Friday, June 4, 2021

RESENSI THE GOD DELUSION- RICHARD DAWKIN


                                                       sumber gambar https://www.suara.com

Ternyata tulisan ini sama seperti kebanyakan buku yang membahas tentang tuhan. Berawal dari sifat kritis dan keingintahuan tinggi tentang apa hakikat tuhan yang sebenarnya. Richard Dawkin sebagai penulis buku ini, dia kemudian tidak terbelenggu dalam satu pemahaman pada satu agama. Saya sendiri baru tahu bahwa dalam bahasa inggris tuhan disebut dengan “He” yang menunjukkan “dia laki laki” hal ini kemudia di tentang oleh kaum feminis,

Awal buku menceritakan kaum yang tidak punya kepercayaan dan membuat dewa-dewa mereka sendiri dengan mengagungkan apa yang mereka sebut perkasa, semisal langit dan matahari. Richard dawkin juga mengalami hal yang lazim terjadi di Indonesia, perbedaan pendapat banyak di tentang, terkadang di cemooh, mendapat banyak ujaran kebencian, apalagi perbedaan keyakinan seperti Richard Dawkin yang secara terang-terangan menyatakan Atheis. Saya rasa dimanapun itu seorang atheis mendapatkan nada-nada cemoohan dan bahkan ancaman. Maka tidak banyak yang berani terang terangan menyatakan atheis apalagi orang biasa yang tidak punya power apa-apa. Lgbt, Agnostik, Atheis bahkan dilarang di indonesia secara legal, berbeda misalnya di Amerika Serikat yang secara hukum dibolehkan, namun masih saja mendapat diskriminasi dan ujaran kebencian

Diawal buku kita akan dihadirkan oleh data dan fakta bahwa tragedi-tragedi besar dilatar belakangi oleh agama, peperangan, genosida, menyebarkan kebencian. Richard dawkin mengkritik para orang beragama bahwa orang ateis tidak selalu salah. Hal ini menjadi kecemasan dawkin karena di era kebebasan berekspresi dan berpendapat, masih ada stigma negatif terhadap para Atheis, hal ini dibuktikan oleh Sebuah polling Gallup yang  dilakukan pada 1999 menanyai warga Amerika apakah mereka  akan memberikan suara pada seorang ahli yang adalah seorang  perempuan (95% ) Katolik Roma (94% ), Yahudi (92% ), kulit  hitam (92% ), Mormon (79% ), homoseksual (79% ), atau atheis  (49% ). Hal yang tidak kita ketahui adalah Bahwa para penganut atheis merupakan suatu keyakinan yang tidak punya organisasi pengikat, tidak seperti komunitas LGBT yang mempunyai hal itu dan memperjuangkan hak-hak mereka, hal ini tentu karena para penganut atheis dianggap liar dan tidak bisa patuh pada sebuah otoritas, maka dari itu tidak banyak orang yang mau mengakui dirinya adalah atheis karena stigma negatif kepada para enganut atheis.

Hal ini pula yang terjadi kepada Einstein ketika sebelumnya mengeluarkan statement bahwa Ilmu pengetahuan tanpa agama pincang, dan agama tanpa ilmu pengetahuan buta, mendapat respon positif dari masyarakat luas, kemudian dia mengeluarkan statement lain yaitu, saya adalah orang yang tak beriman namun pribadi yang sangat religius, hal ini adalah sebuah agama baru. Tentu pernyataan itu merujuk pada Mentuhankan ilmu pengetahuan, hingga banyak pemuka-pemuka agama dan tokoh yang menyuratinya dan mengkritik pernyataan tersebut

Ada hal menarik dalam buku ketika dijelaskan sebuah kasus besar yang terjadi di dunia dan membuat gempar dunia islam. Adalah saat terdapat media massa Denmark yang menanmpilkan 12 karikatur nabi Muhammad, dan 3 lainnya. Pada akhir 2005 dan awal 2006. Hal ini ternyata adalah propaganda dan kesengajaan yang dimuat guna menyerang Denmark, dimana dampaknya pada Denmark adalah, semua yang berkaitan dengan denmark diboikot. Dijelaskan bahwasanya 3 karikatur terakhir adalah tambahan oleh para propagandis yang memuat gambar ofensif, bahkan salah satunya adalah foto asli yang di fax berasal dari foto orang yang memakai moncong babi dalam sebuah festival. Hal ini tentunya menyulut kemarahan dunia islam Karena itu, mari kita cermati gagasan tentang suatu spektrum probabilitas secara serius, dan menempatkan penilaian-penilaian manusia tentang eksistensi Tuhan di sepanjang spektrum tersebut, di antara dua ekstrem kepastian yang berlawanan. Spektrum tersebut tak terputus, namun ia dapat digam barkan dengan tujuh titik-titik utama berikut ini:

1. Theis yang kuat. Probabilitas Tuhan 100 persen. Dalam kata-kata C. G. Jung, “Saya tidak [hanya] percaya, saya tabu."

2. Probabilitas yang sangat tinggi namun kurang dari 100 persen. Secara defacto theis. “Saya tidak bisa mengetahui dengan pasti, namun saya amat sangat percaya pada Tuhan dan menjalani kehidupan saya berdasarkan asumsi bahwa ia ada.”

