Teringat dimasa sekolah ketika sering bermain futsal sejak kelas 10 dan kemudian di kelas 11 mulai menemukan teman-teman yang jauh lebih ahli dalam bermain futsal membuatku juga bertambah skill saat bermain bersama. Sampai akhirnya tim futsal kelas kita menjadi tim terkuat kedua setelah kelas IPS. Hal ini menjadi luar biasa ketika ada persepsi bahwa dulu anak IPA itu cupu selain itu juga pendiam dibanding anak IPS yang terkenal diisi anak-anak nakal. Tentu semua persepsi itu mulai memudar di masa sekarang, dimana kelas IPS juga menjadi kelas unggulan karena banyaknya jurusan yang menjadi favorit di universitas. Sedangkan dulu kelas IPS hanyalah kelas buangan dan kumpulan anak laki-laki dibanding siswa perempuan. Hal ini hampir menjadi stigma di semua sekolah di kota saya, dan juga di indonesia kala itu
Seringnya sparing dengan kelas-kelas
lain, juga akhirnya menemukan tim inti di kelas, ya karena laki-laki dikelas
saya sedikit dan tidak semuanya senang futsal bahkan main pun jarang. Kala itu
sudah lengkap 5 orang, yaitu Rizal,indra,dimas,nurul, dan terakhir saya.
Sebenarnya saya juga ga jago-jago amat, namun dibanding sisa siswa laki-laki
dikelas saya, Cuma saya seorang yang paling konsisten dalam bermain futsal.
Lalu posisi saya sendiri sudah jelas paling depan sendiri atau striker,
sedangkan indra dan dimas adalah playmaker yang mengatur serangan dan aliran
bola dari belakang sampai ke depan, posisi inilah yang pakling penting, skill
mereka juga yang paling jago, nurul menjaga di kedalaman dan Rizal kiper yang
tidak pernah tergantikan, kenapa dibilang seperti ya karena ketika saat ingin
bermain futsal karena rizal tidak bisa ikut akhirnya tidak jadi main, karena
tidak ada lagi yang bisa jadi kiper sebagus rizal
Kegiatan yang kami tunggu-tunggu
akhirnya diadakan setelah beberapa kali gagal, yaitu futsal antar kelas.
Tentunya tidak muluk-muluk target kami yaitu bisa masuk sampai final, sudah
jelas tim terkuat ada di IPS. Bayangkan saja tim futsal sekolah kita semuanya
diisi oleh anak IPS yang menjadi juara kedua tingkat kota. Kita realistis saja.
Tanpa disangka-sangka dalam babak penyisihan kami melibas semua tim yang
berhadapan dengan kami dengan banyak gol. Saya sendiri yang hanya bertugas
berdiri di depan dan menerima bola bisa banyak mencetak gol, sampai saya
sendiri ga habis pikir bisa mencetak
banyak gol, ternyata memang karena kepiawaian nurul, indra, dan dimas dalam
mengolah permainan, sedangkan saya hanya menerima bola dan menendang sekuat
mungkin ke gawang lawan, tentunya akurasinya juga alhamsulilah baik.
