sumber gambar https://www.suara.com
Ternyata tulisan ini sama seperti kebanyakan buku yang membahas tentang tuhan. Berawal dari sifat kritis dan keingintahuan tinggi tentang apa hakikat tuhan yang sebenarnya. Richard Dawkin sebagai penulis buku ini, dia kemudian tidak terbelenggu dalam satu pemahaman pada satu agama. Saya sendiri baru tahu bahwa dalam bahasa inggris tuhan disebut dengan “He” yang menunjukkan “dia laki laki” hal ini kemudia di tentang oleh kaum feminis,
Awal buku
menceritakan kaum yang tidak punya kepercayaan dan membuat dewa-dewa mereka
sendiri dengan mengagungkan apa yang mereka sebut perkasa, semisal langit dan
matahari. Richard dawkin juga mengalami hal yang lazim terjadi di Indonesia,
perbedaan pendapat banyak di tentang, terkadang di cemooh, mendapat banyak
ujaran kebencian, apalagi perbedaan keyakinan seperti Richard Dawkin yang
secara terang-terangan menyatakan Atheis. Saya rasa dimanapun itu seorang
atheis mendapatkan nada-nada cemoohan dan bahkan ancaman. Maka tidak banyak yang
berani terang terangan menyatakan atheis apalagi orang biasa yang tidak punya power
apa-apa. Lgbt, Agnostik, Atheis bahkan dilarang di indonesia secara legal,
berbeda misalnya di Amerika Serikat yang secara hukum dibolehkan, namun masih
saja mendapat diskriminasi dan ujaran kebencian
Diawal buku kita
akan dihadirkan oleh data dan fakta bahwa tragedi-tragedi besar dilatar belakangi
oleh agama, peperangan, genosida, menyebarkan kebencian. Richard dawkin
mengkritik para orang beragama bahwa orang ateis tidak selalu salah. Hal ini
menjadi kecemasan dawkin karena di era kebebasan berekspresi dan berpendapat,
masih ada stigma negatif terhadap para Atheis, hal ini dibuktikan oleh Sebuah
polling Gallup yang dilakukan pada 1999
menanyai warga Amerika apakah mereka
akan memberikan suara pada seorang ahli yang adalah seorang perempuan (95% ) Katolik Roma (94% ), Yahudi
(92% ), kulit hitam (92% ), Mormon (79%
), homoseksual (79% ), atau atheis (49%
). Hal yang tidak kita ketahui adalah Bahwa para penganut atheis merupakan
suatu keyakinan yang tidak punya organisasi pengikat, tidak seperti komunitas LGBT
yang mempunyai hal itu dan memperjuangkan hak-hak mereka, hal ini tentu karena
para penganut atheis dianggap liar dan tidak bisa patuh pada sebuah otoritas,
maka dari itu tidak banyak orang yang mau mengakui dirinya adalah atheis karena
stigma negatif kepada para enganut atheis.
Hal ini pula yang
terjadi kepada Einstein ketika sebelumnya mengeluarkan statement bahwa Ilmu
pengetahuan tanpa agama pincang, dan agama tanpa ilmu pengetahuan buta,
mendapat respon positif dari masyarakat luas, kemudian dia mengeluarkan
statement lain yaitu, saya adalah orang yang tak beriman namun pribadi yang
sangat religius, hal ini adalah sebuah agama baru. Tentu pernyataan itu merujuk
pada Mentuhankan ilmu pengetahuan, hingga banyak pemuka-pemuka agama dan tokoh
yang menyuratinya dan mengkritik pernyataan tersebut
Ada hal
menarik dalam buku ketika dijelaskan sebuah kasus besar yang terjadi di dunia
dan membuat gempar dunia islam. Adalah saat terdapat media massa Denmark yang
menanmpilkan 12 karikatur nabi Muhammad, dan 3 lainnya. Pada akhir 2005 dan
awal 2006. Hal ini ternyata adalah propaganda dan kesengajaan yang dimuat guna
menyerang Denmark, dimana dampaknya pada Denmark adalah, semua yang berkaitan
dengan denmark diboikot. Dijelaskan bahwasanya 3 karikatur terakhir adalah
tambahan oleh para propagandis yang memuat gambar ofensif, bahkan salah satunya
adalah foto asli yang di fax berasal dari foto orang yang memakai moncong babi
dalam sebuah festival. Hal ini tentunya menyulut kemarahan dunia islam Karena
itu, mari kita cermati gagasan tentang suatu spektrum probabilitas secara
serius, dan menempatkan penilaian-penilaian manusia tentang eksistensi Tuhan di
sepanjang spektrum tersebut, di antara dua ekstrem kepastian yang berlawanan.
