Friday, July 10, 2020

PERJALANAN MENJUMPAI TUHAN BUNGA RAMPAI REFLEKSI AGAM


Buku ini merupakan buku bertipe banyak penulis dimana buku ini ditulis oleh mahasiswa-mahasiswi dalam sebuah program mata kuliah di salah satu universitas yang terdapat di jakarta yang mengadakan semacam program kunjungan terhadap tempat-tempat ibadah agama yang resmi ada di Indonesia dan satu agama yang masih “menumpang” pada agama lain dikarenakan tidak banyak penganutnya sehingga status dalam kartu tanda penduduk (KTP) masih menggunakan nama agama lain. Tulisan ini menarik karena banyak dari kita sendiri yang belum tahu ataupun datang langsung ke tempat ibadah agama lain. Stereotip yang berkembang di masyarakat kita bahwa kita harus menjauhi tempat ibadah agama lain, membuat kita jadi semakin rentang dalam hubungan antar agama, namun belakangan berkembangnya sikap pluralis yang mulai banyak dipahami anak muda turut andil dalam membawa angin segar terhadap beragamnya agama di Indonesia setiap mahasiswa mempunyai arah dan pandangan baru ketika mengunjungi tempat ibadah agama lain. Selain itu ada faktor penting yang berpengaruh dalam buku ini yakni berdasar beragamnya etnis dan agama yang ada di ibu kota seperti jakarta, terdapat pula ragam latar belakang dari para mahasiswa ini. Seperti latar belakang keluarga yang terdapat 2 agama berbeda atau baru menganut agama baru misal dari kristen ke islam dan ada pula yang mendapat pemikiran tertarik dengan budaya agama lain hal ini di pengaruhi oleh budaya di Indonesia, semisal mudik yang terjadi seatiap hari raya idul fitri.

Setelah membaca buku ini saya jadi berpikir seribu kali, saya memang berusaha selalu membuka pikiran terhadap pikiran-pikiran yang tidak sama dengan kita serta mengkaji atau kalau perlu dibandingkan,  dalam buku tersebut saya menyadari bahwa diluar daerah provinsi Jawa timur tempat saya berasal dan mengenal kebudayaan, tidak sama dengan kita, terlepas dari faktor ekonomi dan keluarga, saya merasa bahwa masyarakat Jakarta pada umumnya tidak terlalu paham betul dengan agama dalam pandangan saya pribadi, sedangkan Indonesia Penduduknya mayoritas agama islam. Ada satu hal menarik ketika saya menjumpai pendapat yang sama dalam beberapa tulisan di buku ini, buku ini terbit sekitar tahun 2017 dimana suasana politik di jakarta khususnya sedang panas-panasnya karena dalam masa persiapan pemilu gubernur dan presiden. Terjadinya demo besar-besaran oleh salah satu ormas membuat nama islam sendiri sedikit tercoreng, karena sejak kejadian demo besar yang berjilid-jilid membuat islam identik dengan kekerasan dan hal buruk lainnya. Hal inilah yang saya tangkap dari beberapa pendapat yang saya jumpai
 Faktor sosial bisa berpengaruh tetapi dari hasil yang saya baca adalah dari faktor keluarga, banyak dari keluarga para mahasiswa yang mengikuti studi agama-agama dalam program ini, mempunyai keluarga yang berbeda-beda agama, mulai dari kakek dan neneknya yang bukan islam, atau orang tuanya awalnya bukan islam, atau kerabatnya yang bukan islam, ada juga yang islam namun lingkungannya bukan mayoritas islam dan sebaliknya. Hal tersebut yang menjadikan pemahaman tentang agama yang bercampur-campur apabila tidak di landasi dengan ilmu agama yang kuat sehingga mereka seperti menganggap agama itu simpel yang penting menjadi pribadi yang baik saja tanpa perlu dipelajari asbabun nuzulnya kenapa kita harus melakukan suatu ibadah. Serta mereka berpandangan islam seperti para penganut paham sekuler lainnya yang membedakan Agama dan Kehidupan sehari-hari.
Selain itu ada yang menganggap islam mereka murni dan tidak mau ber aliran-aliran, justru inilah kedangkalan ilmu dari suatu pemahaman tentang agama mereka, apakah mereka mampu memahami apa isi dan maksud dari ayat-ayat Al Quran dan hadits, sedangkan ulama terdahulu membuat berjilid jilid kitab demi mencari dasar-dasar dan sebab sebuah ayat Al Quran yang diturunkan belum lagi memaknai sebuah hadits yang ada kategori hadits itu benar atau palsu yang juga kita harus percayai. Lalu saya berpikir beruntung lahir di Jawa timur tepatnya di Madura, anggaplah awalnya saya Islam keturunan, tapi tidak seperti kebanyakan di daerah lainnya, Lingkungan Pesantren di jawa timur sangat kental dibanding daerah lainnya di Indonesia. Setelah saya kuliah saya sedikit banyak paham tentang mengapa ada Nahdlatul Ulama dan mengapa ada Muhammadiyah saya contohkan kedua organisasi masyarakat (ormas) itu karena merupakan ormas terbesar yang ada di Indonesia. Keluarga saya sendiri dari ibu dan bapak sangat kental tentang keislaman, ditambah lingkungan di daerah saya juga lingkungan pesantren

No comments:

Post a Comment