Tuesday, August 25, 2020

PANDANG BASWARA bagian 3 (PPSN)

 BAGIAN 3 Berkelana Ke Selatan

            Suatu ketika perkuliahan sudah sampai pada ujung semester, kami ingin merencanakan sebuah pengelanaan, tentu saja untuk tujuan liburan. Akhirnya kami sepakat untuk liburan ke arah selatan. Kami yang saya maksud adalah teman sekelas di kampus saya, selain aku, ada mbak bro, bukos, adhyrock, butet, ken, yurin, elok, slamet, dimas dan betet tentu saja sebagian dari nama-nama itu adalah sebuah panggilan akrab kami. Di hari yang ditentukan Aku menhampiri dimas dan temannya yang sedang ngopi di warkop Pak De, dan aku juga berkenalan dengan temannya yang akan ikut kita berkelana, dialah betet. Sehabis ngopi dan berberes kami berangkat bersama almet dan butet yang menyusul kami di warkop. Perjalanan kami dari surabaya sudah ditemani oleh hujan, padahal kami maih harus mampir di Sidoarjo di rumah bukos yang sudah siap dengan barang bawaanya, setelah reda akhirnya kami melanjutkan perjalanan ke arah selatan.  Lagi-lagi kami juga di ikuti oleh hujan, jadilah kami mampir di rumah adhyrock, sekalian kami numpang makan. setelah itu kami melanjutkan lagi perjalanan ke selatan dengan adhy dan elok yang bergabung dengan kami. Perjalanan dilanjutkan dengan terlebih dahulu menuju ke nganjuk yaitu mengantar slamet yang sebenarnya kita seperti memuter karena kita juga harus ke kediri, sementara ken yang aku bonceng menggerutu bahwa ini memakan waktu yang lumayan, namun kami tidak sampai ke rumahnya karena slamet minta dijemput oleh temannya, mungkin takut kita akan merepotkannya dengan harus menyuguhkan sesuatu buat kita saat mampir, karena diantara kami semua slamet yang paling mbuleti sementara itu motornya akan kami pinjam karena kami kekurangan motor, kami juga sudah meminjam motor milik tebo, teman sekelas kami juga. Selang beberapa menit teman slamet udah sampai dan kami bergegas memacu motor.

Hampir setiap kita melanjutkan perjalanan kita ditemani oleh hujan kami sampai  di rumah ken di kediri sekalian kita mampir untuk sedikit bersantai dan menikmati sedikit waktu di Arc de triophe nya Indonesia yang kebetulan dekat ekali degan rumah ken, saat itu pun suasana sudah gelap dan matahari sudah kembali ke peraduannya. Keaikan dengan suasana keramaian, kami teringat kembali bahwa bagaimanapun kita harus sampai ke rumah butet malam ini juga, yaitu tempat kami akan menginap. Akhirnya kami memutuskan untuk melanjtukan perjalanan ke selatan ehabis menikmati yang diuguhkan ken dan keluarga. Hujan masih menyertai kami yang menambah kebekuan ditubuh kami bagaimanapun hujan malam akan terasa amat dingin seperti menusuk-nusuk tulang, kami memutuskan singgah di rumah yurin di Tulungagung dikarenakan tangan sudah mengerut tanda tubuh sudah tidak mampu lagi menyesuaikan suhu dengan hujan di malam hari. Sedangkan memaksakan berkendara di saat hujan apalagi setelah seharian kami terkena hujan, akan sangat berisiko sedangkan tangan akupun juga sudah mati rasa dan kaku sehingga mempengaruhi saat akan mengontrol setir dan pengereman, tujuan kami sudah dekat dimana rumah butet juga di tulungagung namun masih sekitar 20 menit lagi menuju kesana. Rumah yurin akan menjadi basecamp tempat cewek untuk menginap semenatara basecamp kami di rumah butet

Seseorang yang disana menanyakan kabar padaku bagaimana keadaanku, apalagi dia tahu bahwa cuaca sedang buruk-buruknya, dia yang khawatir disana memang dalam beberapa minggu terakhir semakin intens menanyakan kabar dariku dan satu sama yang lain, aku membalas seadanya, dengan sms

