Friday, July 17, 2020

Resensi Bumi Manusia.


Sebuah Mahakarya, Novel terkenal ini begitu dekat dengan saya rasanya, karena latar tempat yang ada dalam jalan cerita berpusat pada kota dimana saya menempuh pendidikan tinggi dan tempat saya bekerja sekarang
Secara garis besar Novel ini menceritakan Tentang seorang pribumi yang kebetulan mendapat kesempatan sekolah dengan anak-anak Belanda, dan bisa dibayangkan bagaimana dulu, pribumi yang di anggap rendahan dan selalu kalah derajad dalam semua hal dengan orang belanda bisa mendapatkan akses pendidikan merupakan sebuah keistimewaan. Disekolah H.B.S dimana Minke bersekolah juga mengajarkan tentang kebebasan, pemahaman liberalisme, tidak ada kasta sosial, namun belanda sendiri menghianati pengetahuan itu dengan merendahkan pribumi. Minke tokoh utama dalam novel ini yang datang dari kota asalnya yaitu Batavia, Dipertengahan Novel kita baru tahu bahwa minke berasal dari keluarga yang terhormat karena ayahnya yang dulu hanya pejabat setingkat desa namun mempunyai kemampuan membaca dan kepribadian yang bagus, sekarang sudah menjadi bangsawan yang dikenal di seluruh penjuru kota Batavia yang sekarang bernama Jakarta.
Disini kita dibawa kepada kemampuan baca tulis yang sangat berpengaruh dan bisa mengangkat derajat kita, ditambah lagi ketika kita bisa bahasa belanda derajat kita akan naik dan dihargai oleh para kompeny, ilmu-ilmu sains memang dibawa oleh belanda namun tidak banyak pribumi yang diajari, mereka hanya mengajari anak-anak belanda sendiri dan sebagian anak-anak pejabat pribumi. Peraturan dan Hukum yang berasal dari negara belanda diberlakukan di nusantara namun belanda sendiri yang mempermainkan hukumnya sendiri yang tidak sesuai dengan aturan tertulis, kulit putih seakan akan kebal hukum dan hukum itu hanya untuk warga pribumi. Diskriminasi inilah yang terus terjadi terhadap bangsa kita
Nyai ontosoroh merupakan salah satu tokoh utama dalam novel ini bernama asli sanikem, mempunyai pengetahuan luas dan tidak seperti wanita pribumi pada umumnya dimana pandangan tentang rendahnya derajat perempuan dimasa itu. Nyai Ontosoroh merupakan istri dari pengusaha Belanda di Surabaya. Masyarakat sekitar sendiri banyak yang tidak percaya kalau nyai Ontosoroh punya wawasan luas, seorang pemimpin perusahaan besar dimasa itu dan seorang ibu yang punya sikap disiplin. pekerja nyai ontosoroh merupakan warga sekitar yang bergantung pada hasil tani dan perusahaannya-perusahaannya, Seperti minke nyai Ontosoroh pun di anggap sebagai pribumi berjiwa eropa, berdasar ilmu pengetahuan yang dimilikinya. Pada mulanya suami nyai Ontosoroh sangat bijaksana dan peduli terhadap nyai Ontosoroh dengan memberikan hak-haknya yang lebih dari wanita pribumi biasa, mengajari semua ilmu pengetahuan terhadap nyai Ontosoroh dan membuat sebuah perpustakaan keluarga. Kemudian Tuan Mellema berubah 180° dikarenakan kedatangan anak dari hasil perkawinannya di Belanda yang sakit hati karena ditinggalkan bersama ibunya di belanda. Hal itu akhirnya berdampak pada perilaku Tuan Mellema dan mempunyai kebiasaan mendatangi rumah pelesiran atau tempat prostitusi yang dulu dikelola oleh etnis tionghoa dengan perempuan-perempuan “impornya”
