Saturday, July 18, 2020

PATRIARKI DALAM DUNIA


Patriarki sudah ada sejak zaman dulu, entah merupakan sifat dasar manusia untuk terus merendahkan kaum Hawa, atau merupakan sebuah sistem politik yang diciptakan oleh manusia itu sendiri, Patriarki bahkan tidak memandang bangsa, dan sudah berkembang sejak peradaban kuno lainnya berikut sistem patriarki dalam beberapa bangsa
            Patriarki yang terjadi di Bangsa Arab Jahiliyah. Dalam pelbagai lini kehidupan Arab jahiliyah perempuan selalu mendapat perlakuan diskriminatif, berbagai hak-hak ketidaksetaraan yang merendahkan banyak terjadi seperti contoh, Perempuan tidak mendapat ahli waris sepeser pun dari tirkah keluarga, bayi perempuan saat itu tidak berhak hidup dan dianggap sebagai dalang kemiskinan dan bencana karenanya, bayi perempuan harus dibunuh dan dibinasakan dengan cara dikubur hidup-hidup. Selain itu ada praktik dalam pernikahan yaitu ketika seorang suami membiarkan laaki-laki lain secara bergantian menggauli istrinya hingga hamil. Istri itu bisa kembali kepada suaminya ketika bayi yang dikandungnya telah lahir
            Patriarki dalam bangsa Yunani. Orang yunani menganggap perempuan layaknya barang yang bisa diperjual belikan serta bisa diwariskan, tidak mempunyai derajat sosial dan disamakan dengan hamba sahaya. Bahkan banyak perempuan yunani yang menjadi pelacur sebagai pekerjaannya. Salah bukti konkret yaitu berasal dari seorang filsuf yunani yang bernama Demosthenes, bahwa istri tidak lain hanya berfungsi melahirkan anak sebagai penerus generasi
            Patriarki dalam bangsa Romawi. Bangsa romawi punya kendali penuh terhadap istrinya bahkan seorang istri bisa diperjual belikan kepada orang lain bahkan bisa membunuhnya jika sudah tidak ada perasaan suka lagi, hal itu menjadi wajar dan bukan merupakan sebuah kejahatan. Sebuah tradisi di romawi dimana perempuan harus berkumpul  disebuah tempat dengan menanggalkan semua pakaiannya dan kaum laki-laki bisa bergabung dan melakukan apapun
            Patriarki dalam bangsa Persia. Ketika seorang perempuan melakukan kesalahan selalu di eksekusi dengan hukuman yang paling berat entah itu salah yang kecil atau pun kesalahan yang besar. Kaum perempuan juga hanya boleh menikahi seorang yang menganut ajaran Zoroaster (Majusi). Lalu ketika perempuan sedang menstruasi, perempuan akan diasingkan ke tempat yang jauh dari keramaian dan tidak boleh bergaul dengan siapa saja
            Bangsa Hindustan, India merupakan pusat dari agama hindu. Disana perempuan diyakini sebagai sumber dosa. Kerusakan akhlak dan kerusakan jiwa. Setiap ada dosa dan degradasi moral selalu perempuan yang di anggap penyebab, Di India pun wanita tidak mendapatkan hak waris. Tindakan tidak manusiawi lainnya ketika suaminya meninggal maka si istri tadi akan ikut dibakar juga sebagai bentuk kesetiaannya kepada suaminya. Ini merupakan tradisi di India yang melekat pada sejarah India tempo dulu
            Bangsa Yahudi meyakini perempuan sebagai makhluk terlaknat karena menjadi dalang nabi Adam dikeluarkan dari surga, bangsa yahudi juga menilai bahwa perempuan adalah barang yang bisa diperjual belikan dengan apapun. Kalangan tokoh agama yahudi juga sering mengatasnamakan agama untuk melakukan praktik pelacuran di rumah ibadah agama yahudi dengan dalih mendekatkan diri pada Tuhan
