BAGIAN 3 Berkelana Ke Selatan
Suatu ketika perkuliahan sudah sampai pada ujung semester, kami ingin merencanakan sebuah pengelanaan, tentu saja untuk tujuan liburan. Akhirnya kami sepakat untuk liburan ke arah selatan. Kami yang saya maksud adalah teman sekelas di kampus saya, selain aku, ada mbak bro, bukos, adhyrock, butet, ken, yurin, elok, slamet, dimas dan betet tentu saja sebagian dari nama-nama itu adalah sebuah panggilan akrab kami. Di hari yang ditentukan Aku menhampiri dimas dan temannya yang sedang ngopi di warkop Pak De, dan aku juga berkenalan dengan temannya yang akan ikut kita berkelana, dialah betet. Sehabis ngopi dan berberes kami berangkat bersama almet dan butet yang menyusul kami di warkop. Perjalanan kami dari surabaya sudah ditemani oleh hujan, padahal kami maih harus mampir di Sidoarjo di rumah bukos yang sudah siap dengan barang bawaanya, setelah reda akhirnya kami melanjutkan perjalanan ke arah selatan. Lagi-lagi kami juga di ikuti oleh hujan, jadilah kami mampir di rumah adhyrock, sekalian kami numpang makan. setelah itu kami melanjutkan lagi perjalanan ke selatan dengan adhy dan elok yang bergabung dengan kami. Perjalanan dilanjutkan dengan terlebih dahulu menuju ke nganjuk yaitu mengantar slamet yang sebenarnya kita seperti memuter karena kita juga harus ke kediri, sementara ken yang aku bonceng menggerutu bahwa ini memakan waktu yang lumayan, namun kami tidak sampai ke rumahnya karena slamet minta dijemput oleh temannya, mungkin takut kita akan merepotkannya dengan harus menyuguhkan sesuatu buat kita saat mampir, karena diantara kami semua slamet yang paling mbuleti sementara itu motornya akan kami pinjam karena kami kekurangan motor, kami juga sudah meminjam motor milik tebo, teman sekelas kami juga. Selang beberapa menit teman slamet udah sampai dan kami bergegas memacu motor.
Hampir setiap kita melanjutkan perjalanan kita ditemani
oleh hujan kami sampai di rumah ken di
kediri sekalian kita mampir untuk sedikit bersantai dan menikmati sedikit waktu
di Arc de triophe nya Indonesia yang kebetulan dekat ekali degan rumah
ken, saat itu pun suasana sudah gelap dan matahari sudah kembali ke peraduannya.
Keaikan dengan suasana keramaian, kami teringat kembali bahwa bagaimanapun kita
harus sampai ke rumah butet malam ini juga, yaitu tempat kami akan menginap. Akhirnya
kami memutuskan untuk melanjtukan perjalanan ke selatan ehabis menikmati yang
diuguhkan ken dan keluarga. Hujan masih menyertai kami yang menambah kebekuan
ditubuh kami bagaimanapun hujan malam akan terasa amat dingin seperti menusuk-nusuk
tulang, kami memutuskan singgah di rumah yurin di Tulungagung dikarenakan
tangan sudah mengerut tanda tubuh sudah tidak mampu lagi menyesuaikan suhu
dengan hujan di malam hari. Sedangkan memaksakan berkendara di saat hujan
apalagi setelah seharian kami terkena hujan, akan sangat berisiko sedangkan
tangan akupun juga sudah mati rasa dan kaku sehingga mempengaruhi saat akan mengontrol
setir dan pengereman, tujuan kami sudah dekat dimana rumah butet juga di
tulungagung namun masih sekitar 20 menit lagi menuju kesana. Rumah yurin akan menjadi
basecamp tempat cewek untuk menginap semenatara basecamp kami di
rumah butet
Seseorang
yang disana menanyakan kabar padaku bagaimana keadaanku, apalagi dia tahu bahwa
cuaca sedang buruk-buruknya, dia yang khawatir disana memang dalam beberapa
minggu terakhir semakin intens menanyakan kabar dariku dan satu sama yang lain,
aku membalas seadanya, dengan sms
Akhirnya kami sampai di rumah butet, perjalanan ini
terasa sangat panjang karena normalnya bisa di tempuh dalam 4-5 jam, kami yang
berangkat pagi hari baru sampai ke tujuan saat tengah malam, tentu saja karena
kita sering singgah dan juga dipengaruhi oleh cuaca yang tidak bersahabat. Bagi
saya ini adalah kedua kalinya ke rumah butet setelah pada awal kuliah pernah
kesini dengan bermodalkan tiket kereta pulang-pergi. Kami segera membersihkan
diri dan berganti pakaian dengan yang kering, dihujani seharian bukan merupakan
hal yang baik bagi tubuh manusia, apalagi kita tidak tahu daya tahan tubuh kita
sekuat apa, aku saja jarang olahraga, pola makan berantakan dengan makanan yang
kurang sehat serta sering begadang. Kami segera istirahat agar tubuh tidak
terserang flu.
