Dalam buku ketiga ini Minke yang dikisahkan oleh pram memulai suatu hidup baru dan lepas dari masa lalunya yang suram itu. Minke pindah kota, mengenyam pendidikan baru, dan menemukan pendamping hidup baru. Serta dia mulai sering pulang ke rumah dikarenakan memang kota yang sekarang ditinggali adalah kota kelahirannya. Pada mulanya minke hanya berfokus pada sekolahnya, namun lambat laun karena dia bertemu seseorang yang harus dibantu maka dia kembali menulis untuk mendapatkan uang, dengan tujuan membantu kehidupan perempuan yang ia temui yang tak lain adalah mantan kekasih teman minke yang ditemui di surabaya. Ya mereka adalah bangsa china yang punya tujuan revolusi bangsanya sebuah gerakan golongan muda nasionalis, setidaknya itu yang mereka sebut untuk menemai gerakannya, namun sangat sulit dan mereka pun banyak musuh, hingga si teman laki-laki itu terbunuh, sementara perempuan itu tak sengaja ketika minke mendapati sebuah pengumuman lalu teringat untuk mengantarkan sebuah surat terkahir temannya itu
Melihat
suasana yang digambarkan kala itu, suku atau etnis sangatlah kentara di zaman
itu, seperti hidup terpisah dan mempunyai area tersendiri, suku tionghoa pun
mempunyai daerah dan hak tersendiri dan tidak lebih banyak dari pribumi, selain
itu ada pula perantauan dari bangsa arab yang juga terkenal sebagai pedagang
serta punya kawasan tersendiri pula. Hal itulah yang membuat Minke sedikit
sulit beradaptasi ketika mengawini mantan kekasih temannya itu kala bertemu
dengannya di surabaya dan terbunuh saat itu. Perbedaan adat dan bahasa sempat
menjadi penghambat namun yang di utamakan Minke adalah restu ibunya, yang
kemudian di ikuti oleh ayahandanya. Sayangnya Minke di keluarkan dari
sekolahnya karena beberapa kali kontra dengan para pejabat sekolahnya itu serta
sering bolos, dia pun diminta untuk mengembalikan seluruh uang beasiswa yang ia
dapat dan akhirnya harus meminjam dari mertuanya, nyai ontosoroh. Nyai Ontosoroh
juga akhirnya menikah dengan Jean marrais dan tinggal di Perancis
Saya jadi
terpikir bagaimana pentingnya berhimpun dan membuat organisasi di masa itu,
maka saya pun mencermati berdirinya Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama. Semangat
berhimpun dan berkelompok adalah pilihan terbaik kala itu demi kemajuan kelompok
dan pribadi. Organisasi ibarat menjadi pelindung dan harapan satu-satunya
kepada kalangan masyarakat yang terpinggirkan dan tidak mendapat tempat serta
keadilan di berbagai kasta ekonomi maupun sosial. Organisasi ini yang nanti
memberi harapan hidup baik ekonomi dan pendidikan, NU dan Muhammdiyah misalnya
mempunyai lembaga pendidikan pesantrennya guna memberikan pendidikan kepada
anggotanya. Sama halnya dengan konsep koperasi dimana keuntungan merupakan hak
anggota juga. Intinya adalah internal itu sendirilah yang akan menentukan masa
depan kelompoknya. Pada Akhirnya dimasa sekarang ini, Hak untuk berhimpun
adalah hak semua orang, yang sempat dikekang di era orde baru
Perjuangan
Minke tidak selamanya mulus, Namun dia menjadikan sebuah kegagalan untuk
menjadi batu loncatan. Gagalnya syariat juga sudah diketajui oleh ketua syariat
itu sendiri dan mulai kembali kepada semangat baru yang bisa menghimpun lebih banyak
kalangan dan suku bangsa, tidak terbatas pada jawa saja. Muncullah ide itu
yaitu dengan semangat agama yaitu agama islam. Sama halnya dengan organisasi
syariat yang didirakan oleh minkee dan beberapa tokoh sentral lainnya, namun
