Sunday, February 21, 2021

HARAPAN HIDUP


Bagi setiap orang mungkin pernah mempunyai masa-masa tentang pencarian jati diri baik secara sadar atau tidak sadar, bagi saya sendiri bahwa posisi zona nyaman pasti akan dikejar dan setiap orang punya harapan zona nyaman nya masing-masing. Setiap kali hal yang saya inginkan mungkin juga yang menjadi keinginan orang lain. Saya pribadi ingin menjadi seorang pegawai negeri sipil (PNS), tidak muluk-muluk namun hal itu merupakan semua impian orang, mungkin karena cita-cita yang dibentuk sejak saya kecil dulu, ya saya melihat itu di bapak saya sendiri yang seorang PNS entah hal semacam ini ditanamkan atau sebuah ekspektasi yang ditanamkan kepada anaknya, mungkin karena PNS di daerah pedesaan dianggap sesuatu pekerjaan yang mapan dan mungkin anak kelahiran tahun 90an juga pasti punya cita-cita menjadi PNS,

dan banyak juga calon mertua yang memandang PNS adalah suatu pekerjaan yang aman, Namun tidak semua opini membuat serta merta menjadikan PNS menjadi cita-cita ku dan Guru PNS yang menjadi keinginan sejak dulu. Dasar mengenai menjadi guru adalah cita-cita yang baik merupakan sebuah pemahaman tentang dasar-dasar agama yang saya ketahui saat itu, yaitu sebuah ilmu yang saya pelajari dan menjadi pegangan bagi umat muslim lainnya yang kita kenal dengan istilah “amal jariyah” suatu perbuatan yang tidak akan terputus pahalanya sampai kita meninggal kelak, dimana disini ada 3 amal jariyah, yang pertama adalah Anak sholehah, ilmu yang bermanfaat dan shodaqah yang bermanfaat bagi banyak orang.

            Perkembangan zaman kadang merubah sebuah jalannya cita-cita, dan selain guru saya juga bercita-cita sebagai dosen, ketika PNS guru merupakan cita-cita yang sulit, PNS dosen juga lebih sulit lagi, namun sejauh ini saya pernah menjadi guru pengganti dan gaji guru honorer gajinya tidak pernah manusiawi sejauh ini, dan kini dosen non PNS pun menjadi opsi sebagai pekerjaan, namun saya sendiri belum tahu persaingan dosen kedepannya dilihat dari teman saya sendiri juga banyak yang sudah S-2 dan ketika yang punya ijazah S-1 susah mendapat pekerjaan maka banyak orang yang mulai melirik untuk melanjutkan S-2, hal ini sebenarnya wajar, karena persaingan semakin berat sedangkan lowongan pekerjaan tetap, sebagai contoh bapak saya yang PNS guru hanya meraih gelar D2 namun bisa menjadi guru PNS, hal itu merupakan sebuah prestasi atau pendidikan yang tidak bisa dijangkau kebanyakan orang dimasa itu, sedangkan sekarang S-1 sudah sangat mudah diperoleh dengan berbagai program beasiswa dari pemerintah maupun swasta. Sekarang S2 merupakan sebuah tren tingkatan jenjang pendidikan baru untuk ditempuh anak milineal dan gen Z, semakin banyak juga kampus swasta yang berkualitas dengan perampingan kampus yang dilakukan pemerintah guna menyisir kampus yang tidak layak

Jujur memang sebuah kemapanan yang dikejar di jaman sekrang dan belum mencapai suatu pemahaman apa yang dimaksud tentang bagaimana posisi yang disebut kemapanan tersebut, suatu ketika saya pernah mendengar cerita senior saya dulu ketika berteduh saat hujan dia melihat seseorang bersama istri dan anaknya menerobos hujan dengan menggunakan sebuah sepeda motor, dan sejak melihat peristiwa itu dia berkeinginan bahwa tidak akan membiarkan suatu saat nanti istri dan anaknya akan seperti itu juga dan alhamdulilah sebuah keinginan kecil tersebut bisa tercapai. Contoh tadi juga selaras dengan apa yang saya lihat sekarang dengan teman saya yang sudah menikah atau pun sudah punya anak, masih kerja di rantauan masih tinggal di kos-kosan layaknya anak kuliahan, itulah yang membuat saya sedih, tinggal dikos-kosan sudah saya alami bahkan sampai sekarang, dan paham betul betapa tidak enaknya tinggal dikos, apalagi dengan seorang istri, hal itulah yang mebuat saya mempunyai keingin mapan dulu sebelum bekeluarga.

Terlepas dari semua pendapat teman bahwa jangan menunngu mapan untuk berkeluarga itu sesuatu yang tidak benar, namun maksud saya bukan untuk mengejar harta saja tapi bagaimana setidaknya kita punya standar kelayakan bukan berarti kemewahan yang saya kejar tapi sebuah kelayakan untuk menghargai menghormati anak orang lain yang kita sudah berjanji untuk membahagiakannya, anak orang yang dirawat denga penuh kasih sayang dan fasilitas dari orang tuanya harus kita juga perlakukan istimewa, membuat dia bahagia adalah tanggung jawab kita, ada juga kisah bagaimana teman saya harus berbeda tempat tinggal dengan istri dan anaknya yang baru lahir, istrinya di kampung dan teman saya harus bekerja dikota, bagi saya belum pernah sedikitpun terbesit untuk terus menetap di perantauan walaupun untuk kebutuhan karier pasti suatu saat akan pulang juga ke kampung halaman. Sedangkan ada juga teman saya yang malah ingin menetap di perantauan, memang ketika saya perhatikan teman saya ini tinnggal di tempat yang benar-benar terpencil dan jauh dari keramaian sehingga saya beranggapan hal itulah yang membuat dia tidak betah di kampung halamannya dan memilih di tempat baru, sedangkan ada juga teman saya tidak mau balik ke kampung halamannya karena ada suatu permalasahan terlepas dari permasalah tentang daerah terpencil tadi. Hal Itulah yang saya tanamkan dalam pikiran saya untuk terus diwujudkan

No comments:

Post a Comment