Friday, October 2, 2020

RESENSI SESJARAH TUHAN – KAREN AMSTRONG


Buku ini banyak menceritakan tentang perkembangan keyakinan akan tuhan yang dimulai sejak peradaban Nabi Ibrahim serta nantinya kaum Bani Israil. Bagi orang yang awam sejarah dan minim literasi, buku ini akan sangat sulit di pahami. Bangsa israel sendiri dikenal sebagai bangsa pendusta tidak hanya dalam islam tapi juga oleh kristen sehingga bangsa israel modern dibenci dan banyak mendapat perlakuan dikriminatif. Buku ini di awal-awal menjelaskan tentang problematika kaum yahudi yang terkenal dengan sifat-sifatnya dalam mengingkari tuhan. The Messias yang ditunggu kaum yahudi seperti yang terdapat dalam ajarannya yang ditugaskan akan menyempurnakan agama, namun mengingkari karena nabi terakhir itu tidak terlahir dari bangsa mereka, mereka menolak nabi Isa dan Muhammad. Inkonsistensi terhadap keimanan, saat bangsa Israel diselamatkan Nabi Musa dan menyembah tuhan Yahweh bagaimana mereka menyebut Allah.

Dalam yahudi nama tuhan Begitu sakralnya sampai-sampai menyebut namanya adalah suatu hal yang berdosa, sehingga Yahweh Di Analogikan dengan YHWH atau dengan sinonim Shekinah. Kaum Yahudi kembali menyembah patung-patung, Hal ini dijelaskan dalam ajaran yang terdapat dalam islam saat Nabi Musa pergi ke gunung. Yahudi dibenci karena menganggap dirinya adalah kaum pilihan, namun  mereka yang mencibir juga sama halnya dengan kaum yahudi karena melakukan kesalahan dengan menghasut dan menyebar kebencian terhadap kaum yahudi, kristen juga melakukan pembenaran dalam perang salib saat melawan yahudi dan muslim.

Dalam bab lain buku ini juga mengulas agama Buddha. Konsep Nirvana yang secara harfiah berarti padam atau usai, dideskripsikan sebagai realitas tertinggi. Nirvana ibarat kata sesuatu yang dilarang untuk didiskusikan, manusia seperti tidak pantas dan berada diluar jangkauan logika manusia. Buddha membawa ajaran tentang menyelamatkan diri sendiri, apa yang akhirnya disebut Karma. Nirvana Seperti dalam ajaran islam. Kita boleh memikirkan apa saja ciptaan tuhan, namun tidak boleh memikirkan tuhan diciptakan oleh apa, karena hal tersebut sesuatu yang sia-sia

Suatu yang aneh menurut saya, semakin lama membaca saya menumukan persolaan agama yahudi dan kristen dari segi pandang islam,  ketika Agama Yahudi dan kristen ditinggalkan sosok Nabinya, terjadi pergolakan diantara kaumnya, ada yang kembali ke masa sebelum nabi itu datang adapula yang bingung harus dikemanakan ajaran tersebut, terlebih terjadinya penyimpangan dari pengikut terakhir dengan mengubah mushaf mushaf asli, serta tidak adanya para penghafal mushaf-mushaf asli

Ada tiga tipe golongan yang bisa dijabarkan dari buku ini dalam agama kristen, satu yang menganggap Yesus adalah Anak Tuhan, dua menganggap Yesus adalah penjelmaan Tuhan dari tuhan Allah yang turun ke bumi, ketiga ada seorang tokoh yang bernama Arius yg menganggap bahwa Yesus adalah manusia biasa yg meiliki kelebihan yang diberikan oleh Allah. Ada juga ahli kitab sejak dari bangsa Yahudi dan Israel yg kemudian mempelajari Injil bahwa yesus adalah Al Masih, juru selamat yang sebelumnya sudah diramalkan kedatangannya di kalangan bangsa Israel dan meyakini bahwa Isa tidak benar-benar mati tersalib. Dari pandangan Al Quran benar bahwasanya Isa atau Yesus adalah juru selamat di akhir zaman dan belum wafat hingga kini karena diangkat ke langit

