Pada awal buku ini dikisahkan riwayat penulis tentang
sebuah pencarian jati diri bahkan yang di amati dari kisah pencarian jati diri
tersebut berlangsung hampir separuh hidupnya. Mulai dari dia menginjakkan
kakinya di sekolah menengah pertama, yang muncul pertanyan apa makna hidup dan
tujuan hidup, lalu berlanjut dalam saat dia sekola menegah atas dan menjadi
siswa berprestasi guna menginginkan masuk di perguruan tinggi favorit seperti
apa yang siswa baru lulus kebanyakan dikejar, namun sampai dia mencapai
tujuannya tersebut belum merasakan makna hidup sampai dia melanjutkan kuliah ke
keluar negeri guna mencapai suatu gelar dari luar negeri dan memperoleh
pekerjaan yang banyak didampakan kebanyakan orang yaitu menjadi Pegawai Negeri
Sipil (PNS) sebagai dosen di kampus negeri, dan yang mengejutkan saya dari yang
dikisahkan yaitu pengunduran dirinya berselang 2 hari sejak diangkat menjadi
PNS, orang tuanya juga kecewa terhadap keputusan yang diambilnya, karena
harapan orang tua agar anaknya memperoleh pekerjaan tetap yang terjamin malah
di sia siakan. Jika kita melihat di kisaran tahun 90an sampai awal tahun 2000an
masih banyak sekali orang tua yang mengharapkan anaknya menjadi PNS, bahkan
saya juga termasuk yang bercita-cita demikian yang ditanamkan orang tua saya
sejak kecil.
Apa yang disebut kemapanan ternyata belum mampu membuat beliau si
penulis buku mendapat ketenangan batin terhadap makna hidup. Setelah berhenti
dari dinasnya beliau mulai membuka usaha dan mulai bermindset sebagai seorang
pengusaha yaitu hanya target penjulanan yang dikejar untuk mendapatkan laba
sebanyak mungkin bagi usahanya, namun setelah segala upaya dalam berbisnis dan
mendapatkan apa yang di inginkan yaitu hasil usaha seperti harta ternyata belum
cukup menemukan makna hidup yang dia cari selama sampai dia menemukan seorang
guru yang membimbing beliau dalam arti menemukan makna hidup, ketenangan batin
dengan rasa ikhlas dan syukur. Yaitu dengan jalan mulai mempelajarai islam
lebih jauh serta tujuan kita berada di dunia ini
Buku ini banyak membahas ilmu yang mencakup banyak hal
seperti kebanyakan buku-buku yang pernah saya baca, buku ini juga banyak
menyisipkan penelitian-penelitian yang relevan dalam ilmu pengetahuan modern,
dan berbagai tokoh-tokoh dunia yang berpengaruh besar terhadap perkembagan
kehidupan manusia pada umumnya seperti ilmu-ilmu eksak lainnya namun ada satu
hal yang berbeda dari buku ini, yaitu menjadikan Al-Quran dan Hadits sebagai
landasan dari semua ilmu dunia dan mengaitkan semua ilmu yang ada dalam sekolah
umum untuk membuktikan semata-mata ilmu yang diteliti orang barat sudah jauh terlebih
dulu di bahas dan dijelaskan dalam Alquran dan Hadits, jadi bukan Al-quran dan
Hadits yang harus mengikuti ilmu atau penelitian-penelitian terbaru, bukan
Al-quran yang harus menyesuaikan dengan keadaan ilmu pengetahuan sekarang, tapi
disini kita dijelaskan bagaimana kita harus mempelajari Al-quran terlebih
dahulu guna mencari fakta-fakta tentang perkembagan ilmu pengetahuan.
Buku ini juga mengkhususkan tentang pengendalian emosi
lebih utama di banding pengetahuan umum atau dalam istilah buku disebut
Emotional Quotient (EQ) lebih penting daripada Intelegent Quotient (IQ), dan
terdapat pula Spiritual Quotient (SQ). Disini dijelaskan bahwa sangat bahaya
jika manusia hanya mengandalkan IQ saja tanpa dilandasi SQ dan EQ, contoh
gampangya adalah, berapa banyak orang pintar dan cerdas namun dia masih
melakukan keburukan, berapa banyak pejabat dan pemimpin yang merupakan lulusan
terbaik dari setiap kampus dan punya kesempatan mencari ilmu tinggi namun masih
saja melakukan kezaliman semisal melakukan Korupsi, bukankah itu merupakan
perbuatan zalim terhadap rakyatnya. Maka dari itulah disini menekankan
pentingnya keseimbangan ilmu. Dalam pepatah islam juga disebutkan bahwa ilmu
akhlak adalah ilmu yang paling utama, sudah jelas bahwa kecerdasan dalam ilmu
bukan yang utama dan tidak akan berarti jika dia memiliki akhlak yang buruk. Hal
yang baru dijelaskan dalam buku ini yang belum yaitu tidak hanya ESQ saja tapi
juga terdapat Phisical Quotient (PQ) dimana PQ ini menunjang semua proses awal
ESQ seperti istila Di dalam badan yang sehat terdapat jiwa yang kuat. Yang
kedua adalah Adversity Quotient (AQ) yang dimaknai sebagai sikap Pantang
Menyerah dan motivasi tinggi dari dalam
Lebih
jauh ada musuh utama yang dijelaskan dalam buku ini yaitu Musuh pertama adalah
nafsu lahiriah atau insting hewani, nafsu yang semata mata untuk bertahan hidup.
Musuh yang kedua lebih berat daripada musuh pertama dan susah terdeteksi,
contoh dorongan untuk berkuasa yang tampaknya manusiawi saja. Dan yang terkahir
dan paling berat musuh yang nomer tiga adalah, dorongan untuk mengabdi kepada
selain Allah, nafsu ini sangat sulit kita sadari dan terlihat samar-samar yakni
berupa Harta, jabatan, kehormatan, konsumerisme, gnostic, ilmu, profesi, uang,
mobil dan cinta.
No comments:
Post a Comment