Sunday, August 30, 2020

Awal jadi Aktivis Hampir Terjebak dalam Oligarki

 


Awal ikut organisasi legislatif sebenarnya dulu tidak ada niat dan lebih niat masuk organisasi eksekutif. Saat Pemira (pemilihan umum raya) berlangsung, sebelum hari pencoblosan saya ditawari oleh calon ketua umum organisasi eksekutif dulu, dan dulu posisi saya sebagai petugas pelaksana pemira yang berada dibawah KPUR (Komisi Pemilihan Umum Raya), saya merasa ada dorongan dari diri sendiri bahwa ketika ada tawaran seperti itu harus netral begitu pikir saya dengan polosnya, saya sempat dua kali di datangi calon ini, namun jawaban saya tetap sama seperti sebelumnya. Analisa saya mengarah kepada tentang untuk bekerja sama namun bisa saja saya salah, tetapi bagaimanapun sebagai seseorang yang seharusnya memang tidak terikat pada salah satu calon itu merupakan sebuah keputusan yang berani dan karena tolakan itulah mungkin itu yang membuat saya tidak diterima saat daftar di organisasi eksekutif yang kebetulan orang yang tadi mengajak saya, terpilih sebagai ketua organisasi entah ada kaitannya atau tidak. Beberpa tahun setelahnya saat masih kuliah ada penyesalan dengan keputusan apa yang telah saya ambil, tetapi lama-lama saya bangga pada diri saya karena langkah yang saya ambil sudah yang terbaik, dan menuntun saya kepada jalan lain dalam perjalanan saya ikut aktif di organisasi

.

Suatu ketika sebelum pemira saya tidak sengaja ketemu senior di organisasi IPNU dan IPPNU, dan menyarankan saya agar ikut pelatihan legislatif. Saya saat itu mendaftar karena gratis serta mengajak teman akrab saya yaitu Tama, yang akan menjadi wakil saya pada saat menjadi ketua umum HIMMAPAS nantinya, nah alangkah kagetnya saya ketika saya yang daftar duluan malah tidak ada di daftar peserta lolos dan Tama malah ada di daftar peserta, saat itu juga saya menghubungi ketua pelaksananya dan bicara secara langsung. Akhirnya bisa bernafas lega karena saya akhirnya diikut sertakan, selain Tama ada teman kelas juga yang diajak. Nah berawal dari pelatihan legislatif saya punya wawasan tentang DPM ini serta relasi. Setelah berakhirnya PEMIRA dan gagal masuk organisasi eksekutif saya memutuskan untuk mendaftar jadi staff anggota DPM. Saya sendiri tidak ingin melewatkan tahun ini tanpa terikat dalam satu organisasi internal kampus. Salah satu syarat saat pendaftaran ini sudah pasti harus ikut pelatihan legislatif dan saya sudah ikut saat itu, dan akhirnya saya diterima dan masuk di komisi advokasi. Ketua komisi saya mas arif dari jurusan akuntansi. Salah satu pemikiran dari mas arif yang saya ingat betul adalah, setiap kesalahan yang diperbuat oleh siapaun dalam organisasi harus kita ingatkan dan diberikan solusi, enak atau tidak enak suatu permasalahan harus tetap disampaikan, karena inilah fungsinya organisasi yang akan menjadi salah satu pembentuk karakter kita di masa yang akan datang apalagi kita masih “mahasiswa” sebuah gelar yang melekat pada insan yang ingin terus berkembang kearah yang lebih baik.

Program kerja DPM sendiri memang tidak sebanyak organisasi eksekutif karena kita bidang legislasi namun dari segi kegiatan sama saja masalah intensitas kegiatannya, dimana ada kegaitan eksekutif disitulah kami berada sebagai salah satu fungsi kita yaitu di Pengawasan. Hal yang berkembang saat itu tentang organisasi legislatif adalah kita dianggap minim kegiatan padahal tidak demikian, itu hanya alasan yang berkembang di antara mahasiswa pasif, padahal sebuah organisasi berjalan tidak tergantung bentuk dan fungsi organisasi itu sendiri namun oleh keberadaan individu-individu yang berada didalamnya. Dari peserta tahun kemarin, sekarang saya diberikan amanah untuk menjadi ketua pelaksana pelatihan legislatif, dengan segala modal awal saya mencoba mengelola kompleksitas permasalahan dalam suatu kegiatan. Saya belajar menjadi pemimpin yang baik dalam mengorganisasi teman-teman panitia. Kegiatan berjalan lancar tanpa hambatan berarti, namun pasti ada miskomunikasi antara panitia yang sudah pasti terjadi di kalangan mahasiswa. Saya sendiri dicecar kritik habis-habisan saat acara selesai. Namun tetap banyak yang membela saya dan merupakan suatu keberanian untuk menjadi ketua pelaksana saat itu

Periode kedua  setelah saya memutuskan untuk terus melanjutkan di organisasi legislatif dengan modal pengalaman tahun lalu dan relasi saat ini saya yakin mampu untuk setingkat lebih maju dari tahun kemarin. Untuk menjadi anggota harus mencalonkan diri dalam pemira dan bersaing memperoleh suara yang cukup untuk lolos dalam kuota anggota legislatif. akhirnya saya bisa lolos menjadi anggota DPM dengan suara yang tidak terlampau banyak namun masih cukup untuk masuk dalam deretan calon perolehan suara terbanyak. Saya masih ingat saat itu saya sendiri tidak nyoblos karena sedikit khawatir karena saya tidak banyak melakukan pencarian suara, saya hanya menghandalkan dari relasi dekat saya saja, dan saya mencari kesibukan lain guna menenangkan diri.

 Pembentukan struktur organisasi setelah berakhirnya proses pemira dan disini saya menjadi ketua komisi humas dan membawahi teman saya yang seangkatan menjadi staff di komisi, yaitu Dwi dan Ken. Pengawasan yang berat yang pasti saat kegiatan ospek jurusan dimana saat itu saya sedang sakit dan memaksakan ikut ke lokasi yang berada diluar kota dengan menggunakan motor. Banyak hal yang saya pelajari selama dua periode di DPM termasuk ada sedikit penyesalan setelah melalui beberapa perenungan, namun masa lalu bukan untuk diratapi tapi sebagai pembelajaran agar tidak ulangi lagi. Hidup akan terus berjalan dan akan menghantam siapa saja yang hanya meratapi penyeselan masa lalu

No comments:

Post a Comment