3. Lebih besar dari 50 persen nam un tidak jauh lebih besar. Secara teoretis agnostik, namun cenderung mengarah pada theisme. “Saya sangat ragu-ragu, namun saya cenderung percaya pada Tuhan.”

4. Tepat 50 persen. Sepenuhnya agnostik tidak memihak.“Eksistensi dan non-eksistensi Tuhan sama-sama mungkin.”

5. Kurang dari 50 persen tapi tidak terlalu kurang. Secara teoretis agnostik, namun cenderung mengarah pada atheisme. “Saya tidak tahu apakah Tuhan ada, namun saya cenderung bersikap skeptis.”

6. Probabilitas yang sangat rendah, namun lebih dari nol. Secara defacto atheis. “Saya tidak bisa mengetahui dengan pasti, namun saya pikir Tuhan sangat tidak mungkin dibuktikan, dan saya menjalani kehidupan saya berdasarkan asumsi bahwa ia tidak ada."

7. Atheis yang kuat. “Saya tahu tidak ada Tuhan, dengan keyakinan yang sama sebagaimana Jung ‘tahu’ ada sesuatu.”

Hampir separuh dibuku ini membahas tentang charles darwin, biasa disebut darwinian bagi yang mendewakan hasil penelitian darwin, kenapa penulis banyak membahas darwin, menurut saya yaitu karena darwin salah satu individu yang secara tidak langsung menentang agama dengan teori evolusinya, kitatahu bahwa dalam kristen, muslim, dan yahudi atau kita kenal sebagai agama Ibrani merupakan agama mayoritas penduduk bumi, dari 3 agama tersebut muncul sebuah pemahaman dasar bahwa manusia pertama dibumi adalah adam, yg muncul dari kuasa tuhan, bukan seperti teori evolusi, mulai dari sel terkecil hingga memunculkan jaringan tubuh, manusia yang dikaitkan dengan kera, dan dianggap sebagai awal mula manusia, hal ini menyamaratakan manusia dengan hewan, sama dengan teori dalam bioloigi yang masuk dalam kerajaan hewan. Penulis mencoba membela pendapat Darwin, bahwa itulah realitas nyata yang sejauh ini bisa dibuktikan

Hal penting lagi yang tidak logis menurut Dawkin adalah Terdapat dua golongan, Yaitu pro kehidupan dan pro aborsionis. Pro Kehidupan ini merupakan kelompok yang memperjuangkan nasib dari berbagai korban aborsi, dimana hal itu dianggap sebagai merenggut hak hidup dalam pandangan agama tertentu. Sedangkan Pro aborsionis lebih membela pada hak untuk menggugurkan kandungan dengan alasan-alasan medis serta alasan lainnya. Dilai sisi Dawkin mengkritik dimana agama menjunjung tinggi hak hidup, akan tetapi menerapkan hukuman mati atau dalam islam kita temukan apa yang disebut jihad. Tentu dalam pandangan Dawkin dua hal ini adalah dua hal yang kontradiktif

Analogi tentang moral dalam kisah Nabi Ibrahim bahwa harus membunuh anaknya, dianggap sebagai pesan moral negatif yang terjadi, dalam artian pandangan di era sekarang, munculnya niat untuk membunuh anak kandung adalah hal negatif dan tidak bermoral. Lebih dari itu para penganut atheis dan darwin sendiri menganggap hal tersebut hanyalah fiksi belaka. Dawkin juga mengkritisi anggapan bahwa setiap bayi laki-laki memikul dosa nabi adam, seperti apa yang diyakini oleh kaum nasrani. Serta kisa ini juga dianggap sebagai kisah moral negatif dan tidak harus mempercayai hal itu,

Moralitas dijelaskan tidak serta hanya karena beragama, apakah orang melakukan kebaikan hanya karrna ingin mendapat pahala, dawkin mengungkapkan apakah tidak cukup bukti, bahwa para perampok, penjahat, teroris semuanya punya agama dan dari berbagai agama, dia ingin mengungkapkan selama ini pandangan miring yang diterima terhadap kaum atheis bahwasanya beragama tidak menjamin seseorang bermoral.

Pada Kesimpulannya Dawkin Menyatakan, Orang beragama tidak lebih baik dari orang Atheis...

No comments:

Post a Comment