Doktrin bahwa manusia terlahir dengan memikul dosa warisan Adam, ternyata tidak di anut dalam kepercayaan Yahudi, Kristen Ortodoks serta Islam. Terdapat pula Keutamaan hari dalam tiga agama monoteis ini dan berurutan yaitu hari Jumat merupakan hari besar dalam agama Islam, Hari sabtu  hari besar bagi kaum Yahudi dan hari Minggu bagi kaum Kristen. Keutamaan ini adalah hari dimana hari keutamaan untuk beribadat. Kitab kaum Yahudi dan kitab Islam sama halnya ketika membantah kaum Paganisme, bahwa patung yang disembah itu, tidak bisa melakukan apa-apa, tidak membuat perubahan pada diri sendiri

Bab lain membahas Suku-suku Arab dikenal sebagai suku barbar dikalangan kaum Yahudi dan Kristen sebelum kedatangan Nabi Muhammad, hal itu menjadi olok-olok karena bangsa Arab masih menjadi paganisme, yang membuat peradabannya tertinggal jauh dari Yahudi dan Kristen, blm pernah di utus seorang nabi kepada bangsa Arab. Al quran mempunyai keistimewaan dari agama monoteisme lainnya, susunan kalimat yang dianggap oleh para penyair ahli sebagai kalimat paling indah, ditambah kesakralan Bahasa Arab yang sukar dipelajari oleh orang barat, membuat Al Quran semakin sakral.

Dalam buku ini juga membahas masa setelah era nabi Muhammad, membahas pemikir-pemikir islam yang memperdebatkan tentang, Sains, Rasionalitas dan Filsafat, tokoh seperti Al Farobi, tokoh yang ahli dibidang Kedokteran, Musikus Dan Mistikus. Alfarabi memandang bahwa filsafat adalah cara yang lebih unggul untuk memahami kebenaran yang telah di ekspresikan kepada nabi secara metaforis dan puitis untuk menarik perhatian orang banyak. Kitab Al Isyarat Ibn Sina, mengkritik cara pendekatan dengan rasional terhadap Tuhan, lalu mengembangkan filsafat timurnya dalam Al Hikmah Al Masyiriqiyyah. Al Ghazali dalam proses pencarian dan pembuktian Tuhan, menyimpulkan bahwa tak mungkin membuktikan tuhan secara rasional. dia sendiri pernah dilanda kecemasan karena tidak bisa memecahkan bagaimana menjelaskan eksistensi tuhan, sampai dia memutuskan meninggalkan jabatannya sebagai akademisi di lembaga pendidikan dan akhirnya menempuh jalur sufisme. Pemikir-pemikir zaman dulu dan filsuf-filsuf yang berupaya menerjemahkan tuhan tidak hanya ada pada satu agama, namun hampir di setiap agama selalu ada pemikir bagaimana menafsirkan tuhan secara rasional

Perdebatan lain terjadi Karena Tuhan ini telah terlanjur secara khusus dikenal sebagai berjenis “laki-laki”, dan dalam bahasa Inggris kaum monoteis lazim merujuk kepada-Nya dengan kata ganti “he”. Pada masa sekarang, kaum feminis dengan sangat sadar menaruh keberatan terhadap hal ini. Penggunaan kata ganti maskulin untuk Tuhan ini menimbulkan persoalan dalam sebagian bahasa bergender. Akan tetapi, dalam bahasa Yahudi, Arab, dan Perancis, gender gramatikal memberikan nada dan dialektika seksual terhadap diskursus teologis, yang justru dapat memberikan keseimbangan yang sering tidak terdapat di dalam bahasa Inggris. Misalnya, kata Arab Allah (nama tertinggi bagi Tuhan) adalah maskulin secara gramatikal, tetapi kata untuk esensi Tuhan yang ilahiah dan tak terjangkau – al-Dzat – adalah feminin. Sama halnya juga menentang kenapa nabi dan rasul selalu laki-laki

 

No comments:

Post a Comment