Kegiatan olahraga yang paling penting adalah bisa mengontrol emosi sehingga
semuanya bisa sesuai rencana yang kita siapkan. Mata kuliah olahraga dikampus
saya dulu, menurut dosen saya ketika kita bergerak dengan intensif tinggi,
pasokan oksigen dalam tubuh yang mengarah pada otak sedikit, sehingga terkadang
saat berolahraga kita tidak bisa berfikir jernih dan mudah terbawa emosi, suplai
oksigen ke otak kita juga menurun karena tubuh lain juga memerlukan pasokan
oksigen yang banyak. Saya sendiri bukan jurusan olahraga namun kala itu ada
mata kuliah olahraga. Pernah suatu ketika saat saya tinggal mendorong bola saja
ke gawang yang bebas malah tidak terjadi goal, karena saya terbawa emosi dan
menendang bola sekuat tenaga sehingga bola hasil tendangan saya mengangkasa
tinggi sekali, saat itu dalam posisi menang besar, alangkah menyesalnya saya
padahal punya kesempatan menambah punid-pundi goal. Saya diingatkan oleh indra
agar tidak terbawa emosi
Sampailah tim futsal kelas kita di
babak semifinal dala kegiatan tengah semester, dan tim yang akan kita hadapi
adalah tim terkuat dari kelas IPS, sedangkan semifinal lainnya juga
mempertemukan tim IPA dan tim IPS. Artinya kemungkinan besar di final bisa
bertemu antara kelas IPA dan IPA atau kelas IPS dan kelas IPS, atau kelas IPS
dan kelas IPA. Pertandingan semifinal pertama antara IPA 3 dankelas IPS 1,
tentu saya berharap kelas IPA 3 yang menang yang diisi oleh teman asrama saya
sendiri, sayangnya pertandingan berlangsung cepat dan dimenangkan tim IPS.
Pertandingan kami akhirnya dimulai dengan nuansa kostum yang sama. Kita nuansa
biru putih dan tim IPS juga nuansa biru putih, karena sebelumnya tidak ada ketentuan
terkait kostum. Semua juga tahu bahwa pertandingan ini ibarat final yang
terlalu pagi. Berdasar penyisihan grup kita sama-sama superior dalam
mengalahkan lawan, yaitu dengan banyak gol.
Pertandingan dimulai dengan kondisi yang tidak terlalu bagus, dimas juga
kakinya belum sembuh total dan masih merasakan nyeri dikakinya dengan banyak
balutan. Pertandingan berjalan seru tidak ada gol yang tercipta. Tim IPS tahu
siapa yang harus diperhatikan yaitu dimas dan indra. Pengawalan ketat dan
akhirnya tidak banyak aliran bola yang sama terima, bahkan hampir separuh babak
saya tidak memegang bola, perputaran bola hanya berkutat ditengah saja, dan sesekali
mengancam gawang kita nurul bekerja sangat keras dibelakang. Sampai waktu akhir
babak kedua masih skor kacamata, di menit akhir saya memperoleh kesempatan
emas, ketika semuanya menjaga dimas yang dijaga dua orang dan indra juga
dikawal ketat, namun indra berhasil mengoper bola ke saya yang tinggal berhadapan
dengan kiper lawan, namun saat menerima bola, bukannya saya tendang dan arahkan
ke gawang namun saya passing ke tempat kosong dengan harapan indra berada
disana, mungkin saking gugupnya dan jarang memegang bola, saya tidak bisa
memaksimalkan peluang emas padahal sudah tahu sayalah yang paling depan dan
bola datang dari belakang, saya sangat kecewa terhadap diri saya apalagi juga
disauti omongan provokasi dari kiper lawan.
Batas dimas sudah maksimal dan sudah tidak bisa melanjutkan pertandingan,
akhirnya digantikan oleh roni yang diposisikan sebagai bek, entah kenapa saya
juga tidak melihat kesalahan roni, ternyata malah dapat kartu merah, akhirnya
kami bermain dengan 4 orang melawan 5 orang, selepas itu roni juga terlmbat
masuk kembali, seperti yang kita ketahui dalam futsal ketika salah satu pemain
mendapat kartu merah maka bisa diisi kembali sebanyak 5 orang, berbeda dengan
sepakbola, futsal jika kekurangan satu pemain saja sudah sangat berdampak pada
tim. Permainan dilanjutkan babak tambahan waktu dan akhirnya kami kebobolan.
Dan kami kalah
Saking sedihnya kami sampai lupa
kalau masih akan bertanding lagi memperebutkan juara tiga dengan kelas IPA 3.
Pertandingan bisa kami menangkan tentu ini sebagai penghibur bagi kami yang
dari awal menargetkan masuk final. Pertandingan final juga berlangsung cepat
dan sepi . hadiah juara tiga dibawa untuk tiket masuk berennang teman-teman,
walaupun saat itu saya tidak ikut
No comments:
Post a Comment