Akhirnya kami sampai di rumah butet, perjalanan ini terasa sangat panjang karena normalnya bisa di tempuh dalam 4-5 jam, kami yang berangkat pagi hari baru sampai ke tujuan saat tengah malam, tentu saja karena kita sering singgah dan juga dipengaruhi oleh cuaca yang tidak bersahabat. Bagi saya ini adalah kedua kalinya ke rumah butet setelah pada awal kuliah pernah kesini dengan bermodalkan tiket kereta pulang-pergi. Kami segera membersihkan diri dan berganti pakaian dengan yang kering, dihujani seharian bukan merupakan hal yang baik bagi tubuh manusia, apalagi kita tidak tahu daya tahan tubuh kita sekuat apa, aku saja jarang olahraga, pola makan berantakan dengan makanan yang kurang sehat serta sering begadang. Kami segera istirahat agar tubuh tidak terserang flu.

Malam berganti pagi dan mentari keluar dari persembunyiannya. Hari ke-2 karena kemarin saat berangkat sudah terhitung hari pertama Seperti biasa bangun pagi hanyalah mitos, akibat kelelahan kami kesiangan tidak seperti yang direncanakan di awal, bahkan ipul datang saat kami tertidur pulas. hari ini kita akan pergi ke air tejun, ada teman yang akan bergabung dengan kita hari ini, yaitu ipul yang memergoki kita sedang tertidur pulas, kunto yang juga dari Tulungagung sama seperti ipul serta muklis dan choi yang juga ikut dan menginap di rumah kunto, kunto sendiri datang bersama pacarnya. Setelah bersiap-siap kami berangkat. Letaknya tidak begitu jauh dari rumah butet, sedangkan adhyrock sudah pernah kesini bersama butet, kami sampai dan setelah memarkir kendaraan dan bayar karcis masuk, kami segera melangkah memenuhi jalan setapak guna mencapai air terjun tujuan kami, namun sayang setelah kami sampai pada tujuan kami, cuaca buruk kemarin yang hampir membasahi seluruh jawa timur, membuat air terjuanya jadi keruh, tidak berwarna biru seperti yang kami bayangkan sebelumnya ketika melihat foto-foto di instagram, yang bahkan biasanya ada yang mandi di dekat air terjun itu. sepertinya bukan keberuntungan kita. Bagaimanapun keadaan airnya toh masih bisa dinikmati pikir kami semua, yaitu dengan kita berfoto bersama. Walaupun tidak seperti yang kami harapkan kami tetap pulang dengan senang, karena arti dari sebuah perjalanan dari liburan adalah dengan siapa kita kesanannya, beramai-ramai dengan teman adalah sebuah hal langka, kenapa hal langka? Ya karena biasanya dari sebuah rencana hanya berakhir wacana dan tidak pernah terealisasikan, coba bayangkan berapa rencana liburan kalian bersama teman-teman kalian? Apakah semuanya terealisasi? Cukup jawab dalam hati kalian maing-masing. Kami pulang kembali ke urmah butet dengan mampir terlebih dulu di sebuah kedai untuk mengobati rasa lapar perut kami, walaupun bukan makanan-makanan tapi sebuah jajanan hangat yang menemani tatkala sinar sang surya mulai redup. Kami menuju arah kota tulungagung dimana rumah yurin berada mengantar tim cewek kembali ke rumah yurin untuk beristirahat dan kami kembali ke rumah butet lagi, hal sebenarnya cukup memakan waktu karena hampir satu jam untuk pulang-pergi mengantar dan menjemput

Hari ke-3 agenda kami hari ini adalah ke pantai yang sedang booming-boomingnya di Tulungagung, namun sangat disayangkan ada personil kita yang harus kembali ke rumahnya dengan alasan yang tidak bisa ditinggal menurutnya, yaitu mbak bro. Kami pun menghargai karena setidaknya sudah ikut bersama kami walau tidak full sampai selesai, keikutsertaannya ini untuk menghargai rencana yang kita buat bersama juga sebagai pertanda kekompakan kami. Kami mengantarnya ke terminal antar kota selepas itu kami melanjutkan perjalanan menembus perbukitan, sepanjang jalan pemandangan lumayan indah terlihat dari atas bukit. Jalan yang tadinya lebar dan mulus kini harus berubah dengan jalan aspal sempit dan berlubang, jalanan naik turun dan berlubang memaksa kami untuk memelankan laju motor yang tentunya menguras waktu  untuk segera sampai pada tujuan. Ternyata jalan tadi bukan satu-satunya siksaan buat kami, masih ada jalanan makadam yang harus kami lalui, jalannya pun berlumpur sehabis dihujani seharian kemarin. lebih cocok dijadikan sirkuit motocross pikirku. Motor kami yang mayoritas matic sampai mengeluarkan asap dan berbau hangus. Kami harus berhati-hati agar tidak memaksakan motor yang nantinya bisa berakibat fatal yaitu mogok. Malah akan tambah sulit pikir kami jika harus mogok di tengah hutan dengan kondisi seperti ini. Pantai yang kami tuju sendiri adalah sebuah tepian tebing dibawah perbukitan yang menyisakan ukiran-ukiran lubang pada batu karang akibat hantaman arus laut.

