Setahun sudah Pandemi berlangsung diseluruh dunia, ketika saya harus berhenti bekerja, karena tempat saya bekerja terdampak pengaruh dari Pandemi ini, hingga akhirnya saya memutuskan untuk kembali ke kampung. Tentunya saya tidak ingin berdiam diri meratapi nasib, Bagaimanapun saya harus tetap berkembang. Banyak hal yang akhirnya terwujudkan di masa pandemi ini yang akan saya jelaskan satu persatu
1.
Mendaki Gunung
Impian
Ketika pandemi maih berlangsung, namun ekonomi merusak tajam,
mau tidak mau pemerintah mulai mengizinkan berbagai sektor kegiatan ekonomi
agar perekonomian masyarakat berjalan, termasuk tempat wisata. Gunung merupakan
objek yang masuk dalam katergori tempat wisata. Kawasan Taman Nasional Bromo
Tengger Semeru (TNBTS) akhirnya dibuka, dengan tetap menerapkan protokol
kesehatan. Terdapat dua objek wisata, yaitu kompleks gunung bromo dan pendakian
gunung semeru. Gunung bromo lebih dulu dibuka dilanjut gunung semeru yang udah
dinanti oleh para pendaki di Indonesia, seperti kita ketahui gunung semeru
merupakan gunung tertinggi di pulau jawa dan memiliki pemandangan yang begitu
mempesona. Saat awal dibuka, gunung semeru hanya membuka pendakian dibulan
Oktober sebagai percobaan yang nantinya akan dijadikan evaluasi, maka dari itu
kuota pendakian yang disediakan hanya 20% dari total kuota pada pendakian di
kondisi sebelum pandemi, serta dengan persyaratan yang lebih komplek sesuai
protokol kesehatan. Alhamdulilah saya bisa kesampaian ke semeru di bulan
oktober dengan segala dramanya. Gunung semeru kembali ditutup pada awal
Desember, jadi semeru efektif dibuka selama 2 bulan di tahun 2020
2. Kuliah Di Era Pandemi
a. Kelebihan
Kuliah daring tidak hanya menimbulkan efek
negatif namun juga pasti ada hal baik disana seperti beberapa contoh yang
dialami saya yaitu
1) Pertama karena dirumah saya ada wifi jadi untuk koneksi internet
kuliah online bisa lancar tanpa kendala berarti. Karena koneksi internet yang
dibutuhkan sebenarnya tidak harus cepat, tapi bagaimana koneksi itu bisa
stabil, sedangkan data seluler terkadang sangat cepat namun sering terputus
sehingga menggangu jika dalam perkuliahan yang berlangsung secara terus menerus
dalam beberapa jam
2) Kedua bagi saya adalah mempunyai waktu yang banyak untuk fokus
mengerjakan tugas-tugas perkulihan, hal ini dikarenakan saya resign dari
pekerjaan. Namun tetap berusaha menghasilkan sesuatu di kala #StayAtHome
ini
3) Ketiga adalah, saya bisa berkumpul dengan keluarga dan bisa
menghadiri kegiatan-kegiatan di rumah dan di kota saya tinggal seperti acara
keagamaan dan semacamnya, berkumpul dengan teman lama. Waktu bersama keluarga
adalah hal paling mahal, tidak semua orang yang punya waktu bersama keluarga
karena terhalang berbagai kesibukan. Apalagi teman seklah saya dulu kebetulan
sedang pulang kesini dari rumah yang lainnya yang berada di pulau sumatera, sehingga
setidaknya bisas untuk menemani dan saya sendiri ada orang yang bisa di ajak
untuk sekadar nongkrong
b. Tantangan
Perkuliahan
Online, setiap hal baru pasti akan menghadirkan sebuah tantangan, hal ini pati
kita akan temui dimana pun, tinggal bagaimana kita menyelesaikannya. Meraba-raba
dalam sepak terjang pendidikan 2021. Ketika saya memutuskan untuk kuliah di
uinsa saya sudah tahu bahwa budaya keislamannya akan lebih kental, dan saya
harus bersiap dengan istilah -istilah baru di dalamnya berikut beberapa
tnatangan saya yang saya rangkum
1)
Budaya keislaman, Walaupun
lingkungan di rumah saya adalah NU namun saya juga harus beradaptasi lagi dalam
budaya kampus islam, sedangkan saya juga sudah bertekad di awal bahwasanya ini
merupakan cara saya yang sekaligus untuk memperlajari agama dan memperdalamnya
2)
Struktural kampus. Struktural
kampus di kampus islam tentunya berbeda jauh dari kampus sarjana saya. Yaitu
kementerian yang berbeda sehingga dari segi aspek kebiajakan dan aturan ada
sedikit perbedaan. Hal ini karena saya dulu terbiasa mengkaji atura-aturan atau
kebijakan menteri untuk dunia perkuliahan
3)
Organisasi, Saya tahu
sendiri kalau kampus islam negeri itu rata-rata organissasi ekstra yang besar
itu adalah PMII, nah itu tentunya agak sulit bagi yang aktif di HMI, tidak
banyak jalur dan relasi yang bisa saya tempuh baik itu dari segi dosen dan lain
halnya
4)
Relasi, Relasi pertemanan
dan dosen juga terbilang baru, saya disini kesulitan untuk setidaknya mencari
adik tingkat ataupun senior, seakan -akan membabat alas, saya harus mulai
bangun dari awal sendiri
3. Pembicara Webinar
Pandemi memaksa kita untuk menyeuaikan
seluruh apek kehidupan baru, dan muncullah istilah baru yaitu new normal. Kita harus
cepat beradaptasi agar tidak tertelan oleh zaman. Bagi yang tidak bisa beradaptasi
lambat laun akan semakin tertinggal dan tidak akan bias survive di masa pandemi
ini. Tak terkecuali berbagai kegiatan seperti seminar. Kegiatan ini
bagaimanapun harus berjalan karena merupakan sebuah wadah untuk berbagi ilmu
atau sekadar sharing-sharing pengalaman bagi yang terdampak agar bisa survive.
