Monday, July 13, 2020

AWAL DARI PERJUANGAN MERAIH MIMPI

        Kisah ini dimulai saat aku akhirnya bisa lulus ujian nasional, dulu ujian ini merupakan satu satunya penentu untuk kelulusan kita di sekolah menengah atas, saat itu aku dan teman temanku yang juga sudah dinyatakan lulus ingin masuk di perguruan tinggi favorit kami masing-masing, info yang kami dapat tidaklah banyak karena kami bukan berasal dari sekolah favorit di kota kami, jadi kami harus mencari info sendiri untuk menambah wawasan tentang perkuliahan, sampai akhirnya kita di terima di perguruan tinggi masing-masing walaupun pada akhirnya bukanlah tempat yang kami tuju. Karena dari teman teman sekolah tidak ada yang satu kampus denganku. Pada awalnya ada teman satu kelas yang juga berasal dari MAN dulu namun akhirnya berhenti karena lebih memilih sekolah Kedinasan
           
Pagi itu terasa sangat berbeda dari biasanya, setelah aku pindah kota.karena tempat kuliah ku jauh dari tempat kelahiranku, kalau naik bus kira-kira butuh waktu 4-5 jam untuk menjangkau tempat kampusku berada. Ini memang kampus yang aku inginkan dari dulu, entah mengapa aku bisa di terima di kampus ini diwaktu akhir-akhir penerimaan mahasiswa baru. Sekedar tahu aja, aku sudah 2 kali ikut seleksi dikampus ini, yaitu di 2 gelombang penerimaan mahasiswa baru, yang pertama melalui seleksi penerimaan mahasiswa jalur online atau undangan. Saat itu aku gagal dan dari sebagian teman-teman sekolah banyak lah yang diterima di perguruan tinggi negeri walaupun bukan yang favorit di beberapa mata teman-teman dan anak sekolahaan di masa itu, ada yang aneh dalam seleksi ini, dimana dari teman-temanku yang pintar tidak banyak di terima di seleksi awal ini bahkan dari rangking kelas 1-10 tidak ada satupun yang di terima, itu juga yang membuat guru-guru kami heran, dan ada pula anak yang di cap nakal disekolahku bisa diterima di perguruan tinggi negeri, yaa aku sadar bahwa itu sudah rejeki masing-masing orang kita tidak bisa men judge orang hanya karena mereka lebih beruntung dari kita.
Tahun kelulusanku adalah tahun pertama sistem undangan online ini diberlakukan di sistem pendidikan tinggi, banyak juga yang mengritik sistem ini dan menganggap hasil tahun pertama adalah hasil dari sebuah percobaan. Seleksi gelombang kedua yaitu tes tulis yang diselenggarakan serentak nasional, dan saat itu aku juga daftar dan tempat tesnya juga diluar kota, yang nantinya juga dekat dengan kampusku sekarang, untungnya di sana masih ada kerabat jadi aku numpang tinggal sementara di rumah nenek ku, kerabat jauh. Beliau adalah saudara dari nenekku kandung. Dan aku juga manggil beliau nenek, masih ingat dibenakku setiap pagi aku selalu dibuatkan teh hangat dan di belikan pisang goreng tapi sudah cukup untukku, tes nya dulu dilaksanakan selama 2 hari jadi aku disana untuk beberapa hari. Itulah yang membuat aku sedih ketika mengingat momen itu karena beliau sudah meninggalkanku dari dunia. Keluarga ku sendiri bukanlah dari kalangan berada, walaupun begitu tapi sekeluarga bahagian kami merasa semuanya tercukupi, ya memang kecukupan setiap orang itu berbeda-beda. Dan menurutku kalau apa yang ada tidak kita syukuri, kita tidak akan pernah merasa cukup. 2 hari aku berada di tempat yang selalu hingar binger siang dan malam, membuat aku rindu rumah, padahal Cuma 3 hari disana karena memang aku belum pernah ke tempat jauh sendirian. Saat aku mau ke kampus aku di anter oleh adik dari istri omku, dia juga seumuran denganku tapi lebih memilih langsung kerja daripada kuliah, entahlah setiap orang punya pandangan masing-masing, ke tempat Tes Ujian dan dari tempat nenekku tidak terlalu jauh, ada 2 teman dari sekolahku yang dulu juga tempatnya sama denganku. Tibalah saatnya pengumuman. Dan setelah aku lihat di website nasional, memang hasilnya mengecewakan yang pasti sedih tidak lulus seleksi.
