Zaman sekarang sangat susah untuk bersaing, diversifikasi atau kemampuan untuk fokus pada hal yang ingin dilakukan hingga hal tersebut menghasilkan secara materi. Sedangkan milenial masih terjebak kepada doktrin untuk menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS). Hal ini tak terlepas dari mindset yang dibangun oleh orang tua kita yang akhirnya menjadi suatu standar hidup utama dan bahkan menjadi sesuatu strata sosial di pedesaan, dimana jika kita menjadi seorang PNS maka harkat dan martabat keluarga akan terangkat, padahal gaji sebagai PNS tidak besar-besar amat jika dibandingkan dengan sekarang ketika misalnya berjualan barang online, jika kita bersungguh-sungguh bisa mencapai omset 10 juta dalam sebulan
Pndidikan tinggi
pun tidak menjamin bahwa orang itu bisa sukses, buktinya banyak yang lulusan S1
bahkan S2 di periode sekarang yang menganggur, tingkat pendidikan sekarang
tinggi di Indonesia, seakan S1 sudah menjadi sebuah keharusan dan S2 sudah
menjadi prestise sendiri bagi lulusan arjana untuk langsung melanjutkan
pendidikannya, namun di lapangan tenaga-tenaga lulusan ini tidak terserap. Hal
ini dikarenakan kurangnya softskill serta ketersediaan lapangan pekerjaan.
Tentunya ini juga dikarenakan pengusaha di Indonesia tidak lebih dari 2% dari
total penduduk, sehingga semuanya bermental sebagai karyawan.
Belakangan mulai banyak tulisan
bagaimana orang yang tidak bersekolah tapi menjadi pengusaha sukses dan
memperkerjakan orang-orang yang berpendidikan tinggi. Tentunya hal ini juga
membawa pengaruh bahwa kita harus bermental bos, harus berani berwirausaha.
Selanjutnya adalah jiwa kepemimpinan. Hal ini banyak tidak memiliki oleh
kebanyakan orang, apalagi yang semasa kuliah jarang ikut kegiatan non akademik,
dan jadinya saat lulus hanya menjadi lulusan dengan standar tinggi dalam setiap
mencari pekerjaan menuntut hak fasilitas yang tinggi, gaji misalnya. Padahal
belum terbukti etos kerjanya
Kepemimpinan
disini sangat penting, tentu jika kita berhasil dalam suatu usaha baik itu
bisnis dan organisasi maka akan dilirik banyak pihak, termasuk tawaran dalam
dunia politik . saya contohkan jabatan MENTERI misalnya. Jika dikroscek latar
belakangnya. Terkadang hampir separuh dari total menteri yang ada di kabinet
pemerintahan tidak mempunyai latar belakang sesuai kementeriannya, nah ini
biasanya ditentukan oleh apa yang saya sampaikan diatas dan contoh nyatanya
adalah sebagai berikut jika kita ingin dilirik oleh presiden menjadi meneteri
ataupun tawaran-tawaran politik dari sebuah partai:
1.
PEBISNIS sukses, dengan kesusksesan dari sektor bisnis biasanya
akan dilirik untuk diamanahi suatu tanggung jawab, disini berati dilihat dari
sisi kualitas intelektulnya, manajerialnya serta kepemimpinannya
2.
TOKOH Organisasi, biasanya yang terjadi di indonesia kebanyakan
berasal dari oragnisasi masyarakat, hal ini menjadi dasar bahwa orang tersebut
setidaknya mempunyai massa yang banyak yang bisa dimanfaatkan untuk suatu hal,
baik itu kepentingan politik atau lainnya
3.
Publik figur, dalam hal ini bisa saja itu adalah tokoh masyrakat,
pemuka agama kondang, influenser atau kalangan artis. Ada kalanya masyarakat
terkadang menginginkan seorang tokoh untuk menjabat dikarenakan dikenal luas
semisal faktor sikap ketengan dalam mengambil keputusan serta penyampaian
informasi dengan bahasa yang mengena kepada semua orang.
Belakangan banyak yang keras berkomentar keras di publik, terkait
menteri yang jauh dari kualifikasi latar belakang pendidikannya, padahal
seperti yang saya sebutkan diatas, faktor latar pendidikan tidak berpengaruh
besar dalam sebuah jabatan, dimana tiga faktor tadilah yang paling berpengaruh.
Sehingga disini penulis inginn menyampaikan bahwa kepemimpinanlah yang paling
berpengaruh dengan bukti kita sudah memimpin sebuah organisasi atau perusahaan,
makan mulailah berdikari dengan berhimpun dan beroraganisasi, agar kita tahu
sejauh mana kemajuan sifat kepemimpinan kita
No comments:
Post a Comment