Kami sampai dibatas parkir, dan ternyata untuk menuju ke lokasi yang dimaksud kami harus menuruni bukit licin berlumpur sekitar 100 meter ke bawah, untung saja ada tali yang membantu kita sebagai pegangan. Akhirnya kami sampai dibawah dengan nafas terengah-engah. Dan sepatu saya yang baru beli sepertinya sepulang dari sini harus dibuang, dikarenakan tipe sepatu yang tidak cocok dengan keadaan jalan. Kami tiba di bawah dan berfoto-foto sambil menikmati pemandangan laut istirahat sejenak mengisi tenaga guna naik kembali ke atas. Muklis, Choi dan Kunto masih menemani kami dalam perjalanan ini dan berfoto bersama, ada manfaatnya juga mereka ikut bersama kami ketika kami ingin berfoto bersama, dan muklis yang dikorbankan sebagai fotografer, sungguh tidak adil gumamku, tapi mau bagaimana lagi kami tidak bawa tripod, jadi harus difotokan oleh manusia, sedangkan suasan pantai yang agak sepi juga tidak memungkinkan untuk minta bantuan pengunjung lainnya.

Hari sudah menjelang sore ketika kami harus bergegas kembali ke basecamp, kami berembuk apakah malam nanti kita akan keluar sperti yang direncanakan di awal, keputusan kami sama yaitu istirahat untuk petualangan besok. Rencana memang rencana yang terkadang harus menyesuaikan dengan keadaan kita di lapangan, seperti kemarin kita sudah kecapean sebelum melanjutkan agenda malam hari. Kita pun pulang melewati jalanan neraka tadi dan harus melewati rumah butet yang menjadi basecamp kami para cowok karena harus mengantar cewek-cewek ke rumah yurin. Satu kata untuk hari “sangat melelahkan”

Hari ke-4 lagi-lagi bangun kesiangan, hujan dipagi hari ternyata awet sampai tim cewek sampai duluan di rumah butet, ya kemarin guna menghemat waktu dan bensin sengaja kami suruh bawa motornya agar tidak usah menjemput. Ternyata yang ditunggu tidak berhenti sampai sore, yaitu hujan, akhirnya kami mengganti rencana yaitu nongkrong di kota sebelah yaitu di kota blitar. Rembulan sudah menemani kami serta diiringi rintik rintik air yang jatuh dari langit tatkakala kita terus melaju ke tujuan, yah setelah seharian hanya berbaring sambil melihat hujan. Kita memutuskan tetap berangkat agar ada kegiatan hari ini walaupun juga hanya nongkrong di cafe. Sehabis nongkrong kita memutari alun-alun kota blitar dan melihat dari luar areal makam bapak pendiri bangsa, karena malam makam Bung Karno sudah tutup, jika saja hujan hari ini tidak turun seharian mungkin kita bisa mengunjunginya terutama bagi saya yang jarang ke Blitar. Akhirnya kita hanya bisa beristirahat di taman dekat makam Bung Karno yang biasanya juga menjadi tempat singgah para peziarah atau wisatawan yang datang kesini. Jam sudah menunjukkan jam 9 malam, pertanda kita harus kembali karena perjalanan juga butuh waktu 30 menit dan juga harus mengantar teman cewek ke arah kota, mungkin bisa satu jam sampai kita beristirahat lagi di rumah butet. Hari ini petualangan kita hanya sebatas nongkrong