lambat laun mulai redup karena mengkhususkan pada golongan-golongan priyayi
saja. Seperti yang kita ketahui kalau priyayi merupakan sebuah kasta elit di
masyrakat, dan disana pula muncul sifat-sifat priyayi dahulu yang keburukannya
terbawa bawa organisasi, seperti individualis. Priyayi zaman itu hanya berfokus
pada hidup mewah dan menikmati hiburan-hiburan glamor kala itu
Bisa dikatakan
bahwa bangsa Tionghoa dan bangsa Arablah yang menjadi inspirasi awal untuk
pribumi berdikari di negeri sendiri. Bangsa arab dan tionghoa yang sudah
jelas-jelas merupakan bangsa pendatang, harus menggalang kekuatan untuk
setidaknya dianggap oleh belanda. Mereka mendatangkan para terpelajarnya yang
bisa saja dari daerah aslinya seperti arab dan china untuk memberikan
pendidikan kepada organisasinya. sedangkan pribumi sendiri malah tertidur dan
tetap terbelakang. Kaum-kaum terpelajar hanya puas bisa hidup lebih enak dari
sebangsanya yang kurang beruntung, para bupati dan lainnya malah mnejadi
pesuruh belanda dan tidak berani menolong rakyatnya yang tertidnas
Kegagalan
organisasi syariat Minke juga bisa dikaitkan ketika ICMI berdiri dan terdapat
beberapa tokoh yang menetntang pendirian tersebut, satu karena ICMI sendiri
hanya menjadi kepanjangan tangan dari rezim, kedua adalah karena ICMI seperti organisasi
kaum elit karena hanya menerima intelektual muslim yang beruntung bisa
mendapatkan pendidikan tinggi sebagai anggotanya. Sangat jelas di seri ketiga
ini beberapa impian Minke sudah terwujud semisal mendirikan koran sendiri yang
menopang organisasi Syarikat menjadi oragnisasi yang diperhitungkan sampai
terdapat kebijakan kolonial yang dibatalkan akibat boikot yang dilakukan para
anggota syarikat yang semakin banyak. Boikot ibarat menjadi sebuah doktrin
wajib yang harus diketahuioleh para anggota syarikat. Akibat semakin bearnya
pengaruh syarikat ini, besar pula gangguan terhadap minke baik secara halus
maupun secara fisik. Ayahanda Minke yang ssemula keras terhadap Minke kini
menjadi lunak ketika apa yang di perjuangkan minke mendacapai hasilnya, bahkan
beliau secara diam-diam melindungi syariat di daerahnya
Baru
saya sadari belakangan ternyata Novel ini merupakan sebuah fakta sejarah, atau
setidaknya semua yang digambarkan adalah sejarah peradaban kala itu khususnya di
bumi nusantara. Seperti misalnya Max Havelaar, R.A Kartini, organisasi Syarikat,
organisasi Boedi Oetomo semuanya tergambar jelas di karya pram ini, begitu
mendetail dan bahkan tidak jarang sejarawan yang menjadikan buku ini sebagai
refrensi dalam mengupas fakta sejarah, tidak hanya sejarawan lokal namun
sejarawan mancanegara, tidak heran karya-karya Pram diterjemahkan kedalam
berbagai bahasa dan banyak mendapat penghargaan
Pernikahan
Minke memasuki warna baru dalam edisi ketiga ini juga menjadikannya memasuki
pernikahan ketiga pula ketika menikahi seorang anak dari seorang raja yang di asingkan
ke pulau jawa, namun Minke belum di hadiahi keturunan. Setelah dia
memerikasakan kepada tabib etnis tinghoa diketahui lah bahwa Minke ternyata
mandul bukan para istrinya. Peninggalan kolonial sangat banyak sekali bisa kita
jumpai sasmpai sekarang, bahkan itu adalah struktur pemerintahan sendiri yang
masih sama dengan era kolonial, selain itu sistem pendidikan tingkatannya juga
mirip dengan yang ada di belanda masa kini, bahkan ada yang lebih ektrim yang
menyebut bahwa budaya korupsi merupakan warisan belanda
No comments:
Post a Comment