Pertemuan minke dan keluarga nyai Ontosoroh berawal dari teman sekelasnya disekolah H.B.S yaitu Robert Surhoff yang merupakan seorang “Indo” atau keturunan campuran antara belanda dengan inlander (pribumi). Robert surhoff dari awal tertarik dengan Annelis anak dari nyai Ontosoroh dengan sering mengiriminya surat namun tidak pernah terbalas, Akhirnya berinisiatif mengajak Minke kesana. Saat kesana Minke berkenalan dan ditanyai nama, ketika menyebut minke, Robert mellema dan Annelis mellena yang tak lain adalah anak dari nyai Ontosoroh seorang gundik yang dijual oleh ayahnya sendiri kepada tuan Mellema terheran-heran karena namanya hanya Minke dan dikira tidak punya nama keluarga. Nama keluarga dianggap sebagai status sosial sehingga sangat penting untuk meililki nama belakang. Hal ini juga saya pahami ketika dulu maih sekolah, ada kesan dan anggapan bahwa nama yang sangat singkat atau hanya satu kata menunjukkan bahwa derajat kita rendahan atau merujuk pada harga diri menurut guru saya dulu di MAN. Sedangkan nama Minke hanyalah panggilan di sekolahnya waktu kecil yang berarti “Monkey” atau monyet. Ketika datang Annelis langsung tertarik dengan Minke yang membuat robert surhoff menjadi cemburu dan setelah itu sering mengejek Minke di sekolah  
Hal yang membuat saya membayangkan dizaman itu ialah tentang transportasi dimana transportasi laut menjadi andalan, perjalanan Indonesia dan Belanda yang harus ditempuh dalam 5 bulan menjadi sebuah hal tidak bisa dibayangkan pada zaman ini, dan tentunya saya juga tahu ketika orang haji juga berbulan-bulan untuk sampai ke tanah Arab dan bahkan keluarga yang ada di rumah sudah mengikhlaskan jika yang berangkat haji tidak pulang kembali.Transportasi laut memang satu-satunya opsi perjalanan antar negara dengan resiko yang besar, sedangkan untuk transportasi darat jarak jauh tersedia kereta uap, untuk jarak dekat masih menggunakan bendi atau kendaraan kuda yang menjadi sangat mewah dijaman itu
Robert Mellema kakak annelis namun sangat berbeda dari Annelis yang berjiwa Pribumi, robert tetap bersikap seperti kompeny kebanyakan yang menganggap dirinya lebih tinggi dari bangsa pribumi, mulai menunjukkan sikap seperti ayahnya yang kehilangan kendali, hal ini sudah diliat oleh nyai Ontosoroh yang menemukan hal-hal sama dalam diri Robert. Puncaknya terjadi ketika Suami nyai Ontosoroh di temukan meninggal dengan mulut berbusa dirumah pelesiran babah Ah Tjong yang baru-baru ini sering didatangi Robert, Hal itu yang membawa Minke dan keluarga Nyai Ontosoroh ke Pengadilan Namun penyebab meninggalnya adalah di racun oleh pemilik rumah pleserin dikarenakan kesal tidak pernah meninggalkan rumah pleserin tersebut. Pengadilan selesai dengan menetapkan babah Ah Tjong penyebab kematian tuan Mellema. Minke akibat dari kasus babah Ah Tjong mendapat citra buruk dan harus dikeluarkan dari sekolah
Minke dikenal pandai disekolah H.B.S dan mempunyai banyak karya tulis di koran dengan nama pena sendiri untuk menyamarkan dirinya yang pribumi. Datanglah sebuah surat yang menyatakan bahwa pemberhentian minke dari sekolah adalah kesalahan dan membuat Minke bersekolah lagi, Robert Surhoff yang mengejek Minke juga membongkar nama pena Minke namun justru hal itu membuat Minke semakin dikenal sampai-sampai di tidak perlu menggunakan nama Penanya lagi. Minke dan Annelis akhirnya menikah dan hanya Ibu Minke yang datang di acara pernikahannya. Ketika keluarga Nyai Ontosoroh sudah mendapat ketentraman datanglah surat panggilan dari pengadilan. Pengadilan meutuskan bahwa Nyai Ontosoroh tidak berhak mewarisi usaha tuan Mellema, hal yang lebih parah lagi adalah Pernikahan Minke dan Annelis yang dianggap tidak sah. Annelis diputus harus kembali ke Belanda dengan Walinya, nyai Ontosoroh juga dianggap tidak punya hak asuh karena tidak pernah menikah secara sah dengan tuan Mellema. Akhir dari novel ini tidak berakhir dengan Happy ending karena perpisahan dua insan yang sudah menikah dan sudah sah secara agama Islam harus dipisahkan oleh Samudra dan Benua

No comments:

Post a Comment