Setelah memendam rasa sedih karena belum lulus di seleksi kedua, aku maih belum menyerah untuk kuliah di kampus negeri, masih ada gelombang terakhir penerimaan mahasiswa yaitu jalur yang di anggapan orang-orang pada umumnya menakutkan. Yaitu jalur mandiri. sebelum aku memulai aku melakukan pendaftaran kuliah lagi aku berpikir keras bagaimana dalam seleksi terakhir ini aku bisa lolos. Dan saat itu aku mengambil keputusan untuk mengambil jurusan yang tidak sesuai dengan jurusan ku di sekolah, sekedar tahu saja aku ada di jurusan IPA dan sekarang aku mengambil jurusan yang berbau ekonomi, yah sebelum itu aku sudah punya ancang-ancang kampus mana jika aku tidak di terima lagi di kampus yang aku tuju ini, tapi dari orang tua tidak setuju jika kuliah jauh-jauh hanya di kampus swasta. Mending di daerahku sendiri saja. Ya memang di kotaku ada beberapa kampus swasta. Dulu juga aku berpikir untuk masuk di kampus negeri islam karena aku dasarnya sekolah di MAN, mungkin dari background sekolah islam bisa lebih mudah menyesuaikan. Dan saat saat masa pendaftaran itu adalah bulan Ramadhan. Teman-teman sekolah yang sekelas sama aku mengagendakan buka bersama, saat berkumpul dengan teman-teman agak malu juga sih, teman-temanku sudah punya kampus semua dan hanya beberapa saja yang memang tidak berencana kuliah, sedangkan aku masih terombang ambing belum tahu masuk dikampus mana. Ampai akhirnya tibalah waktu tes itu yang juga masih bulan Ramadhan dan harus merelakan tidak ikut buka bersama dengan teman-teman MANPALA NAVIRI, organisasi ekstrakurikuler di sekolah dulu yaitu Pecinta Alam.
Tes dilaksanakan 2 hari juga yaitu  hari pertama tes tulis dan hari kedua tes wawancara, tes kedua yang paling membuat deg-degan ketika harus mempraktikan mengajar karena jurusanku jurusan kependidikan, ditambah ada bapakku juga yang tambah bikin grogi, tapi disitu aku tahu bahwa ini adalah kesempaatan terkahir jadi aku berusaha semakimal mungkin, dan hal yang bikin deg degan lainnya adalah ketika kami disodorkan surat pernyataan keanggupan membayar biaya masuk. Disitu udah ada nominal pilihan dan saya lebih realistis dengan mengosongi kolom tersebut. Berjalan keluar dari tempat tes dengan muka agak pesimis setelah melihat surat pernyataan tadi, namun dalam hati tetap yakin akan ada hasil yang terbaik bagi saya. Hari pengumuman pun tiba ketika saya dinyatakan lolos namun ada hal yang bikin Bapak saya kurang yakin untuk meneruskan kuliah ini mengingat biaya persemester ini yagng dikenakan dalam ujian mandiri adalah golongan tertinggi dalam sistem Uang Kuliah Tunggal (UKT). Entah mendapat keyakinan dari mana aku berusaha meyakinkan bapakku bahwa aku sudah beruaha untuk masuk kuliah ini dan meyakinkan akan berusaha mencari jalan keluar dari beban baiaya kuliah ini dengan mencari beasiswa. Sampai keyakinan itu membuahkan hasil ketika sistem UKT tersebut baru diterapkan pada angkatanku, jadi seperti yang aku sampaikan bahwa masih banyak celah ketidak sempurnaan dari sistem baru, banyak yang memandang UKT terlalu berat hingga akhirnya setelah demo terus-terusan hal ini juga tidak hanya terjadi di kampus saja namun hampir di seluruh kampus di Indoensia. Harapan muncul ketika Audiensi peseerta demo di terima oleh pimpinan kampus dan akan melihat kembali penetapan UKT berdasar hasil survei langsung, masih saya ingat dulu yang melakukan survei ini bukanlah petugas biasa namun dosen dan dekan pun turun langsung. Dulu saya di survei oleh dosen saya, yang sekarang tetap menjadi dosen panutan saya karena pemikiran dan karyanya yaitu pak Hendry yang ternyata dulu ayahnya dalah Camat di daerahku.
             Perjuaganku tidak berhenti di proses penurunan UKT, namun aku haru menepati janji kepada bapakku untuk mendapat beasiswa. Bearawal dari perjuangan penurunan UKT yang dilakukan oleh organisasi kampus yang membantu kami ini, dengan itu saya juga harus turut melanjutkan perjuangan-perjuangan senior dikampus dengan aktif di berbagai organisasi. Memang banyak mahasiwa  apatis dan apolitik kampus, padahal aktivis memperjuangkan kepentingan mahasiswa banyak. Setelah banyak aktif di organisasi saya juga aktif di kegiatan karya tulis ilmiah dengan setiap semester membuat karya ilmiah Program kreatif Mahasiswa (PKM) yang juga merupakan syarat untuk mengajukan beassiswa, perjuangan ku tidak sia-sia, diaman PKM yang harus berkelompok dan dulu aku hanya berdua membuat pkm ini yang merupakan syarat minimu untuk membuat PKM berhasil mendapatkan beasiswa PPA tahun 2015, sayangnya tahun 2015 beasiswa tahun 2015 ini terdapat masalah internal kampus sehingga hanya cair separuh dan aku hanya bisa membayar UKT satu semester, namun hal ini sudah cukup untuk menunaikan janji terhadap orang tua. Pengalaman yang berasal dari keyakinan diri ini yang juga harus disertai dengan usaha dan kerja keras membuatku untuk terus berjanji pada diri sendiri dan berusaha sekuat tenaga untuk menepati janjiku pada diriku senidiri

No comments:

Post a Comment