Kristen Eropa ketika itu paus Tertulianus berkata bahwa wanita adalah pintu masuknya setan ke dalam jiwa manusia yang juga menyalahkan hawa yang menyebabkan Adam jatuh ke dalam pohon larangan Allah. Mempunyai pemahaman bahwa perempuan sumber dosa yang menjerumuskan laki-laki ke dalam kedurhakaan
            Suku Jawa dan Indonesia pada umumnya penderitaan perempuan Jawa akibat kungkungan adat, yaitu tidak bisa bebas duduk di bangku sekolah, harus dipingit, dinikahkan dengan laki-laki yang tak dikenal, dan harus bersedia dimadu. "Perempuan itu kodratnya di rumah, melayani suami dan membesarkan anak”. Pernyataan itu juga memengaruhi citra perempuan Jawa, yang didukung oleh budaya, tradisi, dan nilai-nilai Jawa. Perempuan Jawa dianggap memiliki sifat keibuan, lembut, dan penurut, dan mau ditata. Secara etimologi, istilah wanita berasal dari bahasa jawa, yaitu wani ditoto (berani ditata), artinya perempuan tidak memiliki kontrol atas dirinya sendiri dan harus tunduk kepada laki-laki. Sejak kecil perempuan Jawa diajarkan untuk menjadi penurut, pandai mengerjakan pekerjaan domestik (mencuci, menyapu, memasak, dll), tidak boleh keluar malam, dan harus menjaga sopan santun. Citra perempuan Jawa yang penuh kasih, lembut, dan penurut membuat perempuan dikontrol oleh aturan-aturan. Jika perempuan Jawa bertingkah sebaliknya akan mendapatkan komentar saru yang artinya tidak pantas, atau kelakuan yang memalukan. Karya Ilmiah Sriyadi S.Kar M.Hum dengan judul Nilai-nilai Kewanitaan dalam Budaya Jawa. Terdapat 4 (empat) nilai yang dipegang oleh perempuan Jawa. Pertama, Setya, di mana perempuan harus setia kepada suaminya bagaimanapun kondisinya. Kedua, Bekti, melalui tradisi upacara Mijiki, istri diminta untuk membasuh dan mengelap sebagai simbol kalau perempuan akan senantiasa berbakti dalam berumah tangga atau ungkapan Jawanya bakti mring kankung. Ketiga, Mituhu, perempuan diminta untuk memerhatikan dan meyakini didikan suaminya, serta menuruti perintah suami. Dan keempat, Mitayani, perempuan Jawa harus dapat dipercaya. Raja-Raja Jawa dan bupati jaman belanda (kecuali Sultan Hamengkubowono X) terbiasa untuk melakukan poligami.
Datangnya islam mengangkat derajat wanita yang dari zaman jahiliyah selalu direndahkan dan menjadi harapan baru bagi kaum hawa untuk hidup dengan hak-hak dasar seorang hamba. Walaupun tetap ada batasan bagi seorang perempuan dan salah satunya dijelaskan dalam ayat Al Quran yaitu dlm surat An-nisa ayat 34“. Kaum laki-laki adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebagian mereka(laki-laki) atas sebagian atas sebagian yang lain (peerempuan), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka”. Ayat ini kemudian di tafsir oleh Ibnu Katsir yang menyimpulkan adalah laki-laki lebih baik daripada perempuan karena itulah pangkat kenabian diberikan kepada laki-laki dan tidak akan ada kejayaan jika perempuan yang memimpin. Dalam sebuah riwayat hadits dari Abdullah bin Umar, ketika Rasullullah mengatakan bahwa mayoritas penduduk neraka adalah perempuan dikarenakan perempuan sering kali melaknat dan mengingkari kebaikan-kebaikan suami. Kesaksian seorang laki-laki sama dengan kesaksian dua orang perempuan serta ketika seorang wanita haid tidak bisa melaksanakan ibadah sholat dan puasa. Seorang perempuan juga tidak bisa mengontrol emosinya dengan baik seperti pria daripada akalnya sehingga menyebabkan keseimbangan berpikirnya berkurang ketika emosinya bermain

