Monday, March 29, 2021

HAL YANG DIHASILKAN SAAT PANDEMI

 

            Setahun sudah Pandemi berlangsung diseluruh dunia, ketika saya harus berhenti bekerja, karena tempat saya bekerja terdampak pengaruh dari Pandemi ini, hingga akhirnya saya memutuskan untuk kembali ke kampung. Tentunya saya tidak ingin berdiam diri meratapi nasib, Bagaimanapun saya harus tetap berkembang. Banyak hal yang akhirnya terwujudkan di masa pandemi ini yang akan saya jelaskan satu persatu

1.    Mendaki Gunung Impian

Ketika pandemi maih berlangsung, namun ekonomi merusak tajam, mau tidak mau pemerintah mulai mengizinkan berbagai sektor kegiatan ekonomi agar perekonomian masyarakat berjalan, termasuk tempat wisata. Gunung merupakan objek yang masuk dalam katergori tempat wisata. Kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) akhirnya dibuka, dengan tetap menerapkan protokol kesehatan. Terdapat dua objek wisata, yaitu kompleks gunung bromo dan pendakian gunung semeru. Gunung bromo lebih dulu dibuka dilanjut gunung semeru yang udah dinanti oleh para pendaki di Indonesia, seperti kita ketahui gunung semeru merupakan gunung tertinggi di pulau jawa dan memiliki pemandangan yang begitu mempesona. Saat awal dibuka, gunung semeru hanya membuka pendakian dibulan Oktober sebagai percobaan yang nantinya akan dijadikan evaluasi, maka dari itu kuota pendakian yang disediakan hanya 20% dari total kuota pada pendakian di kondisi sebelum pandemi, serta dengan persyaratan yang lebih komplek sesuai protokol kesehatan. Alhamdulilah saya bisa kesampaian ke semeru di bulan oktober dengan segala dramanya. Gunung semeru kembali ditutup pada awal Desember, jadi semeru efektif dibuka selama 2 bulan di tahun 2020

 

2.    Kuliah Di Era Pandemi

a.    Kelebihan

     Kuliah daring tidak hanya menimbulkan efek negatif namun juga pasti ada hal baik disana seperti beberapa contoh yang dialami saya yaitu

1)   Pertama karena dirumah saya ada wifi jadi untuk koneksi internet kuliah online bisa lancar tanpa kendala berarti. Karena koneksi internet yang dibutuhkan sebenarnya tidak harus cepat, tapi bagaimana koneksi itu bisa stabil, sedangkan data seluler terkadang sangat cepat namun sering terputus sehingga menggangu jika dalam perkuliahan yang berlangsung secara terus menerus dalam beberapa jam

2)   Kedua bagi saya adalah mempunyai waktu yang banyak untuk fokus mengerjakan tugas-tugas perkulihan, hal ini dikarenakan saya resign dari pekerjaan. Namun tetap berusaha menghasilkan sesuatu di kala #StayAtHome ini

3)   Ketiga adalah, saya bisa berkumpul dengan keluarga dan bisa menghadiri kegiatan-kegiatan di rumah dan di kota saya tinggal seperti acara keagamaan dan semacamnya, berkumpul dengan teman lama. Waktu bersama keluarga adalah hal paling mahal, tidak semua orang yang punya waktu bersama keluarga karena terhalang berbagai kesibukan. Apalagi teman seklah saya dulu kebetulan sedang pulang kesini dari rumah yang lainnya yang berada di pulau sumatera, sehingga setidaknya bisas untuk menemani dan saya sendiri ada orang yang bisa di ajak untuk sekadar nongkrong

b.      Tantangan

Perkuliahan Online, setiap hal baru pasti akan menghadirkan sebuah tantangan, hal ini pati kita akan temui dimana pun, tinggal bagaimana kita menyelesaikannya. Meraba-raba dalam sepak terjang pendidikan 2021. Ketika saya memutuskan untuk kuliah di uinsa saya sudah tahu bahwa budaya keislamannya akan lebih kental, dan saya harus bersiap dengan istilah -istilah baru di dalamnya berikut beberapa tnatangan saya yang saya rangkum

1)      Budaya keislaman, Walaupun lingkungan di rumah saya adalah NU namun saya juga harus beradaptasi lagi dalam budaya kampus islam, sedangkan saya juga sudah bertekad di awal bahwasanya ini merupakan cara saya yang sekaligus untuk memperlajari agama dan memperdalamnya

2)      Struktural kampus. Struktural kampus di kampus islam tentunya berbeda jauh dari kampus sarjana saya. Yaitu kementerian yang berbeda sehingga dari segi aspek kebiajakan dan aturan ada sedikit perbedaan. Hal ini karena saya dulu terbiasa mengkaji atura-aturan atau kebijakan menteri untuk dunia perkuliahan

3)      Organisasi, Saya tahu sendiri kalau kampus islam negeri itu rata-rata organissasi ekstra yang besar itu adalah PMII, nah itu tentunya agak sulit bagi yang aktif di HMI, tidak banyak jalur dan relasi yang bisa saya tempuh baik itu dari segi dosen dan lain halnya

