Kisah ini dimulai saat aku akhirnya bisa
lulus ujian nasional, dulu ujian ini merupakan satu satunya penentu untuk
kelulusan kita di sekolah menengah atas, saat itu aku dan teman temanku yang
juga sudah dinyatakan lulus ingin masuk di perguruan tinggi favorit kami
masing-masing, info yang kami dapat tidaklah banyak karena kami bukan berasal
dari sekolah favorit di kota kami, jadi kami harus mencari info sendiri untuk
menambah wawasan tentang perkuliahan, sampai akhirnya kita di terima di
perguruan tinggi masing-masing walaupun pada akhirnya bukanlah tempat yang kami
tuju. Karena dari teman teman sekolah tidak ada yang satu kampus denganku. Pada awalnya ada teman satu kelas yang juga berasal dari
MAN dulu namun akhirnya berhenti karena lebih memilih sekolah Kedinasan
Tahun kelulusanku adalah tahun pertama sistem undangan
online ini diberlakukan di sistem pendidikan tinggi, banyak juga yang mengritik
sistem ini dan menganggap hasil tahun pertama adalah hasil dari sebuah
percobaan. Seleksi
gelombang kedua yaitu tes tulis yang diselenggarakan serentak nasional, dan
saat itu aku juga daftar dan tempat tesnya juga diluar kota, yang nantinya juga
dekat dengan kampusku sekarang, untungnya di sana masih ada kerabat jadi aku
numpang tinggal sementara di rumah nenek ku, kerabat jauh. Beliau adalah
saudara dari nenekku kandung. Dan aku juga manggil beliau nenek, masih ingat
dibenakku setiap pagi aku selalu dibuatkan teh hangat dan di belikan pisang
goreng tapi sudah cukup untukku, tes nya dulu dilaksanakan selama 2 hari jadi
aku disana untuk beberapa hari. Itulah yang membuat aku sedih ketika mengingat
momen itu karena beliau sudah meninggalkanku dari dunia. Keluarga ku sendiri
bukanlah dari kalangan berada, walaupun begitu tapi sekeluarga bahagian kami
merasa semuanya tercukupi, ya memang kecukupan setiap orang itu berbeda-beda.
Dan menurutku kalau apa yang ada tidak kita syukuri, kita tidak akan pernah
merasa cukup. 2 hari aku berada di tempat yang selalu “hingar
binger” siang dan malam, membuat aku rindu
rumah, padahal Cuma 3 hari disana karena memang aku belum pernah ke tempat jauh
sendirian. Saat aku mau ke kampus aku di anter oleh adik dari istri omku, dia
juga seumuran denganku tapi lebih memilih langsung kerja daripada kuliah,
entahlah setiap orang punya pandangan masing-masing, ke tempat Tes Ujian dan
dari tempat nenekku tidak terlalu jauh, ada 2 teman dari sekolahku yang dulu juga tempatnya sama denganku. Tibalah saatnya pengumuman. Dan setelah aku lihat di
website nasional, memang hasilnya mengecewakan yang pasti sedih tidak lulus
seleksi.
Setelah memendam
rasa sedih karena belum lulus di seleksi kedua, aku maih belum menyerah untuk
kuliah di kampus negeri,
masih ada gelombang terakhir penerimaan mahasiswa yaitu jalur yang di anggapan
orang-orang pada umumnya menakutkan. Yaitu jalur mandiri. sebelum aku memulai
aku melakukan pendaftaran kuliah lagi aku berpikir keras bagaimana dalam
seleksi terakhir ini aku bisa lolos. Dan saat itu aku mengambil
keputusan untuk mengambil jurusan yang tidak sesuai dengan jurusan ku di
sekolah, sekedar tahu saja aku ada di jurusan IPA
dan sekarang aku mengambil jurusan yang berbau ekonomi, yah sebelum itu aku
sudah punya ancang-ancang kampus mana jika aku tidak di terima lagi di kampus
yang aku tuju ini, tapi dari orang tua tidak setuju jika kuliah jauh-jauh hanya
di kampus swasta. Mending di daerahku sendiri saja. Ya memang di kotaku ada
beberapa kampus swasta. Dulu juga aku berpikir untuk masuk di kampus negeri
islam karena aku dasarnya sekolah di MAN, mungkin dari background sekolah islam
bisa lebih mudah menyesuaikan. Dan saat saat masa pendaftaran itu adalah bulan
Ramadhan. Teman-teman sekolah yang sekelas sama aku mengagendakan buka bersama,
saat berkumpul dengan teman-teman agak malu juga sih, teman-temanku sudah punya
kampus semua dan hanya beberapa saja yang memang tidak berencana kuliah,
sedangkan aku masih terombang ambing belum tahu masuk
dikampus mana. Ampai akhirnya
tibalah waktu tes itu yang juga masih bulan Ramadhan dan harus merelakan tidak
ikut buka bersama dengan teman-teman MANPALA NAVIRI, organisasi ekstrakurikuler
di sekolah dulu yaitu Pecinta Alam.