Hari- ke 5 kami bangun agak pagi karena rencana kita hari ini adalah ke pantai  dan ini hari terakhir karena nanti sore kita akan pulang. Kita berangkat dengan satu teman lagi yang join yaitu ipul yang rumahnya juga Tulungagung setidaknya menambah seru dan ramai perjalanan kita. Perjalanan lumayan juga untuk menuju ke tempat yang kita tuju sekitar satu jaman. Kita sampai dengan kondisi pantai yang sepi. Mungkin karena bukan weekend. Berbeda dengan pantai sebelumnya yang kita kunjungi bertipe tebing, disini pantainya bisa kita nikmati untuk berenang pasir putih yang indah membuat saya dan teman-teman memutuskan untuk berenang, arus laut lumayan besar serta tinggi ombak hampir satu meter. Saya sendiri hanya berani ditepian, karena jauh kesana adalah Samudra Hindia, semakin jauh ombak dan arus akan semakin menakutkan. Bulu babi yang semakin banyak terlihat membuat saya jadi waswas dan memutuskan untuk menyudahi berenang. Kami akhirnya besrsih diri dan segera bersiap pulang. Agar bisa beristirahat sejenak sebelum pergi ke utara dimana menjadi pusat orang-orang bekerja, yaitu surabaya. Kami beristirahat dan berhenti untuk mengisi perut lalu melanjutkan ke rumah butet. kami sampai dan sedikit istirahat bahkan terlelap untuk sesaat. Kami segera berkemas memasukkan baju-baju kotor ke tas kami masing-masing dan berpamitan pada orang tua dan nenek butet.

Setelah berpamitan kami lalu melesat menembus angin ke rumah yurin menjemput tim cewek, sampai akhirnya hujan deras dan kami terjebak di rumah yurin. Hujan kali ini tidak bisa diterjang sedangkan sausana sudah sekitar jam 7 malam, kami makan malam bersama disini sambil menunggu hujan reda. Hujan malah tambah deras sampai jam 9 malam kami menunggu. Kami berumbuk bagaimana yang baik buat kita sedangkan memaksakan menerjang hujan deras akan sangat beresiko apalagi perjalanan kita panjang dan sudah semakin larut, mungkin kita akan sampai tengah malam itupun tanpa berhenti. Kami semua Dilema disatu sisi kami sudah berpamitan ke orang rumah butet dilain sisi jika memaksakan akan sangat berbahaya bagi kita. Tentu sebenarnya tidak masalah jika kami kembali ke rumah butet, namun malu atau lebih tepatnya gengsi dan ego kita sebagai anak muda maih tinggi, bagaimanapun jangan kembali ke rumah butet karena sudah berpamitan. Sedangkan bermalam di rumah yurin juga tidak memungkinkan. Bagaimanapun kami izin terhadap keluarga hanya tiga hari dan berubah jadi lima hari, sekarang malah nambah lama lagi sehingga jadi enam hari, perasaan kekhawatiran turut menyertai kita yang masih sering diawasi orang tua terutama bagi tim cewek, saya sendiri sih, kemanapun bisa asal berkabar dan izin yang jelas sama bapak saya. Akhirnya Kami tertolong setelah Ipul menawarkan agar menginap saja di rumahnya, tentu saja kami tidak menolak apalagi posisi kita sedang terjebit, akhirnya kita meluncur ke rumah ipul dalam keadaan yang masih hujan karena tidak begitu jauh. Kami sampai dan segera beistirahat karena fisik dan pikiran sudah tidak mampu lagi bekerja normal.

        Hari ke-6 Kali ini kami bangun pagi, mungkin karena suasana yang beda, karena aktifitas kelaurga ipul dan tetangga disekitarnya yang sangat dekat mebuat kami terbangun dengan sendiri, berbeda dengan rumah butet yang sedikit berjarak antara tetangga dan sedikit sunyi disini juga terbilang dekat dengan alun-alun Tulungagung. Kami sarapan sego pecel yang dibelikan oleh ipul, ketika dikasih tahu harganya ternyata sangat murah jika dibandingkan dengan di surabaya bisa dua kali lipat harganya. Selesai sarapan kami berisap dan kami harus segera pulang karena matahari sudah mulai meninggi. Sementara arah menuju tujuan pulang tidak seramai saat berangkat, dimana yang lain sudah stay di rumahnya bagi yang dari tulungangung, nanti juga bakal berkurang sampai akhinya hanya tinggal aku dan bukos yang menuju arah Surabaya. Perjalanan panjang akhirnya selesai dengan sejuta kenangan dan melahirkan sebuah nama bagi tim kami dengan singkatan PPSN kepanjangan dari Para Pencari Sesuap Nasi.

No comments:

Post a Comment