Spektrum tersebut tak terputus, namun ia dapat digam barkan dengan tujuh
titik-titik utama berikut ini:
1. Theis yang kuat. Probabilitas
Tuhan 100 persen. Dalam kata-kata C. G. Jung, “Saya tidak [hanya] percaya, saya
tabu."
2. Probabilitas yang sangat
tinggi namun kurang dari 100 persen. Secara defacto theis. “Saya tidak bisa mengetahui
dengan pasti, namun saya amat sangat percaya pada Tuhan dan menjalani kehidupan
saya berdasarkan asumsi bahwa ia ada.”
3. Lebih besar dari 50 persen nam
un tidak jauh lebih besar. Secara teoretis agnostik, namun cenderung mengarah
pada theisme. “Saya sangat ragu-ragu, namun saya cenderung percaya pada Tuhan.”
4. Tepat 50 persen. Sepenuhnya
agnostik tidak memihak.“Eksistensi dan non-eksistensi Tuhan sama-sama mungkin.”
5. Kurang dari 50 persen tapi
tidak terlalu kurang. Secara teoretis agnostik, namun cenderung mengarah pada
atheisme. “Saya tidak tahu apakah Tuhan ada, namun saya cenderung bersikap
skeptis.”
6. Probabilitas yang sangat
rendah, namun lebih dari nol. Secara defacto atheis. “Saya tidak bisa mengetahui
dengan pasti, namun saya pikir Tuhan sangat tidak mungkin dibuktikan, dan saya
menjalani kehidupan saya berdasarkan asumsi bahwa ia tidak ada."
7. Atheis yang kuat. “Saya tahu
tidak ada Tuhan, dengan keyakinan yang sama sebagaimana Jung ‘tahu’ ada
sesuatu.”
Hampir separuh
dibuku ini membahas tentang charles darwin, biasa disebut darwinian bagi yang
mendewakan hasil penelitian darwin, kenapa penulis banyak membahas darwin,
menurut saya yaitu karena darwin salah satu individu yang secara tidak langsung
menentang agama dengan teori evolusinya, kitatahu bahwa dalam kristen, muslim,
dan yahudi atau kita kenal sebagai agama Ibrani merupakan agama mayoritas
penduduk bumi, dari 3 agama tersebut muncul sebuah pemahaman dasar bahwa
manusia pertama dibumi adalah adam, yg muncul dari kuasa tuhan, bukan seperti
teori evolusi, mulai dari sel terkecil hingga memunculkan jaringan tubuh,
manusia yang dikaitkan dengan kera, dan dianggap sebagai awal mula manusia, hal
ini menyamaratakan manusia dengan hewan, sama dengan teori dalam bioloigi yang
masuk dalam kerajaan hewan. Penulis mencoba membela pendapat Darwin, bahwa
itulah realitas nyata yang sejauh ini bisa dibuktikan
Hal penting
lagi yang tidak logis menurut Dawkin adalah Terdapat dua golongan, Yaitu pro
kehidupan dan pro aborsionis. Pro Kehidupan ini merupakan kelompok yang
memperjuangkan nasib dari berbagai korban aborsi, dimana hal itu dianggap
sebagai merenggut hak hidup dalam pandangan agama tertentu. Sedangkan Pro aborsionis
lebih membela pada hak untuk menggugurkan kandungan dengan alasan-alasan medis
serta alasan lainnya. Dilai sisi Dawkin mengkritik dimana agama menjunjung tinggi
hak hidup, akan tetapi menerapkan hukuman mati atau dalam islam kita temukan
apa yang disebut jihad. Tentu dalam pandangan Dawkin dua hal ini adalah dua hal
yang kontradiktif
Analogi
tentang moral dalam kisah Nabi Ibrahim bahwa harus membunuh anaknya, dianggap sebagai
pesan moral negatif yang terjadi, dalam artian pandangan di era sekarang, munculnya
niat untuk membunuh anak kandung adalah hal negatif dan tidak bermoral. Lebih dari
itu para penganut atheis dan darwin sendiri menganggap hal tersebut hanyalah
fiksi belaka. Dawkin juga mengkritisi anggapan bahwa setiap bayi laki-laki
memikul dosa nabi adam, seperti apa yang diyakini oleh kaum nasrani. Serta kisa
ini juga dianggap sebagai kisah moral negatif dan tidak harus mempercayai hal
itu,
Moralitas
dijelaskan tidak serta hanya karena beragama, apakah orang melakukan kebaikan
hanya karrna ingin mendapat pahala, dawkin mengungkapkan apakah tidak cukup
bukti, bahwa para perampok, penjahat, teroris semuanya punya agama dan dari
berbagai agama, dia ingin mengungkapkan selama ini pandangan miring yang
diterima terhadap kaum atheis bahwasanya beragama tidak menjamin seseorang
bermoral.
No comments:
Post a Comment