Tes dilaksanakan 2 hari juga yaitu hari pertama tes tulis dan hari kedua tes
wawancara, tes kedua yang paling membuat deg-degan ketika harus mempraktikan
mengajar karena jurusanku jurusan kependidikan, ditambah ada bapakku juga yang
tambah bikin grogi, tapi disitu aku tahu bahwa ini adalah kesempaatan terkahir
jadi aku berusaha semakimal mungkin, dan hal yang bikin deg degan lainnya
adalah ketika kami disodorkan surat pernyataan keanggupan membayar biaya masuk.
Disitu udah ada nominal pilihan dan saya lebih realistis dengan mengosongi
kolom tersebut. Berjalan keluar dari tempat tes dengan muka agak pesimis
setelah melihat surat pernyataan tadi, namun dalam hati tetap yakin akan ada
hasil yang terbaik bagi saya. Hari pengumuman pun tiba ketika saya dinyatakan
lolos namun ada hal yang bikin Bapak saya kurang yakin untuk meneruskan kuliah
ini mengingat biaya persemester ini yagng dikenakan dalam ujian mandiri adalah
golongan tertinggi dalam sistem Uang Kuliah Tunggal (UKT). Entah mendapat
keyakinan dari mana aku berusaha meyakinkan bapakku bahwa aku sudah beruaha
untuk masuk kuliah ini dan meyakinkan akan berusaha mencari jalan keluar dari
beban baiaya kuliah ini dengan mencari beasiswa. Sampai keyakinan itu membuahkan
hasil ketika sistem UKT tersebut baru diterapkan pada angkatanku, jadi seperti
yang aku sampaikan bahwa masih banyak celah ketidak sempurnaan dari sistem
baru, banyak yang memandang UKT terlalu berat hingga akhirnya setelah demo
terus-terusan hal ini juga tidak hanya terjadi di kampus saja namun hampir di
seluruh kampus di Indoensia. Harapan muncul ketika Audiensi peseerta demo di
terima oleh pimpinan kampus dan akan melihat kembali penetapan UKT berdasar
hasil survei langsung, masih saya ingat dulu yang melakukan survei ini bukanlah
petugas biasa namun dosen dan dekan pun turun langsung. Dulu saya di survei
oleh dosen saya, yang sekarang tetap menjadi dosen panutan saya karena
pemikiran dan karyanya yaitu pak Hendry yang ternyata dulu ayahnya dalah Camat
di daerahku.
Perjuaganku tidak
berhenti di proses penurunan UKT, namun aku haru menepati janji kepada bapakku
untuk mendapat beasiswa. Bearawal dari perjuangan penurunan UKT yang dilakukan
oleh organisasi kampus yang membantu kami ini, dengan itu saya juga harus turut
melanjutkan perjuangan-perjuangan senior dikampus dengan aktif di berbagai
organisasi. Memang banyak mahasiwa
apatis dan apolitik kampus, padahal aktivis memperjuangkan kepentingan
mahasiswa banyak. Setelah banyak aktif di organisasi saya juga aktif di
kegiatan karya tulis ilmiah dengan setiap semester membuat karya ilmiah Program
kreatif Mahasiswa (PKM) yang juga merupakan syarat untuk mengajukan beassiswa,
perjuangan ku tidak sia-sia, diaman PKM yang harus berkelompok dan dulu aku
hanya berdua membuat pkm ini yang merupakan syarat minimu untuk membuat PKM
berhasil mendapatkan beasiswa PPA tahun 2015, sayangnya tahun 2015 beasiswa
tahun 2015 ini terdapat masalah internal kampus sehingga hanya cair separuh dan
aku hanya bisa membayar UKT satu semester, namun hal ini sudah cukup untuk
menunaikan janji terhadap orang tua. Pengalaman yang berasal dari keyakinan
diri ini yang juga harus disertai dengan usaha dan kerja keras membuatku untuk
terus berjanji pada diri sendiri dan berusaha sekuat tenaga untuk menepati
janjiku pada diriku senidiri
No comments:
Post a Comment