Friday, July 24, 2020

2 SUDUT PANDANG TENTANG MADURA


2 SUDUT PANDANG TENTANG MADURA
            Kita tahu bahwa pengalaman dan wawasan kita berpengaruh terhadap suatu sudut pandang tentang apapun, oleh karena itu saat aku jarang atau belum pernah menetap lama diluar madura walaupun banyak keluarga juga yang tinggal dan menetap di Jawa, aku tidak tahu bagaimana pandangan orang luar madura terhadap madura, kecuali hanya pandangan umum seperti penokohan karakter orang madura dalam sinetron atau pun film, yaitu sebagai penjual Sate dengan logat Maduranya yang di analogikan mengulang-ulang sebuah kata

            Di masa awal kuliah, dimana saat itu aku kuliah di Surabaya ada suatu hal yang membuat kesulitan yaitu terkait bahasa. Surabaya yang merupakan kota terbesar kedua di Indonesia namun sehari harinya tetap memakai bahasa jawa, termasuk teman-teman kuliah dulu sehingga aku kurang mengerti maksud dari perkataan teman-teman, hanya menebak saja dari gelagat bicaranya yang kebetulan benar. Butuh waktu sekitar 1-3 bulan lamanya untuk bisa berbahasa jawa beserta logat suroboyo, dan daerah “kulon”, “etan”, “kidul” yang diartikan sebagai daerah bagian Jawa timur yang mempunyai ke-khasan tersendiri dalam bahasa jawanya, dan selama hampir 3 bulan itupun hanya bisa menguasai bahasa sehari-hari yang notabene bahasa “kasar” nya, belum sampai pada bahasa “kromo” nya. Walaupun demikian aku termasuk yang paling cepat dalam memahami dan berbicara bahasa jawa dari pada teman-temanku yang juga dari madura, mungkin karena aku selalu bertanya setiap kata yang tidak di pahami maksudnya. Seperti biasa kadang teman-teman juga menyelipkan dan mengajari kata-kata yang kotor, serta kata-kata jebakan lainnya, dan aku balas mengajari kata-kata yang kurang baik saat mereka bertanya bahasa Madura. Suatu ketika aku gak sengaja mengeluarkan kata-kata kasar yang biasa digunakan dipergaulan teman cowok kampus, yaitu kata “cok”, namun ternyata aku mendapat reaksi berbeda saat kata-kata kasar tadi digunakan kepada teman cewek, dia menampakkan seakan-akan menangis karena kata “cok” yang aku ucapkan tadi, dari sana aku sadar bahwa kata “cok” hanya biasa di ucapkan sebagai kata akrab untuk daerah surabaya saja, sementara untuk daerah jawa lainnya itu berarti kata yang sangat kasar
            Dimasa awal inilah yang aku kadang merasa minder karena teman-teman sering mengolok-olokku. Seperti orang madura yang dikenal keras, Carok dan penggambaran jahat lainnya, selain itu orang Madura juga dikenal karena ekonominya yang dibawah rata-rata, seperti penjual barang rongsokan besi yang melekat pada orang Madura, dan pasar “maling wonokromo” yang semua pedagangnya berasal dari madura. Panggilan namaku pun tidak dipanggil dengan namaku sendiri namun dipanggil “duro” kadang juga “Kachong” yang sedikit lebih baik daripada memanggil dengan nama daerah
            Seiring berjalannya waktu, aku sadar stigma negatif terhadap Madura karena mereka tidak tahu Madura yang sesungguhnya, Sadar dan kasian kepada mereka karena mempunyai wawasan yang sempit, sementara akupun tahu hal positif dan negatif yang melekat pada suatu daerah tertentu, namun bukan berarti aku harus mengangkat isu-isu tadi sebagai alat untuk merendahkan daerah lain. Tentunya karena punya wawasan dan pengalaman, karena hal tadi sudah masuk ranah SARA yang bisa merusak persatuan bangsa, sejarah bangsa ini sudah membuktikan bahwa setiap isu SARA sudah membuat banyak perpecahan dahulu kala.
