Bulan Ramadhan memang penuh berkah selain pintu surga yang dibuka dan pintu neraka yang ditutup, setan-setan yang dibelenggu, baanyak hal lainnya yang di tunggu banyak orang di bulan puasa hampir semua kalangan dan berbagai usia. Bulan Ramadhan merupakan bulan dimana liburan panjang ada. Selain itu yang ditunggu-tunggu seperti halnya oleh anak sekolah, mahasiswa dan lain sebagainya, salah satunya kegiatan yang biasanya di nanti adalah buka bersama. Biasanya dikemas dalam acara reuni dan kegiatan lainnya, kadang saya sendiri dalam sebulan biasanya buber (buka bersama) bisa sampai sekitar 10 kali yang saya ikuti dari sekolah ataupun organisasi yang dulu pernah aktif baik itu di pamekasan dan di surabaya, lalu di akhir bulan saat masih aktif jadi mahasiswa yang paling sering bersama teman dekat saya yang ada di grup Pecinta Kopi, yang sebenarnya teman sekelas atau seprodi, tentunya yang masih se “Visi”
Flashback ke masa kecil, ketika di bulan ramadhan seslalu ada
tontonan yang di tunggu, kalau dimasa saya ada sinetron “Lorong Waktu”, “Para
Pencari Tuhan”, yang hanya ada dikala bulan ramadhan, iklan sirup “marjan” pun
menjadi iklan yang paling dikenang oleh banyak orang, adapula pula iklan
bersambung dimana, pada bagian keduanya biasanya ditampilkan pada momen saat
hari raya. Dari segi musik pun dulu ada band Ungu yang konsisten mengeluarkan
album religi disetiap bulan ramadhan. Terakhir adalah Ngabuburit menjadi hal
wajib bagi anak muda dikala menunggu buka, jalanan penuh sesak dikala sore
hari, di pinggir jalanpun demikian
Ramadhan Indah diwaktu kuliah Tahun 2019
Diawal puasa beberapa hari di surabaya dan
pulang ke pamekasan dan balik lagi ke Surabaya yang sebenarnya hanya jaga piket
pendaftaran murid baru, kala itu saya masih bekerja sebagai guru pengganti di
salah satu sekolah menengah kejuruan swasta, dan masih menumpang dikos ijo, kos
teman saya, sore hari mencari takjil bersama
butet dan teman kos lainnya, biasanya sih kami ke masjid yang terdapat di
perumahan, karena takjilnya lebih lengkap dari pada masjid yang lainnya. Teman
kos kamar bawah yaitu taqwim, sedangkan saya dan butet lantai atas, kos kami
memang dua lantai, Kegiatan ngajarku hanya di hari-hari tertenu saja, dan selain
di hari ngajar kegiatankku hanya tidur di siang hari dan bangun dikala hampir
buka, tidak produktif sekali bukan
Selesai mencari Takjil, habis itu terawih
walau kadang tidak lengkap karena di surabya sangat lama dibanding ketika di
rumah perbedaannya hanya dibagian ceramah saja, yang tidak ditemukan dikampung
saya. Ketika malam biasanya mabar sama butet atau ngopi dan main game bersama
teman-teman yang masih stay di surabaya, teman adik tingkat yaitu dery,
pristian kalau lagi ada kuliah di bulan puasa, dan kadang mabar bersama teman Himmapas yang ada adik tingkat saya dan yang
seangkatan hanya ivan yang belum lulus saat itu. Game yang biasa dimainkan ya kalau
tidak mobile legend ya main bersama game PUBG mobile kadangkala bisa sampai
waktu sahur, atau kalau tidak ya tidur dan yang bikin males kadang saat sahur
saya memang biasa bangun duluan dan selalu jadi tempat nitip teman saya untuk
membeli sahur, itulah yang membikin saya males bangun duluan, karena hanya jadi
tempat titipan membeli sahur, karena hampir tiap hari, sedangkan yang lain enak
tidur.
Terkadang saya pergi ke pasar malam Kodam
bersama tania belanja kaos dan tas lalu pulang. Satu hal lagi yang bikin saya
bahagia walau terkadang itu harus di akhiri ketika jalan bareng bersama mantan
terindah saya ke pasar malam kodam yang biasanya ramai tiap malam, hamper
berulang tiap hari saat itu mabar sama ivan dan kawan-kawan, johan dayat iwan,
dan buber teman PPSN, rindang masih jaramg sahur dan mokel pastinya, karena
pekerjaanya masih pulang malam hari, butet masih pulang-pergi dari kerjaannya
yang sekarang di pasuruan, sebelumnya bersama Rindang. Saat itu saya merasa
bahagia dengan suasananya.
Ramadhan kala Pandemi
Suasan saat menulis adalah di awal puasa dengan
suasa corona, dimana semua akses yang membuat bahagia tidak ada lagi, seperti warkop
dan tempat hiburan belanja. Saya masih ingat kala itu ketika ada isu bahwa
perbatasan di sekitar surabaya akan di tutup total, saya pun khawatir tidak bisa
pulang kampung. Keadaan tempat kerja saya juga sangat memprihatinkan, sepi dari
klien dan gaji dipotong 50%, sedangkan pengeluaran harian tetap. Saya putuskan
kala itu untuk resign dari pekerjaan dan pulang lebih awal sebelum ada
pembatasan area keluar masuk surabaya. Saat itu saya berpikir dengan tidak
adanya penghasilan namun harus tetap berkembang dan berporses ke arah yang baik,
dimana tekad dan niat saya sudah bulat untuk mendaftar kuliah S2. Alhamdulilah
ada banyak dorongan dan motivasi dari keluarga dan teman yang lebih dulu
melanjutkan study S2, tidak menyangka sebenarnya saya bisa kuliah di jenjang
yang sekarang saya tempuh ini.
No comments:
Post a Comment