Sunday, July 12, 2020

GUS DUR, CAK NUR, CAK NUN, dan AMIEN RAIS dalam Pandangan ICMI



           Buku ini bertipe kumpulan pemikiran-pemikiran tentang sebuah organisasi, yaitu organisasi yang kadang kala saya dengar namun saya tidak tahu ini merupakan organisasi seperti bagaimana, entah karena wawasan dan pergaulan saya yang sempit atau karena organisasinya yang mulai redup. Saya baru paham tentang ICMI ketika membaca buku ini, yang sebenarnya adalah buku almarhumah tante saya sewaktu kuliah di Universitas Muhammadiyah Malang, buku yang terbengakalai lalu saya ambil dan saya bersihkan, Pemikiran dalam buku ini masih dalam periode orde baru dimana para pemikirnya belum tahu akan datangnya Reformasi, sehingga banyak opini yang hanya berputar-putar pada suksesi setelah Soeharto.

ICMI sendiri menurut pendapat dalam buku ini dianggap sebagai angin segar dalam pergerakan arah intelek-intelek islam. ICMI sendiri beranggotakan para pemuda-pemuda yang bisa mengenyam pendidikan tinggi. Awal dari terbentuknya organisasi ini dimulai dari diskusi-diskusi kecil di sebuah kampus di daerah Malang, diskusi-diskusi di masjid atau musholla kampus sudah banyak sejak mulai banyaknya kesempatan belajar di perguruan tinggi namun tidak banyak yang menghasilkan sesuatu yang konkrit seperti ini. Setelah disepakati terbentuknya ICMI barulah hal yanng paling penting adalahsiapa yang pantas menjadi pucuk pimpinan organisai ini. Hal yang mengejutkan adalah bisa menempatkan presiden ke-3 kita yang saat itu menjabat sebagai Menteri di pemerintahan Soeharto Terpilih sebagai ketua umumnya dan peresmiannya dihadiri pula oleh presiden Soeharto. Hal tersebut memunculkan banyak pendapat bahwa ini merupakan langkah politik Soeharto agar kembali mendapat dukungan dari kalangan cendikiawan muslim. Seperti kita ketahui tahun 90an pamor Soeharto mulai menurun dengan mulai banyaknya gerakan-gerakan diskusi yang mencermati gaya kediktatoran Soeharto dan lamanya memimpin negeri ini serta ruang gerak yang sangat sempit bagi pembaharuan dianggap banyak pengamat mulai membuat goyah kekuasan Soeharto.
            Islam sendiri yang pelajari dari buku ini ternyata tidak banyak mendapat tempat dalam pemerintahan Soeharto. Sekularisme dalam pemerintahan Soeharto diakibatkan anggapan bahwa islam sebagai agama mayoritas meiliki power dari segi massa yang ditakutkan akan mengubah arah ideologi ke arah ideologi islam sepenuhnya seperti saat Pancasila pertama kali dirumuskan yang berdasar pada ketentuan ALLAH swt yang kemudian disesuaikan lagi konteknya menjadi ketuhanan untuk mengakomodasi minoritas-minoritas masyarakat nonmuslim yang mengakibatkan munculnya kembali kelompok-kelompok yang menginginkan negara berjalan sesuai Syariat Islam seperti gerakan Negara Islam Indonesia. Ketika Birokrasi dan ABRI sudah terintegrasikan ke dalam “negara” sedangkan kampus berhasil “ditidurkan” dan hanya segelintir mahasiswanya yang sesekali masih berteriak. Para pengusaha cina bukan hanya patuh tapi malah menjadi rekan kolusi yang paling di andalkan, LSM memang kritis dan tegas namun tidak bertaji. Dan hanya islamlah yang akan diperhitungkan oleh pemerintah. Masyumi adalah contoh nyata bagaimana takutnya negara terhadap islam, dengan langkah-langkah yang di ambil guna menekan Masyumi lalu membubarkannya. Perkembangan ICMI tidak lepas dari tokoh pemikir islam terdahulu yang lekat dengan pandangan bahwa kaum santri-priyayi tidak perlu untuk mengeyam pendidikan formal dan hanya kaum abangan yang bisa menjangkau sekolah-sekolah formal itu
            Pendapat Anthony reid dalam buku ini mengatakan bahwa islam di Asia Tenggara bukanlah suatu kekuatan besar dan dianggapnya hanya Peripheral bagi kebudayaan islam yang berpusat di timur tengah dan wilayah Asia Tenggara di istilahkan sebagai “Bawah Angin” dan asia barat umumnya disebut “Atas Angin”. Asia tengggara juga tidak mempunyai sejarah tentang sebuah peradaban yang besar. Hal itu ditandai bahwa agama dan kebudayaan di asia tenggara dipengaruhi oleh peradaban timur tengah dan asia timur seperti Tiongkok. Para pemikir-pemikir islam atau disebut dengan penulis Jawi tidak menuliskan pemikirannya dengan Bahasa arab namun dengan Bahasa melayu yang merupakan penghambat masuknya tulisan ini ke timur tengah, di abad pertengahan tidak semudah sekarang dalam menerjemahkan suatu tulisan serta anggapan bahwa para pemikir Jawi hanya meneruskan tulisan-tulisan dari timur tengah
            Pro kontra tokoh besar juga mewarnai ICMI salah satunya Nurcholis madjid yang merupakan tokoh pemikir islam yang pernah menjabat ketua umum PB HMI yang diangggap sebagai pemikir pembaharuan dengan pemahaman Sekularisasi Tanpa Sekularisme nya, beliau mendukung terbentuknya ICMI sebagai bentuk ragam warna organisasi islam yang dipandang membawa angin segar di tengah meredupnya komunitas-komunitas islam yang diakibatkan ketatnya pengawasan terhadap organisasi islam sejak era Soekarno. Tokoh Muhammadiyah yang kita kenal yaitu Amien rais juga mendukung dan aktif di pengurusan ICMI. Sedangkan yang kontra juga datang dari tokoh besar seperti Abdurrahman wahid, Tokoh Nahdlatul Ulama dan juga presiden ke-4 Indonesia. Ppendapat beliau bahwasanya ICMI membuat sekat-sekat dan sektarian terhadap umat islam karena ICMI dihuni dan kebanyakan merupakan kelas menengah sampai kelas atas yang mampu menjangkau pendidikan-pendidikan formal seperti jenjang Perkuliahan. Hal ini terbukti ketika Tokoh cendikiawan lainnya yang dulunya ada di ICMI yang kita kenal dengan Cak nun menyatakan keluar dari pengurus pusat ICMI dikarenakan pasifnya ICMI dalam membela kepentingan umat lapisan bawah dari kesewenang-wenagan rezim Soeharto salam kasus Kedung Ombo. Dengan begitu banyak anggapan bahwa ICMI tidak menjangkau umat di kelas bawah yang sangat banyak. Terdapat pula pendapat tentang ICMI tidak akan bisa bertahan terhadap zaman dikarenakan ICMI hanyalah sebuah organisasi yang tidak sama seperti NU dan Muhammadiyah yang meililki struktur organisasi yang mengakar dari atas sampai ke bawah serta ICMI juga tidak punya wadah pengkaderan yang jelas berbeda dengan organisasi ekstra kampus seperti HMI, PMII, GMNI dan organasnisai kampus lainnya
           
           

No comments:

Post a Comment