Sebuah Mahakarya, Novel terkenal ini
begitu dekat dengan saya rasanya, karena latar tempat yang ada dalam jalan
cerita berpusat pada kota dimana saya menempuh pendidikan tinggi dan tempat
saya bekerja sekarang
Secara garis besar Novel ini menceritakan Tentang
seorang pribumi yang kebetulan mendapat kesempatan sekolah dengan anak-anak Belanda,
dan bisa dibayangkan bagaimana dulu, pribumi yang di anggap rendahan dan selalu
kalah derajad dalam semua hal dengan orang belanda bisa mendapatkan akses
pendidikan merupakan sebuah keistimewaan. Disekolah H.B.S dimana Minke
bersekolah juga mengajarkan tentang kebebasan, pemahaman liberalisme, tidak ada
kasta sosial, namun belanda sendiri menghianati pengetahuan itu dengan
merendahkan pribumi. Minke tokoh utama dalam novel ini yang datang dari kota asalnya
yaitu Batavia, Dipertengahan Novel kita baru tahu bahwa minke berasal dari
keluarga yang terhormat karena ayahnya yang dulu hanya pejabat setingkat desa
namun mempunyai kemampuan membaca dan kepribadian yang bagus, sekarang sudah
menjadi bangsawan yang dikenal di seluruh penjuru kota Batavia yang sekarang
bernama Jakarta.
Disini kita dibawa kepada kemampuan baca tulis yang sangat
berpengaruh dan bisa mengangkat derajat kita, ditambah lagi ketika kita bisa bahasa
belanda derajat kita akan naik dan dihargai oleh para kompeny, ilmu-ilmu sains
memang dibawa oleh belanda namun tidak banyak pribumi yang diajari, mereka
hanya mengajari anak-anak belanda sendiri dan sebagian anak-anak pejabat
pribumi. Peraturan dan Hukum yang berasal dari negara belanda diberlakukan di
nusantara namun belanda sendiri yang mempermainkan hukumnya sendiri yang tidak sesuai
dengan aturan tertulis, kulit putih seakan akan kebal hukum dan hukum itu hanya
untuk warga pribumi. Diskriminasi inilah yang terus terjadi terhadap bangsa
kita
Nyai ontosoroh merupakan salah satu tokoh
utama dalam novel ini bernama asli sanikem, mempunyai pengetahuan luas dan
tidak seperti wanita pribumi pada umumnya dimana pandangan tentang rendahnya
derajat perempuan dimasa itu. Nyai Ontosoroh merupakan istri dari pengusaha
Belanda di Surabaya. Masyarakat sekitar sendiri banyak yang tidak percaya kalau
nyai Ontosoroh punya wawasan luas, seorang pemimpin perusahaan besar dimasa itu
dan seorang ibu yang punya sikap disiplin. pekerja nyai ontosoroh merupakan
warga sekitar yang bergantung pada hasil tani dan perusahaannya-perusahaannya,
Seperti minke nyai Ontosoroh pun di anggap sebagai pribumi berjiwa eropa,
berdasar ilmu pengetahuan yang dimilikinya. Pada
mulanya suami nyai Ontosoroh sangat bijaksana dan peduli terhadap nyai Ontosoroh
dengan memberikan hak-haknya yang lebih dari wanita pribumi biasa, mengajari
semua ilmu pengetahuan terhadap nyai Ontosoroh dan membuat sebuah perpustakaan
keluarga. Kemudian Tuan Mellema berubah 180° dikarenakan kedatangan anak dari
hasil perkawinannya di Belanda yang sakit hati karena ditinggalkan bersama
ibunya di belanda. Hal itu akhirnya berdampak pada perilaku Tuan Mellema dan mempunyai
kebiasaan mendatangi rumah pelesiran atau tempat prostitusi yang dulu dikelola oleh
etnis tionghoa dengan perempuan-perempuan “impornya”
Pertemuan minke dan keluarga nyai Ontosoroh
berawal dari teman sekelasnya disekolah H.B.S yaitu Robert Surhoff yang
merupakan seorang “Indo” atau keturunan campuran antara belanda dengan inlander
(pribumi). Robert surhoff dari awal tertarik dengan Annelis anak dari nyai
Ontosoroh dengan sering mengiriminya surat namun tidak pernah terbalas,
Akhirnya berinisiatif mengajak Minke kesana. Saat kesana Minke berkenalan dan
ditanyai nama, ketika menyebut minke, Robert mellema dan Annelis mellena yang
tak lain adalah anak dari nyai Ontosoroh seorang gundik yang dijual oleh
ayahnya sendiri kepada tuan Mellema terheran-heran karena namanya hanya Minke
dan dikira tidak punya nama keluarga. Nama keluarga dianggap sebagai status
sosial sehingga sangat penting untuk meililki nama belakang. Hal ini juga saya
pahami ketika dulu maih sekolah, ada kesan dan anggapan bahwa nama yang sangat
singkat atau hanya satu kata menunjukkan bahwa derajat kita rendahan atau
merujuk pada harga diri menurut guru saya dulu di MAN. Sedangkan nama Minke
hanyalah panggilan di sekolahnya waktu kecil yang berarti “Monkey” atau monyet.
