Juang tokoh utama dalam buku ini digambarkan seorang pengelAna yang sangat peduli terhadap lingkungan, kegiataan sosial dan kecintaannya pada negeri, mungkin ini adalah salah satu perwujudan dari Fiersa Besari pada dunia literasi dengan sedikit penyempurnaan peran. Selain itu Juang di ilustrasikan sebagai kutu buku serta penggiat sastra. Novel ini ber genre percintaan, percintaan dua sejoli yang dipertemukan secara tidak sengaja. Awalnya Juang hanya menjadi pelarian dari seorang yang patah hati namun lama kelamaan menjadi dekat akibat banyak kesukaan yang sama,
Juang yang berjiwa pengelana mengajak Ana tokoh cewek
dalam novel ini ke gunung untuk pertama kalinya, Ana seorang yang digambarkan
sebagai anak rumahan jauh dari kesan seorang seperti Juang yang kumal dengan
rambut gondrong karena sering berada diperkelanaannya. Dalam pendakian ini juga
turut serta beberapa teman Juang agar tidak hanya berdua saja, dari pendakian
ini rasa antara keduanya menjadi lebih serius dan Ana sudah bisa lepas dari
bayang-bayang rasa sakit hatinya dengan mantannya yang dulu. Mereka resmi
berpacaran sejak turun dari gunung
Juang bukanlah orang yang senang jika dia harus duduk di
belakang meja atau bekerja kantoran seperti orang kebanyakan melewati hari-hari
repetisi yang mebosankan. Datanglah sebuah kesempatan yang sesuai dengan
karakternya, Juang berencana mendaftarkan diri pada sebuah lembaga swadaya masyarakat
(LSM) yang akan mendanai sebuah pembuatan Film dokumenter ke indonesia timur,
daerah ynag paling terbelakang di negeri ini, masih banyak hal yang belum
diketahui hal layak tentang daerah timur. Setelah niatnya ini bulat
akhirnya Juang mengirimkan proposalnya
awal masa pacarannya dengan Juang Ana mengira akan ada
masa-masa indah yang akan terus mengikutinya, namun belum berapa lama dia
bersama Juang, dia mendapat kabar dari Juang kalau proposalnya di terima dan Juang
akan pergi meninggalkannya ke pelosok papua, kabar bahagia bagi Juang namun Ana
tidak menganggap hal itu kabar baik, karena akan ditinggal oleh orang yang dia
cintai, namun Ana akhirnya sadar bahwa kebahagian Juang sebagian adalah
kebahagiaanya juga, maka bagaimanapun perasaan sedih Ana harus ditahan agar Juang
bisa melanjutkan apa yang telah direncanakannya dengan matang bersama tandemnya
nanti di pedalaman papua
Juang akhirnya berangkat bersama dua temannya, pedalaman
papua banyak memberikan pelajaran berharga bagi Juang, terputus koneksi dari
dunia luar dan hampir menjemput ajal di tangan separatis sebelum akhirnya bisa
berdamai dengan separaatis tersebut, akibat kebaikan tim Juang yang tidak
sengaja menolong kerabat pimpinan separatis tersebut. Di pedalaman papua masih
bersembunyi separatis yang ingin memisahkan diri dari negeri ini. Sedangkan Ana
yang menunggu kabar dari Juang malah mendapat kabar yang tidak mengenakkan
tentang Juang, putusnya komunikasi antara pihak LSM dan tim Juang, dan sudah di
ambil tindakan pencarian dari LSM yang membiayai Juang. Sebuah pesan singkat
dari nomor baru ke handphone Ana membuat dia lega bahwa Juang masih bisa pulang
kembali ke jakarta, namun sayang kembalinya Juang ke jakarta harus disambut
kabar sedih ketika ibunya masuk rumah sakit, berhari-hari Juang di rumah sakit
sampai pada akhirnya ibunya meninggal dunia, Juang seakan merasa terpuruk
sekali akan kepergian ibunya, Ana pun tidak mampu menenangkan Juang dalam
beberapa hari pertama sepeninggal ibunya, Ana
sendiri tahu rasanya ditinggal seorang ibu karena Ana juga sudah
ditinggalkan oleh ibunya untuk selamanya
Setelah ada sedikit masalah dengan hubunganannya dengan
juang, Ana jatuh sakit, sakit ini semakin parah karena sering di abaikan oleh Ana
sejak dulu, tumor yang ada dikepalanya harus segera di operasi, Juang secara
diam-diam dengan papa Ana patungan untuk
membiayai operasi ini dan membujuk Ana agar mau sesegera mungkin untuk di
operasi. Akhirnya operasi Ana berjalan sukses. Dan Ana berangsur-angsur membaik
serta bisa beraktivitas normal. Kesembuhan Ana menjadikannya bisa mengejar deadline-deadline
tugas kuliahnya sampai dia akhirnya bisa diwisuda.
Juang yang sudah mulai membaik dari sisi ekonomi dan
sudah bisa dibilang mapan, punya renacana dan sudah mengutarakan pada papa Ana,
yaitu terkait lamarannya. Setelah lamaran
juang diterima Ana dan keluarga, berselang beberapa waktu Juang akhirnya
menikah dengan Ana, sama seperti awal-awal pacarannya dulu, Ana menganggap
hanya akan ada hari-hari bahagia yang akan dilewatinya sampai suatu kabar duka
dari negeri ini yaitu meletusnya gunung sinabung. Tentu saja jiwa sosial dan
kecintaan Juang pada negeri ini menggerakkan hatinya untuk turun langsung membantu. Dengan berat hati Anapun
mengiyakan permintaan Juang untuk bergabung dengan tim sosial yang sudah berada
dilokasi. Juang sudah berada dikaki gunung sinabung tepatnya diposko bantuan,
tugas pertamanya adalah menyelesaikan evakuasi warga yang masih nekat tinggal
di rumah masing-masing, sedangkan Ana yang semalam muntah-muntah dan sudah
melakukan tes kehamilan positif hamil dari apa yang dilihat dari alat tes
tersebut. Ana ingin segera mengabarkan kebahagiaannya ini menahanya untuk menjadi
kejutan saat kepulangan Juang.
Juang setelah memahami tugas pertamanya langsung turun ke
lokasi yang ditetapkan, yaitu desa paling dekat dengan gunung sinabung pas
dikaki gunung sinabung untuk evakuasi warga yang masih beraktivitas normal di
sekitar rumah karena dekat dengan perkebunan pribadi warga. Suatu hal yang
tidak di prediksi sebelumnya, tiba-tiba mendengar suara gemuruh dari puncak
sinabung, ketika menoleh Juang sudah pasrah ketika awan panas akan segera
menimpanya. Juang ditemukan masih bernafas ketika teman-temannya membawanya ke
rumah sakit dengan luka bakar disekujur tubuhnya. Namun Juang tidak tertolong. Kabar
duka pun sampai pada Ana. Perasaan yang tidak pernah bisa diterima Ana, yang
baru saja mendapatkan kebahagiaan akan datangnya seorang Anak dari Juang, harus
mendengar kabar yang sangat buruk bagi dirinya. Usia pernikahannya yang baru
beberapa minggu harus secepat ini berakhir dan ditinggalkan oleh suamninya.
Novel ini sendiri berakhir dengan akhir sad ending, Ana baru bisa tenang
setelah satu tahun lamanya sejak kematian Juang untuk kembali menempati rumah
yang Juang hadiahkan untuknya serta sebuah rekaman saat detik-detik
kepergiannya yang diminta oleh Juang sendiri
No comments:
Post a Comment