kita harus bersosialisasi lagi agar
punya teman baru. Untungnya di desanya bapakku ini mudah dapat teman, karena
dulu aku juga sekolah agama di lembaga pondok pesantren, sekolah agama khas Nahdlatul Ulama
(NU) yang menjamur di seluruh jawa timur, sebagian dari kalian akan tau sekolah seperti yang aku
maksud. Kebanyakan masih tetangga dekat. Sebelumnya aku yang
pernah sekolah malem di
desaku dulu, dan sekarang aku mulai lagi dari kelas paling bawah. Dulu, kelas yang lebih tinggi daripada kelas di sekolah
formal, menjadi lazim di desa palalang, desa kelahiranku, namun ternyata disini
saat mulai dari kelas paling bawah lagi, ternyata masih berada dengan teman
seumuranku.
Masa
kecilku sangat
menyenangkan, tidak seperti ungkapan
orang-orang yang menjadi candaan seperti “masa kecil kurang bahagia” yang
diartikan saat kita melihat seseorang melakukan hal kekanak-kanakan. Hidup dekat
dengan para tetangga membuat lingkungan menjadi hidup, setidaknya itu yang saya
rasakand aripada tingggal di perumahan, tinggal di suatu komplek yang orang sekitar hanya mengunjungi kita saat ada
kabar duka kematian. Saya
bermain sehari-hari menjadi lebih ramai karena anak kecil
yang sebaya, atau mungkin karena saat itu ledakan penduduk dan kelahiran anak
sangat tinggi di Indonesia, sehingga generasi sayalah yang disebut-sebut
generasi emas saat indonesia memasuki usia satu abad, dengan bonus Demografinya,
atau jika kegagalan generasi emas ini tidak bisa memajukan bangsa, maka akan
menjadi beban negara
Aku tidak lama tinggal di desa ini, rumah nenek dari bapak, karena aku pindah rumah lagi ke rumah kakek nenekku
yang dari ibu. Jadi, yang sebelumnya itu adalah rumah kakek nenekku yang
dari bapak. Ya pada akhirnya kakek nenekku dari ibu, tidak lagi tinggal lagi
dengan kami, karena kakek membangun rumah baru, tidak terlalu jauh tapi kalau
jalan kaki capek juga. Nah saat pindah ke rumah ini aku sudah didaftarkan untuk
masuk ke sekolah baru. Di sekolah baru inilah aku bertemu lagi dengan
teman-teman sekolah TK ku dulu, ada Ardi, Dedi, Novel, dan
Novi yang dulu juga satu TK denganku, dan saat itu aku tidak merasa canggung
lagi untuk menyapa temanku di sekolah baru. Saat aku ke sekolah di hari
pertama, aku memakai seragam putih merah dan saat itu bertepatan dengan mata
pelajaran olahraga ya terpaksa aku ikut olahraga walaupun tidak terlalu banyak
beraktifitas karena memakai seragam formal, tentu
saja seragam tidak enak jika dipakai untuk olahraga. Saat itu aku juga melihat anak yang seragam olahraganya
beda dengan yang lain, dan benar saja ketika aku bertanya ke temanku dia juga
baru saja pindah ke sekolah ini beberapa hari lebih cepat dari aku. Dan
beberapa hari setelah aku pindah kesana, ada juga murid pindahan baru yang saat
itu masuk dikelasku jadi ada 3 murid baru disana namanya Ardi jadi ada dua Ardi
di kelasku dan yang pertama masuk itu cewek, namanya wendy.
No comments:
Post a Comment