2 SUDUT PANDANG TENTANG MADURA
Kita tahu bahwa pengalaman
dan wawasan kita berpengaruh terhadap suatu sudut pandang tentang apapun, oleh
karena itu saat aku jarang atau belum pernah menetap lama diluar madura
walaupun banyak keluarga juga yang tinggal dan menetap di Jawa, aku tidak tahu
bagaimana pandangan orang luar madura terhadap madura, kecuali hanya pandangan
umum seperti penokohan karakter orang madura dalam sinetron atau pun film,
yaitu sebagai penjual Sate dengan logat Maduranya yang di analogikan
mengulang-ulang sebuah kata
Di masa awal kuliah,
dimana saat itu aku kuliah di Surabaya ada suatu hal yang membuat kesulitan
yaitu terkait bahasa. Surabaya yang merupakan kota terbesar kedua di Indonesia
namun sehari harinya tetap memakai bahasa jawa, termasuk teman-teman kuliah
dulu sehingga aku kurang mengerti maksud dari perkataan teman-teman, hanya
menebak saja dari gelagat bicaranya yang kebetulan benar. Butuh waktu sekitar
1-3 bulan lamanya untuk bisa berbahasa jawa beserta logat suroboyo, dan daerah “kulon”,
“etan”, “kidul” yang diartikan sebagai daerah bagian Jawa timur yang mempunyai
ke-khasan tersendiri dalam bahasa jawanya, dan selama hampir 3 bulan itupun
hanya bisa menguasai bahasa sehari-hari yang notabene bahasa “kasar” nya, belum
sampai pada bahasa “kromo” nya. Walaupun demikian aku termasuk yang paling
cepat dalam memahami dan berbicara bahasa jawa dari pada teman-temanku yang
juga dari madura, mungkin karena aku selalu bertanya setiap kata yang tidak di
pahami maksudnya. Seperti biasa kadang teman-teman juga menyelipkan dan mengajari
kata-kata yang kotor, serta kata-kata jebakan lainnya, dan aku balas mengajari
kata-kata yang kurang baik saat mereka bertanya bahasa Madura. Suatu ketika aku
gak sengaja mengeluarkan kata-kata kasar yang biasa digunakan dipergaulan teman
cowok kampus, yaitu kata “cok”, namun ternyata aku mendapat reaksi berbeda saat
kata-kata kasar tadi digunakan kepada teman cewek, dia menampakkan seakan-akan
menangis karena kata “cok” yang aku ucapkan tadi, dari sana aku sadar bahwa
kata “cok” hanya biasa di ucapkan sebagai kata akrab untuk daerah surabaya saja,
sementara untuk daerah jawa lainnya itu berarti kata yang sangat kasar
Dimasa awal inilah yang
aku kadang merasa minder karena teman-teman sering mengolok-olokku. Seperti
orang madura yang dikenal keras, Carok dan penggambaran jahat lainnya, selain
itu orang Madura juga dikenal karena ekonominya yang dibawah rata-rata, seperti
penjual barang rongsokan besi yang melekat pada orang Madura, dan pasar “maling
wonokromo” yang semua pedagangnya berasal dari madura. Panggilan namaku pun
tidak dipanggil dengan namaku sendiri namun dipanggil “duro” kadang juga “Kachong”
yang sedikit lebih baik daripada memanggil dengan nama daerah
Seiring berjalannya waktu,
aku sadar stigma negatif terhadap Madura karena mereka tidak tahu Madura yang
sesungguhnya, Sadar dan kasian kepada mereka karena mempunyai wawasan yang
sempit, sementara akupun tahu hal positif dan negatif yang melekat pada suatu
daerah tertentu, namun bukan berarti aku harus mengangkat isu-isu tadi sebagai
alat untuk merendahkan daerah lain. Tentunya karena punya wawasan dan
pengalaman, karena hal tadi sudah masuk ranah SARA yang bisa merusak persatuan
bangsa, sejarah bangsa ini sudah membuktikan bahwa setiap isu SARA sudah
membuat banyak perpecahan dahulu kala.