Malam berganti pagi dan mentari keluar dari persembunyiannya.
Hari ke-2 karena kemarin saat berangkat sudah terhitung hari pertama Seperti
biasa bangun pagi hanyalah mitos, akibat kelelahan kami kesiangan tidak seperti
yang direncanakan di awal, bahkan ipul datang saat kami tertidur pulas. hari
ini kita akan pergi ke air tejun, ada teman yang akan bergabung dengan kita
hari ini, yaitu ipul yang memergoki kita sedang tertidur pulas, kunto yang juga
dari Tulungagung sama seperti ipul serta muklis dan choi yang juga ikut dan
menginap di rumah kunto, kunto sendiri datang bersama pacarnya. Setelah bersiap-siap
kami berangkat. Letaknya tidak begitu jauh dari rumah butet, sedangkan adhyrock
sudah pernah kesini bersama butet, kami sampai dan setelah memarkir kendaraan
dan bayar karcis masuk, kami segera melangkah memenuhi jalan setapak guna
mencapai air terjun tujuan kami, namun sayang setelah kami sampai pada tujuan
kami, cuaca buruk kemarin yang hampir membasahi seluruh jawa timur, membuat air
terjuanya jadi keruh, tidak berwarna biru seperti yang kami bayangkan sebelumnya
ketika melihat foto-foto di instagram, yang bahkan biasanya ada yang mandi di
dekat air terjun itu. sepertinya bukan keberuntungan kita. Bagaimanapun keadaan
airnya toh masih bisa dinikmati pikir kami semua, yaitu dengan kita berfoto
bersama. Walaupun tidak seperti yang kami harapkan kami tetap pulang dengan
senang, karena arti dari sebuah perjalanan dari liburan adalah dengan siapa
kita kesanannya, beramai-ramai dengan teman adalah sebuah hal langka, kenapa
hal langka? Ya karena biasanya dari sebuah rencana hanya berakhir wacana dan
tidak pernah terealisasikan, coba bayangkan berapa rencana liburan kalian
bersama teman-teman kalian? Apakah semuanya terealisasi? Cukup jawab dalam hati
kalian maing-masing. Kami pulang kembali ke urmah butet dengan mampir terlebih
dulu di sebuah kedai untuk mengobati rasa lapar perut kami, walaupun bukan
makanan-makanan tapi sebuah jajanan hangat yang menemani tatkala sinar sang
surya mulai redup. Kami menuju arah kota tulungagung dimana rumah yurin berada
mengantar tim cewek kembali ke rumah yurin untuk beristirahat dan kami kembali
ke rumah butet lagi, hal sebenarnya cukup memakan waktu karena hampir satu jam
untuk pulang-pergi mengantar dan menjemput
Hari ke-3 agenda kami hari ini adalah ke pantai yang
sedang booming-boomingnya di Tulungagung, namun sangat disayangkan ada
personil kita yang harus kembali ke rumahnya dengan alasan yang tidak bisa
ditinggal menurutnya, yaitu mbak bro. Kami pun menghargai karena setidaknya
sudah ikut bersama kami walau tidak full sampai selesai, keikutsertaannya
ini untuk menghargai rencana yang kita buat bersama juga sebagai pertanda
kekompakan kami. Kami mengantarnya ke terminal antar kota selepas itu kami
melanjutkan perjalanan menembus perbukitan, sepanjang jalan pemandangan lumayan
indah terlihat dari atas bukit. Jalan yang tadinya lebar dan mulus kini harus
berubah dengan jalan aspal sempit dan berlubang, jalanan naik turun dan berlubang
memaksa kami untuk memelankan laju motor yang tentunya menguras waktu untuk segera sampai pada tujuan. Ternyata
jalan tadi bukan satu-satunya siksaan buat kami, masih ada jalanan makadam yang
harus kami lalui, jalannya pun berlumpur sehabis dihujani seharian kemarin. lebih
cocok dijadikan sirkuit motocross pikirku. Motor kami yang mayoritas matic
sampai mengeluarkan asap dan berbau hangus. Kami harus berhati-hati agar tidak
memaksakan motor yang nantinya bisa berakibat fatal yaitu mogok. Malah akan
tambah sulit pikir kami jika harus mogok di tengah hutan dengan kondisi seperti
ini. Pantai yang kami tuju sendiri adalah sebuah tepian tebing dibawah
perbukitan yang menyisakan ukiran-ukiran lubang pada batu karang akibat
hantaman arus laut.