            Wanita karir sebagaimana perkembangan zaman juga banyak pendapat dari ulama, namun Ayat Al-Quran juga suda jelas dalam surart Al Ahzab ayat 33 “ Dan hendaklah kamu berdia di rumahmu dan jangan lah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang jahiliyah dahulu, dan dirikan shalat, tunaikan zakat dan taatilah Allah dan Rasulnya, sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai ahlul bait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya”, Banyak ulama sepakat dan menganjurkan di rumah kecuali darurat. Dalam keadaan darurat pun juga ada syarat yang harus dipenuhi semisal meminta izin terhadap orang tua kalau masih lajang dan izin suami ketika sudah menikah, lalu ada kepentingan hajat yang sesuai syariat, menutup aurat, tidak berhias, tidak berbaur dengan laki-laki, dan menjaga tata krama dalam pergaulan. Pada zaman nabi ada pula yang mengadu kepada baginda Rasulullah karena ia yang menanggung segala kebutuhan rumah tangga, lalu Rasullah memintanya bercerai, namun perempuan tersebut tidak mau dan meminta solusi lain, lalu baginda Rasullullah mengatakan dia akan mendapat pahala berlipat karena menfkahi keluarganya
            Era Emansipasi Wanita, Tokoh wanita Indonesia yang mengangkat derajat seorang perempuan dari perampasan hak-hak dasar seorang manusia. Raden Adjeng Kartini yang lahir di Jepara, Hindia Belanda, 21 April 1879 dan sayangnya kartini meninggal di usianya yang masih muda. Meninggal di Rembang, Hindia Belanda, 17 September 1904 pada umur 25 tahun. Kartini dikenal sebagai pelopor kebangkitan perempuan pribumi. Suaminya mengerti keinginan Kartini dan Kartini diberi kebebasan dan didukung mendirikan sekolah wanita di sebelah timur pintu gerbang kompleks kantor kabupaten Rembang, atau di sebuah bangunan yang kini digunakan sebagai Gedung Pramuka. Pada surat-surat Kartini tertulis pemikiran-pemikirannya tentang kondisi sosial saat itu, terutama tentang kondisi perempuan pribumi. Sebagian besar surat-suratnya berisi keluhan dan gugatan khususnya menyangkut budaya di Jawa yang dipandang sebagai penghambat kemajuan perempuan. Dia ingin wanita memiliki kebebasan menuntut ilmu dan belajar. Kartini menulis ide dan cita-citanya, seperti tertulis: Zelf-ontwikkeling dan Zelf-onderricht, Zelf- vertrouwen dan Zelf-werkzaamheid dan juga Solidariteit. Semua itu atas dasar Religieusiteit, Wijsheid en Schoonheid (yaitu Ketuhanan, Kebijaksanaan dan Keindahan), ditambah dengan Humanitarianisme (peri kemanusiaan) dan Nasionalisme (cinta tanah air).
Surat-surat Kartini juga berisi harapannya untuk memperoleh pertolongan dari luar. Pada perkenalan dengan Estelle "Stella" Zeehandelaar, Kartini mengungkap keinginan untuk menjadi seperti kaum muda Eropa. Ia menggambarkan penderitaan perempuan Jawa akibat kungkungan adat, yaitu tidak bisa bebas duduk di bangku sekolah, harus dipingit, dinikahkan dengan laki-laki yang tak dikenal, dan harus bersedia dimadu. Surat-surat Kartini banyak mengungkap tentang kendala-kendala yang harus dihadapi ketika bercita-cita menjadi perempuan Jawa yang lebih maju. Meski memiliki seorang ayah yang tergolong maju karena telah menyekolahkan anak-anak perempuannya meski hanya sampai umur 12 tahun, tetap saja pintu untuk ke sana tertutup. Kartini sangat mencintai sang ayah, namun ternyata cinta kasih terhadap sang ayah tersebut juga pada akhirnya menjadi kendala besar dalam mewujudkan cita-cita. Sang ayah dalam surat juga diungkapkan begitu mengasihi Kartini. Ia disebutkan akhirnya mengizinkan Kartini untuk belajar menjadi guru di Betawi, meski sebelumnya tak mengizinkan Kartini untuk melanjutkan studi ke Belanda ataupun untuk masuk sekolah kedokteran di Betawi.

REFERENSI :
·         SIDOGIRI MEDIA EDISI 135
·         Wikipedia/Kartini
·         https://rilis.id/Melawan-Citra-Perempuan-dalam-Budaya-Jawa (18 Juli 2020)


No comments:

Post a Comment