Saya sebenarnya tertarik dengan Dunia militer, Tetapi saya tidak bisa menjadi tentara karena alasan persyaratan fisik, saya tidak cukup tinggi dan cukup kesiapan fisik namun di kampus saya itu terdapat program yang namanya Pelatihan Pendidikan Karakter di mana kita itu dilatih selama tiga hari di markas militer, kalau dulu itu di Komando pendidikan marinir (kodikmar) entah Kalau sekarang masih sama atau gimana. Sebenarnya pelatihan pendidikan karakter ini selain untuk kami dari organisasi mahasiswa juga ada program khusus bagi penerima Bidikmisi, beasiswa untuk mahasiswa kurang mampu, nah cuma karena saya bukan penerima Bidikmisi saya ikut dari program yang khusus bagi pengurus Organisasi mahasiswa, dan saya perwakilan organisasi mahasiswa legilatif, pernah mengikuti sampai tiga kali di tiga periode yang berbeda
Sebenarnya
capek sih cuman Karena setelah pulang dapat duit mungkin itu menjadi motivasi
saya nah disini saya banyak belajar tentang sikap dan bagaimana seorang tentara
itu harus bersikap di alam bebas. Mendengar salah satu pembahasan
saat itu di mana di zaman sekarang bukanlah perang fisik yang diadu oleh
negara-negara lain, namun perang ekonomi dan proxy War. Saya
juga belajar bahwasanya tentara hanya boleh bersuara dalam dua hal
dari atasannya, Selain itu tidak boleh membantah perintah dari atasan. Bawahan boleh bersuara yaitu yang Pertama, boleh membantah ketika perintah itu tidak sesuai dengan aturan
misalnya ketika disuruh gerak jalan lalu di depan kita ada lubang maka kita
boleh membantah dan memberitahukan kepada atasan. Kedua
adalah ketika dalam ruang rapat, dalam sebuah rapat penting
dimana keputusan tidak hanya diambil
oleh atasan kita namun pada saat itu kita juga punya hak suara, semisal rapat penting itu terjadi saat
situasi di tengah peperangan. Hal itulah yang menjadi pengetahuan baru dalam
ranah militer selain militer punya aturan sendiri karena tidak termasuk warga
sipil, Seperti yang kita ketahui bahwa dalam situasi perang hanya tentaralah
yang boleh di bunuh, selain itu merupakan kejahatan perang. Namun faktanya
dilapangan maih banyak warga sipil yang menjadi korban dalam setiap agresi
militer
Ternyata saat pelatihan itu tidak hanya kami
dari UNESA yang sedang dibina karakternya, namun ada juga mahasiswa dari kampus
Ciputra kampus orang-orang elit kata teman-teman, sematan yang melekat pada etnis
tionghoa, mungkin dengan ini mereka bisa lebih mencintai negeri ini dibanding
negeri leluhur mereka, bahkan mereka lebih totalitas dalam pelatihan ini bukan
karena apa, potongan rambutnya digundul habis, makanya ada candaan dari
teman-teman dibilang sebagai pelatihan khusus kungfu Shaolin
Salah satu informasi penting yang saya
dapatkan disini dan berkaitan dengan organisasi ketika ada yang menanyakan
kenapa BEM Universitas di fakumkan, saat itu kita sedang berada di sesi materi indoor,
dan diisi salah satunya adalah Wakil Rektor 3 bidang kemahasiswaan dan alumni
yang dijabat Pak Warsono, jawaban pak warsono saat itu, mengatakan bahwa ketika
BEM sudah tidak bisa menangani permasalahannya sendiri maka dari itu mending di
fakumkan saja. Disini yang memfakumkan juga pak Warsono. Momen itu terjadi pada
saat saya tahun 2013 yang seharusnya jadi Pemilu Raya Kampus (PEMIRA) namun
batal karena hilangnya kotak suara. Saat itulah fakum dua tahun dan baru aktif
ketika saya aktif di organisasi legislatif tingkat Universitas yaitu Majelis
Permusyawaratan Mahasiswa (MPM)
Salah satu yang spesial adalah saat jurit
malam. Kita dilatih mental untuk berani sendirian berjalan ditengah kegelapan
dan tidak hanya itu ada benda untuk menakuti kita yaitu pocong-pocongan, karena
saya ikut tiga kali dan ada tiga momen pula yang mengesankan, yang pertama kali
yang paling menegangkan, saya sudah sering ikut kegiatan jurit malam seperti
ini namun rasanya ini yang paling menakutkan karena saat itu tidak dibagi per tim
tapi hanya perorng, berjalan sendirian, saya kira akan dibagi beberapa
kelompok, saat sendirianlah rasa takut itu muncul, sampai pada pertengahan rute
peserta yang belakang saya seperti takut dan berlari cepat sampai menyusul saya
yang berjalan lebih awal, saat sudah kawan jadi tidak mendebarkan lagi rasanya.
Kedua kalinya jurit malam gagal terlaksana, saat itu hujan deras dan tempat untuk
rute jurit malam itu jadi licin dan berlumpur, para pelatih dari marinir
sepertinya tidak mau mengambil risiko, walau salah satu teman saya bahkan ada
yang sudah selesai rutenya hanya sekitar dua tiga kelompok yang selesai, Teman
saya pun menyesal dan menggerutu “Tahu begitu jadi urutan terakhir saja”. Momen
yang ketiga ialah saat itu dibagi menjadi dua orang, dan menjadi tidak menarik
lagi karena selama jurit malam kita ada teman mengobrol sehingga pikiran
tidak kemana mana apalagi karena
banyaknya peserta, jarak antar kelompok menjadi dekat dan akhirnya malah jadi bergerombol
Hal lain kita juga diajarkan melatih disiplin
serta bagaimana aktivitas tentara dalam kesehariannya, seperti makan dimana
kita sebelum makan harus menyanyikan dua lagu nasional terlebih dahulu, makan
dengan etika table manner, tentunya juga bagaimana bertahan hidup serta
kegiatan outbound lainnya, namun yang pertama tetap menjadi yang paling speial
karena kala itu fasilitas yang kami dapat masih sangat lengkap serta olahraga
dayung yg kami laksanakan, entah karena anggaran beberapa kegiatan dan fasilitas
dikurangi di periode selanjutnya. Berdasar apa yang di dapat dan di
perbincangkan oleh teman-teman bahwanya kegiatan ini membawa dampak baik dalam
keseharian serta menambah disiplin dalam setiap yang kita kerjakan
No comments:
Post a Comment