Seminar ini akhirnya berganti istilah menjadi “Webinar” bisa diartikan sebagai
seminar online yang merupakan salah satu produk dari adaptasi. Saya mendapat
undangan untuk mengisi materi disebuah pelatihan, dimana sebelumnya saya juga
pernah mengisi materi di pelatihan semacam ini. Organisasi yang juga familiar
bagi saya karena saya pernah aktif di organisasi tersebut dan masih di tempat
almamater saya UNESA, tempat saya menyelesaikan program sarjana dulu. Undangan
ini sebenarnya ditujukan kepada senior saya, namun dialihkan ke saya karena
merasa lebih cocok dengan saya menurut penuturan senior saya itu.
4. Buku Ontologi
Pandemi membawa banyak perubahan diberbagai belahan dunia, tak terkecuali
diriku pribadi. Satu hal yang tidak hanya aku derita namun banyak juga orang
diluar sana yang sama dengan keadaanku sekarang, yaitu kehilangan pekerjaan.
Banyak orang mencoba untuk tetap produktif ditengah pandemi ini, misalnya
dengan mencoba hal yang sebelumnya tidak bisa dilakukan saat keadaaan normal,
banyak orang yang kemudian mempunyai banyak waktu di rumah, setidaknya memberi
suaut dampak positif yang tadinya jarang di rumah dan tidak ada waktu untuk
keluarga sekarang malah sampai jenuh bersama keluarga. Hobi baru turut
menghiasi banyak orang yang mendekam di rumah lalu muncullah ide out of the
box, semisal yang sedang menjamur di negeri ini yaitu bersepeda, namun sangat
disayangkan sebagian besar orang yang mendadak hobi bersepeda ini tidak
mematuhi protokol kesehatan dimasa pandemi, serta diperparah lagi dengan tidak
dipatuhi peraturan lalu lintas dan keselamatan pengguna jalan lainnya. Hal ini
memicu sebagian orang di media sosial karena banyak dari pecinta bersepea
inilah hanyalah untuk eksistensi saja di media sosial mereka. Selain itu hal
ini juga menggerek harga jual sepeda yang melambung tinggi, dan menguntungkan
para penjual sepeda, sedikit menbantu ekonomi sebagian pedagang
Perubahan
pada diri sendiri adalah kembali ke masa-masa dimana saat saya baru lulus
kuliah, menganggur namun saya tidak menyesali itu karena punya banyak waktu
bersama keluarga yang tidak semua orang punya atau mereka bisa namun tidak
pernah menyempatkan waktu untuk keluarga. Saya juga mencoba produktif di rumah,
selain bapak saya yang juga terkena demam bersepeda, saya mencoba membaca lebih
banyak buku dan menulis resensinya. Tulisan saya pun meningkat dari segi
kualitas akibat banyak refrensi dari yang saya baca tadi. Tidak hanya membaca
dan menulis saya mencoba berjualan online seperti kebanyakan yang saya temui di
media sosial teman saya yang semuanya pada jualan, namun tidak berlangsung lama
karena kurangnya semangat juang, dan masih saya cari semangat itu sendiri. Saya
mulai giat untuk mengecat rumah, menyapu dan mengepel dan kegiatan sehari-hari
lainnya satu hal yang saya sadari dari hal tadi adalah “ternyata tidak mudah
menjadi ibu rumah tangga”. Pekerjaan yang terlihat simpel namun nyatanya
membuat kita kehabisan energi apalagi itu dilakukan setiap hari
Ada
beberapa hal yang akan menjadi sulit ketika pandemi ini terjadi 10 tahun lalu
saat itu awal awal saya kuliah pada tahun 2013, dimana teknologi di negeri
belum merata, sedangkan penggunaan gadget yang canggih juga terbatas, andoid
belum semasif seperti sekarang ini, saya sendiri waktu itu belum punya laptop,
sedangkan handphone saya hanya nokia yang berbasis operasi sistem symbian,
entah bagaimana jika dulu semua pembelajaran sekolah dan kampus harus online
No comments:
Post a Comment