Kami sampai dibatas parkir, dan ternyata untuk menuju ke
lokasi yang dimaksud kami harus menuruni bukit licin berlumpur sekitar 100
meter ke bawah, untung saja ada tali yang membantu kita sebagai pegangan.
Akhirnya kami sampai dibawah dengan nafas terengah-engah. Dan sepatu saya yang
baru beli sepertinya sepulang dari sini harus dibuang, dikarenakan tipe sepatu
yang tidak cocok dengan keadaan jalan. Kami tiba di bawah dan berfoto-foto
sambil menikmati pemandangan laut istirahat sejenak mengisi tenaga guna naik
kembali ke atas. Muklis, Choi dan Kunto masih menemani kami dalam perjalanan
ini dan berfoto bersama, ada manfaatnya juga mereka ikut bersama kami ketika
kami ingin berfoto bersama, dan muklis yang dikorbankan sebagai fotografer, sungguh
tidak adil gumamku, tapi mau bagaimana lagi kami tidak bawa tripod, jadi harus
difotokan oleh manusia, sedangkan suasan pantai yang agak sepi juga tidak
memungkinkan untuk minta bantuan pengunjung lainnya.
Hari sudah menjelang sore ketika kami harus bergegas
kembali ke basecamp, kami berembuk apakah malam nanti kita akan keluar
sperti yang direncanakan di awal, keputusan kami sama yaitu istirahat untuk
petualangan besok. Rencana memang rencana yang terkadang harus menyesuaikan
dengan keadaan kita di lapangan, seperti kemarin kita sudah kecapean sebelum
melanjutkan agenda malam hari. Kita pun pulang melewati jalanan neraka tadi dan
harus melewati rumah butet yang menjadi basecamp kami para cowok karena harus
mengantar cewek-cewek ke rumah yurin. Satu kata untuk hari “sangat melelahkan”
Hari ke-4 lagi-lagi bangun kesiangan, hujan dipagi hari
ternyata awet sampai tim cewek sampai duluan di rumah butet, ya kemarin guna
menghemat waktu dan bensin sengaja kami suruh bawa motornya agar tidak usah
menjemput. Ternyata yang ditunggu tidak berhenti sampai sore, yaitu hujan,
akhirnya kami mengganti rencana yaitu nongkrong di kota sebelah yaitu di kota
blitar. Rembulan sudah menemani kami serta diiringi rintik rintik air yang
jatuh dari langit tatkakala kita terus melaju ke tujuan, yah setelah seharian
hanya berbaring sambil melihat hujan. Kita memutuskan tetap berangkat agar ada
kegiatan hari ini walaupun juga hanya nongkrong di cafe. Sehabis nongkrong kita
memutari alun-alun kota blitar dan melihat dari luar areal makam bapak pendiri
bangsa, karena malam makam Bung Karno sudah tutup, jika saja hujan hari ini
tidak turun seharian mungkin kita bisa mengunjunginya terutama bagi saya yang
jarang ke Blitar. Akhirnya kita hanya bisa beristirahat di taman dekat makam Bung
Karno yang biasanya juga menjadi tempat singgah para peziarah atau wisatawan
yang datang kesini. Jam sudah menunjukkan jam 9 malam, pertanda kita harus
kembali karena perjalanan juga butuh waktu 30 menit dan juga harus mengantar
teman cewek ke arah kota, mungkin bisa satu jam sampai kita beristirahat lagi
di rumah butet. Hari ini petualangan kita hanya sebatas nongkrong
Hari- ke 5 kami bangun agak pagi karena rencana kita hari
