Monday, March 8, 2021

PRAMOEDIA ANANTA TOER – JEJAK LANGKAH


Dalam buku ketiga ini Minke yang dikisahkan oleh pram memulai suatu hidup baru dan lepas dari masa lalunya yang suram itu. Minke pindah kota, mengenyam pendidikan baru, dan menemukan pendamping hidup baru. Serta dia mulai sering pulang ke rumah dikarenakan memang kota yang sekarang ditinggali adalah kota kelahirannya. Pada mulanya minke hanya berfokus pada sekolahnya, namun lambat laun karena dia bertemu seseorang yang harus dibantu maka dia kembali menulis untuk mendapatkan uang, dengan tujuan membantu kehidupan perempuan yang ia temui yang tak lain adalah mantan kekasih teman minke yang ditemui di surabaya. Ya mereka adalah bangsa china yang punya tujuan revolusi bangsanya sebuah gerakan golongan muda nasionalis, setidaknya itu yang mereka sebut untuk menemai gerakannya, namun sangat sulit dan mereka pun banyak musuh, hingga si teman laki-laki itu terbunuh, sementara perempuan itu tak sengaja ketika minke mendapati sebuah pengumuman lalu teringat untuk mengantarkan sebuah surat terkahir temannya itu

Melihat suasana yang digambarkan kala itu, suku atau etnis sangatlah kentara di zaman itu, seperti hidup terpisah dan mempunyai area tersendiri, suku tionghoa pun mempunyai daerah dan hak tersendiri dan tidak lebih banyak dari pribumi, selain itu ada pula perantauan dari bangsa arab yang juga terkenal sebagai pedagang serta punya kawasan tersendiri pula. Hal itulah yang membuat Minke sedikit sulit beradaptasi ketika mengawini mantan kekasih temannya itu kala bertemu dengannya di surabaya dan terbunuh saat itu. Perbedaan adat dan bahasa sempat menjadi penghambat namun yang di utamakan Minke adalah restu ibunya, yang kemudian di ikuti oleh ayahandanya. Sayangnya Minke di keluarkan dari sekolahnya karena beberapa kali kontra dengan para pejabat sekolahnya itu serta sering bolos, dia pun diminta untuk mengembalikan seluruh uang beasiswa yang ia dapat dan akhirnya harus meminjam dari mertuanya, nyai ontosoroh. Nyai Ontosoroh juga akhirnya menikah dengan Jean marrais dan tinggal di Perancis

Saya jadi terpikir bagaimana pentingnya berhimpun dan membuat organisasi di masa itu, maka saya pun mencermati berdirinya Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama. Semangat berhimpun dan berkelompok adalah pilihan terbaik kala itu demi kemajuan kelompok dan pribadi. Organisasi ibarat menjadi pelindung dan harapan satu-satunya kepada kalangan masyarakat yang terpinggirkan dan tidak mendapat tempat serta keadilan di berbagai kasta ekonomi maupun sosial. Organisasi ini yang nanti memberi harapan hidup baik ekonomi dan pendidikan, NU dan Muhammdiyah misalnya mempunyai lembaga pendidikan pesantrennya guna memberikan pendidikan kepada anggotanya. Sama halnya dengan konsep koperasi dimana keuntungan merupakan hak anggota juga. Intinya adalah internal itu sendirilah yang akan menentukan masa depan kelompoknya. Pada Akhirnya dimasa sekarang ini, Hak untuk berhimpun adalah hak semua orang, yang sempat dikekang di era orde baru

Perjuangan Minke tidak selamanya mulus, Namun dia menjadikan sebuah kegagalan untuk menjadi batu loncatan. Gagalnya syariat juga sudah diketajui oleh ketua syariat itu sendiri dan mulai kembali kepada semangat baru yang bisa menghimpun lebih banyak kalangan dan suku bangsa, tidak terbatas pada jawa saja. Muncullah ide itu yaitu dengan semangat agama yaitu agama islam. Sama halnya dengan organisasi syariat yang didirakan oleh minkee dan beberapa tokoh sentral lainnya, namun lambat laun mulai redup karena mengkhususkan pada golongan-golongan priyayi saja. Seperti yang kita ketahui kalau priyayi merupakan sebuah kasta elit di masyrakat, dan disana pula muncul sifat-sifat priyayi dahulu yang keburukannya terbawa bawa organisasi, seperti individualis. Priyayi zaman itu hanya berfokus pada hidup mewah dan menikmati hiburan-hiburan glamor kala itu