4)      Relasi, Relasi pertemanan dan dosen juga terbilang baru, saya disini kesulitan untuk setidaknya mencari adik tingkat ataupun senior, seakan -akan membabat alas, saya harus mulai bangun dari awal sendiri

 

3.    Pembicara Webinar

Pandemi memaksa kita untuk menyeuaikan seluruh apek kehidupan baru, dan muncullah istilah baru yaitu new normal. Kita harus cepat beradaptasi agar tidak tertelan oleh zaman. Bagi yang tidak bisa beradaptasi lambat laun akan semakin tertinggal dan tidak akan bias survive di masa pandemi ini. Tak terkecuali berbagai kegiatan seperti seminar. Kegiatan ini bagaimanapun harus berjalan karena merupakan sebuah wadah untuk berbagi ilmu atau sekadar sharing-sharing pengalaman bagi yang terdampak agar bisa survive. Seminar ini akhirnya berganti istilah menjadi “Webinar” bisa diartikan sebagai seminar online yang merupakan salah satu produk dari adaptasi. Saya mendapat undangan untuk mengisi materi disebuah pelatihan, dimana sebelumnya saya juga pernah mengisi materi di pelatihan semacam ini. Organisasi yang juga familiar bagi saya karena saya pernah aktif di organisasi tersebut dan masih di tempat almamater saya UNESA, tempat saya menyelesaikan program sarjana dulu. Undangan ini sebenarnya ditujukan kepada senior saya, namun dialihkan ke saya karena merasa lebih cocok dengan saya menurut penuturan senior saya itu.

 

4.    Buku Ontologi

Pandemi membawa banyak perubahan diberbagai belahan dunia, tak terkecuali diriku pribadi. Satu hal yang tidak hanya aku derita namun banyak juga orang diluar sana yang sama dengan keadaanku sekarang, yaitu kehilangan pekerjaan. Banyak orang mencoba untuk tetap produktif ditengah pandemi ini, misalnya dengan mencoba hal yang sebelumnya tidak bisa dilakukan saat keadaaan normal, banyak orang yang kemudian mempunyai banyak waktu di rumah, setidaknya memberi suaut dampak positif yang tadinya jarang di rumah dan tidak ada waktu untuk keluarga sekarang malah sampai jenuh bersama keluarga. Hobi baru turut menghiasi banyak orang yang mendekam di rumah lalu muncullah ide out of the box, semisal yang sedang menjamur di negeri ini yaitu bersepeda, namun sangat disayangkan sebagian besar orang yang mendadak hobi bersepeda ini tidak mematuhi protokol kesehatan dimasa pandemi, serta diperparah lagi dengan tidak dipatuhi peraturan lalu lintas dan keselamatan pengguna jalan lainnya. Hal ini memicu sebagian orang di media sosial karena banyak dari pecinta bersepea inilah hanyalah untuk eksistensi saja di media sosial mereka. Selain itu hal ini juga menggerek harga jual sepeda yang melambung tinggi, dan menguntungkan para penjual sepeda, sedikit menbantu ekonomi sebagian pedagang

            Perubahan pada diri sendiri adalah kembali ke masa-masa dimana saat saya baru lulus kuliah, menganggur namun saya tidak menyesali itu karena punya banyak waktu bersama keluarga yang tidak semua orang punya atau mereka bisa namun tidak pernah menyempatkan waktu untuk keluarga. Saya juga mencoba produktif di rumah, selain bapak saya yang juga terkena demam bersepeda, saya mencoba membaca lebih banyak buku dan menulis resensinya. Tulisan saya pun meningkat dari segi kualitas akibat banyak refrensi dari yang saya baca tadi. Tidak hanya membaca dan menulis saya mencoba berjualan online seperti kebanyakan yang saya temui di media sosial teman saya yang semuanya pada jualan, namun tidak berlangsung lama karena kurangnya semangat juang, dan masih saya cari semangat itu sendiri. Saya mulai giat untuk mengecat rumah, menyapu dan mengepel dan kegiatan sehari-hari lainnya satu hal yang saya sadari dari hal tadi adalah “ternyata tidak mudah menjadi ibu rumah tangga”. Pekerjaan yang terlihat simpel namun nyatanya membuat kita kehabisan energi apalagi itu dilakukan setiap hari

            Ada beberapa hal yang akan menjadi sulit ketika pandemi ini terjadi 10 tahun lalu saat itu awal awal saya kuliah pada tahun 2013, dimana teknologi di negeri belum merata, sedangkan penggunaan gadget yang canggih juga terbatas, andoid belum semasif seperti sekarang ini, saya sendiri waktu itu belum punya laptop, sedangkan handphone saya hanya nokia yang berbasis operasi sistem symbian, entah bagaimana jika dulu semua pembelajaran sekolah dan kampus harus online

 

No comments:

Post a Comment