ini adalah ke pantai dan ini hari terakhir
karena nanti sore kita akan pulang. Kita berangkat dengan satu teman lagi yang
join yaitu ipul yang rumahnya juga Tulungagung setidaknya menambah seru dan ramai
perjalanan kita. Perjalanan lumayan juga untuk menuju ke tempat yang kita tuju
sekitar satu jaman. Kita sampai dengan kondisi pantai yang sepi. Mungkin karena
bukan weekend. Berbeda dengan pantai sebelumnya yang kita kunjungi bertipe
tebing, disini pantainya bisa kita nikmati untuk berenang pasir putih yang
indah membuat saya dan teman-teman memutuskan untuk berenang, arus laut lumayan
besar serta tinggi ombak hampir satu meter. Saya sendiri hanya berani ditepian,
karena jauh kesana adalah Samudra Hindia, semakin jauh ombak dan arus akan
semakin menakutkan. Bulu babi yang semakin banyak terlihat membuat saya jadi
waswas dan memutuskan untuk menyudahi berenang. Kami akhirnya besrsih diri dan
segera bersiap pulang. Agar bisa beristirahat sejenak sebelum pergi ke utara
dimana menjadi pusat orang-orang bekerja, yaitu surabaya. Kami beristirahat dan
berhenti untuk mengisi perut lalu melanjutkan ke rumah butet. kami sampai dan
sedikit istirahat bahkan terlelap untuk sesaat. Kami segera berkemas memasukkan
baju-baju kotor ke tas kami masing-masing dan berpamitan pada orang tua dan
nenek butet.
Setelah berpamitan kami lalu melesat menembus angin ke
rumah yurin menjemput tim cewek, sampai akhirnya hujan deras dan kami terjebak
di rumah yurin. Hujan kali ini tidak bisa diterjang sedangkan sausana sudah
sekitar jam 7 malam, kami makan malam bersama disini sambil menunggu hujan
reda. Hujan malah tambah deras sampai jam 9 malam kami menunggu. Kami berumbuk
bagaimana yang baik buat kita sedangkan memaksakan menerjang hujan deras akan
sangat beresiko apalagi perjalanan kita panjang dan sudah semakin larut,
mungkin kita akan sampai tengah malam itupun tanpa berhenti. Kami semua Dilema
disatu sisi kami sudah berpamitan ke orang rumah butet dilain sisi jika
memaksakan akan sangat berbahaya bagi kita. Tentu sebenarnya tidak masalah jika
kami kembali ke rumah butet, namun malu atau lebih tepatnya gengsi dan ego kita
sebagai anak muda maih tinggi, bagaimanapun jangan kembali ke rumah butet
karena sudah berpamitan. Sedangkan bermalam di rumah yurin juga tidak
memungkinkan. Bagaimanapun kami izin terhadap keluarga hanya tiga hari dan berubah
jadi lima hari, sekarang malah nambah lama lagi sehingga jadi enam hari,
perasaan kekhawatiran turut menyertai kita yang masih sering diawasi orang tua
terutama bagi tim cewek, saya sendiri sih, kemanapun bisa asal berkabar dan
izin yang jelas sama bapak saya. Akhirnya Kami tertolong setelah Ipul
menawarkan agar menginap saja di rumahnya, tentu saja kami tidak menolak
apalagi posisi kita sedang terjebit, akhirnya kita meluncur ke rumah ipul dalam
keadaan yang masih hujan karena tidak begitu jauh. Kami sampai dan segera
beistirahat karena fisik dan pikiran sudah tidak mampu lagi bekerja normal.
No comments:
Post a Comment