Bisa dikatakan bahwa bangsa Tionghoa dan bangsa Arablah yang menjadi inspirasi awal untuk pribumi berdikari di negeri sendiri. Bangsa arab dan tionghoa yang sudah jelas-jelas merupakan bangsa pendatang, harus menggalang kekuatan untuk setidaknya dianggap oleh belanda. Mereka mendatangkan para terpelajarnya yang bisa saja dari daerah aslinya seperti arab dan china untuk memberikan pendidikan kepada organisasinya. sedangkan pribumi sendiri malah tertidur dan tetap terbelakang. Kaum-kaum terpelajar hanya puas bisa hidup lebih enak dari sebangsanya yang kurang beruntung, para bupati dan lainnya malah mnejadi pesuruh belanda dan tidak berani menolong rakyatnya yang tertidnas

Kegagalan organisasi syariat Minke juga bisa dikaitkan ketika ICMI berdiri dan terdapat beberapa tokoh yang menetntang pendirian tersebut, satu karena ICMI sendiri hanya menjadi kepanjangan tangan dari rezim, kedua adalah karena ICMI seperti organisasi kaum elit karena hanya menerima intelektual muslim yang beruntung bisa mendapatkan pendidikan tinggi sebagai anggotanya. Sangat jelas di seri ketiga ini beberapa impian Minke sudah terwujud semisal mendirikan koran sendiri yang menopang organisasi Syarikat menjadi oragnisasi yang diperhitungkan sampai terdapat kebijakan kolonial yang dibatalkan akibat boikot yang dilakukan para anggota syarikat yang semakin banyak. Boikot ibarat menjadi sebuah doktrin wajib yang harus diketahuioleh para anggota syarikat. Akibat semakin bearnya pengaruh syarikat ini, besar pula gangguan terhadap minke baik secara halus maupun secara fisik. Ayahanda Minke yang ssemula keras terhadap Minke kini menjadi lunak ketika apa yang di perjuangkan minke mendacapai hasilnya, bahkan beliau secara diam-diam melindungi syariat di daerahnya

            Baru saya sadari belakangan ternyata Novel ini merupakan sebuah fakta sejarah, atau setidaknya semua yang digambarkan adalah sejarah peradaban kala itu khususnya di bumi nusantara. Seperti misalnya Max Havelaar, R.A Kartini, organisasi Syarikat, organisasi Boedi Oetomo semuanya tergambar jelas di karya pram ini, begitu mendetail dan bahkan tidak jarang sejarawan yang menjadikan buku ini sebagai refrensi dalam mengupas fakta sejarah, tidak hanya sejarawan lokal namun sejarawan mancanegara, tidak heran karya-karya Pram diterjemahkan kedalam berbagai bahasa dan banyak mendapat penghargaan

            Pernikahan Minke memasuki warna baru dalam edisi ketiga ini juga menjadikannya memasuki pernikahan ketiga pula ketika menikahi seorang anak dari seorang raja yang di asingkan ke pulau jawa, namun Minke belum di hadiahi keturunan. Setelah dia memerikasakan kepada tabib etnis tinghoa diketahui lah bahwa Minke ternyata mandul bukan para istrinya. Peninggalan kolonial sangat banyak sekali bisa kita jumpai sasmpai sekarang, bahkan itu adalah struktur pemerintahan sendiri yang masih sama dengan era kolonial, selain itu sistem pendidikan tingkatannya juga mirip dengan yang ada di belanda masa kini, bahkan ada yang lebih ektrim yang menyebut bahwa budaya korupsi merupakan warisan belanda

No comments:

Post a Comment