Ketika datang Annelis langsung tertarik dengan Minke yang membuat robert
surhoff menjadi cemburu dan setelah itu sering mengejek Minke di sekolah
Hal yang membuat saya membayangkan dizaman
itu ialah tentang transportasi dimana transportasi laut menjadi andalan,
perjalanan Indonesia dan Belanda yang harus ditempuh dalam 5 bulan menjadi
sebuah hal tidak bisa dibayangkan pada zaman ini, dan tentunya saya juga tahu
ketika orang haji juga berbulan-bulan untuk sampai ke tanah Arab dan bahkan
keluarga yang ada di rumah sudah mengikhlaskan jika yang berangkat haji tidak
pulang kembali.Transportasi laut memang satu-satunya opsi perjalanan antar
negara dengan resiko yang besar, sedangkan untuk transportasi darat jarak jauh
tersedia kereta uap, untuk jarak dekat masih menggunakan bendi atau kendaraan
kuda yang menjadi sangat mewah dijaman itu
Robert Mellema kakak annelis namun sangat
berbeda dari Annelis yang berjiwa Pribumi, robert tetap bersikap seperti
kompeny kebanyakan yang menganggap dirinya lebih tinggi dari bangsa pribumi,
mulai menunjukkan sikap seperti ayahnya yang kehilangan kendali, hal ini sudah
diliat oleh nyai Ontosoroh yang menemukan hal-hal sama dalam diri Robert.
Puncaknya terjadi ketika Suami nyai Ontosoroh di temukan meninggal dengan mulut
berbusa dirumah pelesiran babah Ah Tjong yang baru-baru ini sering didatangi Robert,
Hal itu yang membawa Minke dan keluarga Nyai Ontosoroh ke Pengadilan Namun
penyebab meninggalnya adalah di racun oleh pemilik rumah pleserin dikarenakan
kesal tidak pernah meninggalkan rumah pleserin tersebut. Pengadilan selesai
dengan menetapkan babah Ah Tjong penyebab kematian tuan Mellema. Minke akibat
dari kasus babah Ah Tjong mendapat citra buruk dan harus dikeluarkan dari
sekolah
Minke dikenal pandai disekolah H.B.S dan
mempunyai banyak karya tulis di koran dengan nama pena sendiri untuk
menyamarkan dirinya yang pribumi. Datanglah sebuah surat yang menyatakan bahwa
pemberhentian minke dari sekolah adalah kesalahan dan membuat Minke bersekolah
lagi, Robert Surhoff yang mengejek Minke juga membongkar nama pena Minke namun
justru hal itu membuat Minke semakin dikenal sampai-sampai di tidak perlu
menggunakan nama Penanya lagi. Minke dan Annelis akhirnya menikah dan hanya Ibu
Minke yang datang di acara pernikahannya. Ketika keluarga Nyai Ontosoroh sudah
mendapat ketentraman datanglah surat panggilan dari pengadilan. Pengadilan
meutuskan bahwa Nyai Ontosoroh tidak berhak mewarisi usaha tuan Mellema, hal
yang lebih parah lagi adalah Pernikahan Minke dan Annelis yang dianggap tidak
sah. Annelis diputus harus kembali ke Belanda dengan Walinya, nyai Ontosoroh
juga dianggap tidak punya hak asuh karena tidak pernah menikah secara sah dengan
tuan Mellema. Akhir dari novel ini tidak berakhir dengan Happy ending
karena perpisahan dua insan yang sudah menikah dan sudah sah secara agama Islam
harus dipisahkan oleh Samudra dan Benua
No comments:
Post a Comment