Bagi setiap orang mungkin pernah mempunyai masa-masa tentang pencarian jati diri baik secara sadar atau tidak sadar, bagi saya sendiri bahwa posisi zona nyaman pasti akan dikejar dan setiap orang punya harapan zona nyaman nya masing-masing. Setiap kali hal yang saya inginkan mungkin juga yang menjadi keinginan orang lain. Saya pribadi ingin menjadi seorang pegawai negeri sipil (PNS), tidak muluk-muluk namun hal itu merupakan semua impian orang, mungkin karena cita-cita yang dibentuk sejak saya kecil dulu, ya saya melihat itu di bapak saya sendiri yang seorang PNS entah hal semacam ini ditanamkan atau sebuah ekspektasi yang ditanamkan kepada anaknya, mungkin karena PNS di daerah pedesaan dianggap sesuatu pekerjaan yang mapan dan mungkin anak kelahiran tahun 90an juga pasti punya cita-cita menjadi PNS,
dan banyak juga calon mertua yang memandang PNS adalah suatu pekerjaan yang aman, Namun tidak semua opini membuat serta merta menjadikan PNS menjadi cita-cita ku dan Guru PNS yang menjadi keinginan sejak dulu. Dasar mengenai menjadi guru adalah cita-cita yang baik merupakan sebuah pemahaman tentang dasar-dasar agama yang saya ketahui saat itu, yaitu sebuah ilmu yang saya pelajari dan menjadi pegangan bagi umat muslim lainnya yang kita kenal dengan istilah “amal jariyah” suatu perbuatan yang tidak akan terputus pahalanya sampai kita meninggal kelak, dimana disini ada 3 amal jariyah, yang pertama adalah Anak sholehah, ilmu yang bermanfaat dan shodaqah yang bermanfaat bagi banyak orang. Perkembangan
zaman kadang merubah sebuah jalannya cita-cita, dan selain guru saya juga
bercita-cita sebagai dosen, ketika PNS guru merupakan cita-cita yang sulit, PNS
dosen juga lebih sulit lagi, namun sejauh ini saya pernah menjadi guru
pengganti dan gaji guru honorer gajinya tidak pernah manusiawi sejauh ini, dan
kini dosen non PNS pun menjadi opsi sebagai pekerjaan, namun saya sendiri belum
tahu persaingan dosen kedepannya dilihat dari teman saya sendiri juga banyak
yang sudah S-2 dan ketika yang punya ijazah S-1 susah mendapat pekerjaan maka
banyak orang yang mulai melirik untuk melanjutkan S-2, hal ini sebenarnya
wajar, karena persaingan semakin berat sedangkan lowongan pekerjaan tetap,
sebagai contoh bapak saya yang PNS guru hanya meraih gelar D2 namun bisa
menjadi guru PNS, hal itu merupakan sebuah prestasi atau pendidikan yang tidak
bisa dijangkau kebanyakan orang dimasa itu, sedangkan sekarang S-1 sudah sangat
mudah diperoleh dengan berbagai program beasiswa dari pemerintah maupun swasta.
Sekarang S2 merupakan sebuah tren tingkatan jenjang pendidikan baru untuk
ditempuh anak milineal dan gen Z, semakin banyak juga kampus swasta yang
berkualitas dengan perampingan kampus yang dilakukan pemerintah guna menyisir
kampus yang tidak layak
Jujur memang sebuah kemapanan yang dikejar di
jaman sekrang dan belum mencapai suatu pemahaman apa yang dimaksud tentang
bagaimana posisi yang disebut kemapanan tersebut, suatu ketika saya pernah
mendengar cerita senior saya dulu ketika berteduh saat hujan dia melihat
seseorang bersama istri dan anaknya menerobos hujan dengan menggunakan sebuah
sepeda motor, dan sejak melihat peristiwa itu dia berkeinginan bahwa tidak akan
membiarkan suatu saat nanti istri dan anaknya akan seperti itu juga dan
alhamdulilah sebuah keinginan kecil tersebut bisa tercapai. Contoh tadi juga
selaras dengan apa yang saya lihat sekarang dengan teman saya yang sudah
menikah atau pun sudah punya anak, masih kerja di rantauan masih tinggal di kos-kosan
layaknya anak kuliahan, itulah yang membuat saya sedih, tinggal dikos-kosan
sudah saya alami bahkan sampai sekarang, dan paham betul betapa tidak enaknya
tinggal dikos, apalagi dengan seorang istri, hal itulah yang mebuat saya
mempunyai keingin mapan dulu sebelum bekeluarga.
Terlepas dari semua pendapat teman bahwa
jangan menunngu mapan untuk berkeluarga itu sesuatu yang tidak benar, namun
maksud saya bukan untuk mengejar harta saja tapi bagaimana setidaknya kita
punya standar kelayakan bukan berarti kemewahan yang saya kejar tapi sebuah
kelayakan untuk menghargai menghormati anak orang lain yang kita sudah berjanji
untuk membahagiakannya, anak orang yang dirawat denga penuh kasih sayang dan
fasilitas dari orang tuanya harus kita juga perlakukan istimewa, membuat dia
bahagia adalah tanggung jawab kita, ada juga kisah bagaimana teman saya harus
berbeda tempat tinggal dengan istri dan anaknya yang baru lahir, istrinya di
kampung dan teman saya harus bekerja dikota, bagi saya belum pernah sedikitpun terbesit
untuk terus menetap di perantauan walaupun untuk kebutuhan karier pasti suatu
saat akan pulang juga ke kampung halaman. Sedangkan ada juga teman saya yang
malah ingin menetap di perantauan, memang ketika saya perhatikan teman saya ini
tinnggal di tempat yang benar-benar terpencil dan jauh dari keramaian sehingga
saya beranggapan hal itulah yang membuat dia tidak betah di kampung halamannya
dan memilih di tempat baru, sedangkan ada juga teman saya tidak mau balik ke
kampung halamannya karena ada suatu permalasahan terlepas dari permasalah
tentang daerah terpencil tadi. Hal Itulah yang saya tanamkan dalam pikiran saya
untuk terus diwujudkan
No comments:
Post a Comment