Pepatah mengatakan untuk
mengenal diri kita sendiri, kita harus melihat sudut pandang dari orang lain. Interpersonal
dan Intrapersonal harus berjalan beriringan agar bisa seimbang dalam menyikapi
sesuatu. Hal itulah yang aku lakukan ketika aku sedang mencari bagaimana
pandangan lain tentang Madura. Ternyata ada pandangan lain yang berbeda dari
citra buruk Madura tadi. Karena tidak sedikit dari teman-teman kuliah yang juga
tertarik berbagi pengalaman dan kebudayaan tentang Madura, saking tertariknya
saya tawarkan untuk ke rumah dan sudah ada beberapa yang pernah ke rumah,
karena terbatasnya waktu ketika kuliah dulu, jadi hanya ada waktu akhir pekan
saja di Madura, dan belum sempat melihat tempat-tempat bagus dan kebudayaan di
Madura. Karakter Orang-orang Madura juga ada tanggapan positif, yaitu Sebagai
orang pekerja keras,ulet dan jujur. Selain itu orang Madura jika kita
menghampiri suatu lingkungan yang tepat, semua orang Madura di anggap pintar
mengaji dan sebagai pribadi yang alim.
Ketika aku mengikuti organisasi HMI dan PKPT IPNU IPNNU
UNESA. Di HMI orang Madura sudah dikenal bagus dalam berproses di HMI karena
banyak senior-senior yang juga dari Madura yang Bagus di HMI UNESA sendiri,
sedangkan untuk kalangan Nasional ada pak Mahfud MD, siapa yang tidak kenal Pak
Mahfud yang punya segudang pencapaian Akademik maupun Politik, Masuknya aku pun
juga diajak teman sekelas aku yang juga satu kota dengan aku asalnya. Saat
bergabung di PKPT IPNU dan IPPNU UNESA aku sangat di Hargai dan sudah di anggap
seperti keluarga sendiri karena tahu aku orang Madura. Dalam sebuah diklat aku
juga baru ingat ketika ada senior yang mengucapkan anggapan bahwa Agama orang
Madura itu adalah NU, untuk memahami hal ini agar tidak salah kaprah dan
dianggap sebagai ajaran “sesat” tentu kita harus tahu juga sejarah Nahdlatul
Ulama, Madura memiliki budaya yang sama pada umumnya hal ini berkaitan dengan
Nahdlatul Ulama, maka dari itu ketika ada sebuah kegiatan untuk Silaturrahmi ke
Rumah para alumni ataupun senior aku merasa seperti dirumah sendiri, dari
suasana dan lingkungannya. Kegiatan ini pun berlangsung ke Kota-Kota dan
Kabupaten-Kabupaten di kawasan jawa timur, biasanya ada pembagian seperti etan,
kulon, kidul tadi, jadi daerah jawa timur dibagi dalam beberapa kawasan untuk
kegiatan ini karena jarak nya tidak bisa diselesaikan dalam satu hari sedangkan
kegiatan ini hanya satu hari, maka dicarikan solusinya dan biasanya akan di
agendakan tahun berikutnya ke kawasan lainnya
Kesimpulan dari semua ini
adalah Sudut pandang tadi ada pada diri kita sendiri untuk menilai sesuatu,
termasuk pribadi orang. Belakangan makin banyak orang menghakimi suatu tindakan
orang tanpa kenal lebih dekat terhadap orang tersebut, ditambah mudahnya
aksebilitas media sosial yang semakin mempermudah kita mengkimi orang tanpa
kenal di banyak paltform seperti Facebook, Instagram dan Twitter, hal itu pula
juga berlaku pada suatu daerah, jangan pernah menghakimi tanpa kita tahu sudut pandang
lain daerah tersebut. Tentu saja ini adalah perspektif dariku, dan masih ada
kemungkinan terdapat sudut pandang lain yang berbeda tentang Madura
No comments:
Post a Comment