            Pepatah mengatakan untuk mengenal diri kita sendiri, kita harus melihat sudut pandang dari orang lain. Interpersonal dan Intrapersonal harus berjalan beriringan agar bisa seimbang dalam menyikapi sesuatu. Hal itulah yang aku lakukan ketika aku sedang mencari bagaimana pandangan lain tentang Madura. Ternyata ada pandangan lain yang berbeda dari citra buruk Madura tadi. Karena tidak sedikit dari teman-teman kuliah yang juga tertarik berbagi pengalaman dan kebudayaan tentang Madura, saking tertariknya saya tawarkan untuk ke rumah dan sudah ada beberapa yang pernah ke rumah, karena terbatasnya waktu ketika kuliah dulu, jadi hanya ada waktu akhir pekan saja di Madura, dan belum sempat melihat tempat-tempat bagus dan kebudayaan di Madura. Karakter Orang-orang Madura juga ada tanggapan positif, yaitu Sebagai orang pekerja keras,ulet dan jujur. Selain itu orang Madura jika kita menghampiri suatu lingkungan yang tepat, semua orang Madura di anggap pintar mengaji dan sebagai pribadi yang alim.
Ketika aku mengikuti organisasi HMI dan PKPT IPNU IPNNU UNESA. Di HMI orang Madura sudah dikenal bagus dalam berproses di HMI karena banyak senior-senior yang juga dari Madura yang Bagus di HMI UNESA sendiri, sedangkan untuk kalangan Nasional ada pak Mahfud MD, siapa yang tidak kenal Pak Mahfud yang punya segudang pencapaian Akademik maupun Politik, Masuknya aku pun juga diajak teman sekelas aku yang juga satu kota dengan aku asalnya. Saat bergabung di PKPT IPNU dan IPPNU UNESA aku sangat di Hargai dan sudah di anggap seperti keluarga sendiri karena tahu aku orang Madura. Dalam sebuah diklat aku juga baru ingat ketika ada senior yang mengucapkan anggapan bahwa Agama orang Madura itu adalah NU, untuk memahami hal ini agar tidak salah kaprah dan dianggap sebagai ajaran “sesat” tentu kita harus tahu juga sejarah Nahdlatul Ulama, Madura memiliki budaya yang sama pada umumnya hal ini berkaitan dengan Nahdlatul Ulama, maka dari itu ketika ada sebuah kegiatan untuk Silaturrahmi ke Rumah para alumni ataupun senior aku merasa seperti dirumah sendiri, dari suasana dan lingkungannya. Kegiatan ini pun berlangsung ke Kota-Kota dan Kabupaten-Kabupaten di kawasan jawa timur, biasanya ada pembagian seperti etan, kulon, kidul tadi, jadi daerah jawa timur dibagi dalam beberapa kawasan untuk kegiatan ini karena jarak nya tidak bisa diselesaikan dalam satu hari sedangkan kegiatan ini hanya satu hari, maka dicarikan solusinya dan biasanya akan di agendakan tahun berikutnya ke kawasan lainnya
            Kesimpulan dari semua ini adalah Sudut pandang tadi ada pada diri kita sendiri untuk menilai sesuatu, termasuk pribadi orang. Belakangan makin banyak orang menghakimi suatu tindakan orang tanpa kenal lebih dekat terhadap orang tersebut, ditambah mudahnya aksebilitas media sosial yang semakin mempermudah kita mengkimi orang tanpa kenal di banyak paltform seperti Facebook, Instagram dan Twitter, hal itu pula juga berlaku pada suatu daerah, jangan pernah menghakimi tanpa kita tahu sudut pandang lain daerah tersebut. Tentu saja ini adalah perspektif dariku, dan masih ada kemungkinan terdapat sudut pandang lain yang berbeda tentang Madura

No comments:

Post a Comment